Liputan6.com, Canberra - Pernahkah Anda bertanya-tanya mengapa Anda jarang melihat robot berwarna coklat atau hitam?
Beberapa peneliti dari Monash University di Melbourne dan Canterbury University di Selandia Baru mengalami kesulitan untuk menemukan jawaban mengapa semua robot berwarna putih.
Kesulitan itu mengarahkan mereka untuk menyelidiki apakah manusia memandang robot dengan kacamata ras, dan apakah hal ini mengubah perilaku mereka terhadap robot.
Apa yang mereka temukan adalah bahwa manusia membawa bias rasial mereka ke robot.
Prasangka Rasial
"Jika Anda bertanya kepada siapapun, 'Apakah Anda rasis?’ tentu saja mereka akan mengatakan tidak," kata Dr Christoph Bartneck, salah satu penulis penelitian dan seorang profesor di Laboratorium Teknologi Human Interface di University of Canterbury, Selandia Baru, demikian dikutip dari laman ABC Indonesia, Rabu (25/7/2018).
Baca Juga
Advertisement
Sebaliknya, para peneliti mengadaptasi alat penelitian yang disebut paradigma "prasangka atau bias rasial".
Di sinilah para peserta diminta untuk memainkan peran seorang petugas polisi. Mereka kemudian diperlihatkan foto beberapa orang dan mereka harus memutuskan apakah akan menembak orang itu atau tidak.
Dalam studi asli, para peserta diperlihatkan gambar orang-orang yang berkulit putih atau hitam, bersenjata atau tidak bersenjata.
Dalam studi ini, peserta juga diperlihatkan robot dengan dua warna kulit.
"Apa yang kami amati adalah bahwa bias yang sama persis yang diamati pada manusia juga bisa diamati pada robot," sebut Profesor Bartneck.
"Orang-orang mengubah perilaku mereka terhadap robot coklat dibandingkan dengan robot putih."
Profesor Bartneck mengatakan, ras peserta tidak menentukan keputusan mereka. "Prasangka rasial itu ada; itu ada untuk manusia; tetapi juga ada untuk robot."
Saksikan video pilihan berikut ini:
Pengembang Robot Harus Ikut Tanggung Jawab
Profesor Bartneck berpendapat bahwa robot harus menyerupai populasi yang mereka layani.
"Jika Anda memiliki masyarakat yang beragam seperti masyarakat di Australia atau Selandia Baru atau bahkan di AS, tetapi semua robot itu putih - itu akan sangat aneh, bukan?," tanyanya.
"Tidak ada alasan khusus mengapa semuanya harus putih.”
"Dan dengan memperkenalkan bias kulit putih yang sangat kuat ini ke dalam desain robot, ini mungkin memiliki beberapa efek negatif yang sebenarnya tidak kita inginkan."
"Rasisme secara umum adalah masalah besar dan kami, di bidang saya, sebagai pengembang robot, saya pikir kami memiliki tanggung jawab untuk tidak membuatnya lebih buruk."
Profesor Bartneck mengatakan, hal yang tidak masuk akal rasional bagi seseorang untuk berpikiran rasial ke robot.
Tetapi penelitian juga menunjukkan bahwa orang melakukan hal yang sama dengan jenis kelamin juga.
"Jika Anda membuat robot dalam bentuk manusia, maka orang-orang cenderung memperlakukan robot-robot ini seolah-olah mereka hidup, dan kemudian pertanyaan-pertanyaan tentang ras, tentang gender, tentang hubungan yang kita miliki dengan robot-robot ini menjadi sangat penting."
Ia mengatakan, ini bukan tentang apakah insinyur secara sadar bermaksud untuk mendapatkan tanggapan ini dari masyarakat.
"Anda tidak bisa lepas dari tanggung jawab mengurus hal ini," katanya.
"Kita harus membuat keputusan yang sadar dan baik tentang bagaimana kita merancang masa depan kita sendiri."
Advertisement