Skandal Vaksin Anak Palsu Picu Kemarahan Besar Masyarakat China

Masyarakat China dibuat marah besar atas terkuaknya skandal keamanan vaksin anak.

oleh Happy Ferdian Syah Utomo diperbarui 24 Jul 2018, 12:30 WIB
Ilustrasi Foto Vaksin (iStockphoto)

Liputan6.com, Beijing - Perdana Menteri ChinaLi Keqiang berusaha meyakinkan masyarakat yang marah pada Senin, 23 Juli 2018, setelah salah satu produsen vaksin terbesar di negara itu diketahui telah memanipulasi data, dan membagikan 250.000 vaksin palsu untuk anak-anak.

Setelah penyelidikan, sebagaimana dikutip dari Time.com pada Selasa (24/7/2018), Changchun Changsheng Bio-Technology Ltd terbukti telah memalsukan laporan tentang produksi dan pemeriksaan sebagian dari 113.000 vaksin rabies.

Menurut laporan South China Morning Post, terungkapnya praktik licik itu merupakan skandal besar kedua perusahaan terkait dalam seminggu terakhir.

Beberapa hari sebelumnya, hasil penyelidikan oleh regulator makanan dan obat-obatan China mengumumkan bahwa Changsheng telah mendistribusikan lebih dari 250.000 dosis vaksin DPT (diphtheria, pertussis, dan tetanus) "di bawah standar", yang pertama kali ditemukan tahun lalu.

Changsheng, yang memproduksi sekitar 23 persen vaksin rabies di China, didenda 3.4 juta yuan (setara Rp 7,2 miliar), dan diperintahkan untuk menghentikan semua produksi vaksin yang terbukti tidak memenuhi standar baku.

Dalam sebuah pernyataan yang dirilis Minggu, 22 Juli 2018, PM Li Keqiang mengatakan perilaku perusahaan "melanggar garis dasar moral," dan dia berjanji untuk "menindak tegas" ancaman keamanan publik, demikian seperti dilaporkan oleh kantor berita Associated Press.

Di lain pihak, manajemen perusahaan terkait menyatakan "permintaan maaf terdalam" dalam sebuah pernyataan resmi, awal pekan ini.

 

Simak video pilihan berikut:


Kembali Memicu Kekhawatiran

Sejumlah anak-anak melakukan simulasi latihan militer di sebuah taman kanak-kanak di provinsi Henan, China (30/5). Latihan militer ini dilakukan untuk menjelang Hari Anak Internasional yang jatuh pada 1 Juni. (AFP)

Menurut media pemerintah China, lebih dari 200.000 anak di Provinsi Shandong menerima vaksin palsu tersebut, meskipun belum ada laporan cedera atau efek samping yang berbahaya.

Orangtua yang cemas di China meluapkan kemarahan di media sosial, di mana topik terkait menjadi isu tertinggi yang dibahas di situs mikroblog setempat, Weibo.

Skandal ini kembali memicu kekhawatiran luas tentang bahaya obat palsu, serta ketidakpercayaan masyarakat pada otoritas kesehatan dan makanan di Negeri Tirai Bambu.

Pada 2008 silam, enam anak dilaporkan meninggal dan 300.000 lainnya menderita gangguan kesehatan, setelah minum susu formula bubuk yang terkontaminasi.

Berselang satu windu, tepatnya pada 2016, vaksin senilai US$ 90 juta (setara Rp 1,3 triliun) yang disimpan dengan tidak layak, ditemukan telah dijual di seluruh China.

Sementara itu, belum genap sebulan, sebuah merek obat jantung ditarik dari pasaran setelah otoritas kesehatan Eropa, menemukan bahwa terdapat kandungan kotoran yang berisiko memicu kanker.

Tag Terkait

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya