Liputan6.com, Jakarta - Gerhana bulan total terlama yang bakal berlangsung pada akhir pekan ini akan disebut dengan nama "Micro Blood Moon". Informasi tersebut disampaikan langsung oleh Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional (LAPAN).
Dijelaskan Kepala LAPAN Thomas Djamaluddin kepada Tekno Liputan6.com, Rabu (25/7/2018), gerhana bulan total Micro Blood Moon akan berlangsung kala jarak Bumi dan Bulan mencapai 406.000 kilometer. Jarak ini diklaim lebih jauh ketimbang jarak normal yang biasanya mencapai 384.000 kilometer.
Baca Juga
Advertisement
"Gerhana bulan total ini bakal terjadi saat Purnama terjauh. Disebutnya Micro Blood Moon," ujar Thomas.
Untuk diketahui, LAPAN mengungkap peristiwa gerhana terjadi pukul 01.24-05.19 WIB. Sementara, fase total akan berlangsung pukul 02.30-04.13 WIB. Semua diperkirakan akan terjadi dalam durasi satu jam 43 menit.
Thomas mengatakan, proses pengamatan gerhana bulan total terlama ini tidak akan dilakukan secara umum. Pasalnya, gerhana bakal berlangsung sejak dini hari sampai Subuh.
"Ya, nanti kita bakal lakukan pengamatan, tapi bukan untuk umum karena gerhana ini bakal terjadi di dini hari pada 28 Juli 2018," tandasnya.
Saat ditanyakan apakah ada pengamatan khusus terhadap peristiwa alam ini, Thomas berkata kalau pihaknya hanya ingin mengabadikan momen gerhana bulan saja. "
Tidak ada tujuan sains, hanya untuk mengabadikan foto proses gerhana bulan total saja," tutup Thomas.
Puncak Gerhana
Dijelaskan peneliti Pusat Sains Antariksa LAPAN Rhorom Priyatikanto, seluruh wilayah Indonesia memiliki kesempatan untuk melihat gerhana bulan total pada 28 Juli, tepat pada waktu dini hari.
“Puncaknya pukul 03.23 WIB. Di banyak berita disebutkan tanggal 27 Juli (waktu Greenwich, UK),” ujar Rhorom kepada Tekno Liputan6.com via pesan teks.
Terkait durasi gerhana, Rhorom mengungkap durasi gerhana total 1 jam 43 menit. Lalu, kenapa durasi gerhana bulan kali ini lebih lama dari biasanya?
“Memang lama karena saat itu Bulan jauh dari Bumi (di titik apogee, tampak sebagai micromoon), kebalikan dari Super Blue Blood Moon pada Januari lalu,” tandasnya.
Advertisement
Gerhana Bisa Bikin Manusia Lebih Bergairah?
Lucunya, fenomena langka tersebut juga disertai sejumlah mitos.
Salah satu mitos yang santer beredar menjelang gerhana bulan total terlama adalah manusia yang bisa lebih bergairah selama peristiwa berlangsung.
Menurut ahli astrologi Jamie Partridge, gerhana bulan total bisa menimbulkan perasaan bergairah dan lebih berani.
Menurut penjelasan Partridge seperti dilansir Mirror pada Selasa (24/7/2018), hal ini bisa saja terjadi karena konjungsi antara satelit alam Bumi dan Planet Mars selama gerhana bulan berlangsung.
Perubahan emosi yang drastis ini, menurutnya sangat sulit untuk dikendalikan. Karenanya, pasti akan ada orang yang sulit mengendalikan kesabaran dan lebih menggebu-gebu. Partridge pun menyarankan mereka untuk beristirahat.
Jika Partridge mengungkap gerhana bulan total terlama bisa membuat manusia lebih bergairah, lain lagi dengan pendeta John Hagee dan Mark Blitz. Mereka berpendapat, gerhana bulan total terlama bisa menjadi tanda-tanda kiamat.
Mereka beralasan, tanda-tanda akhir dunia seperti ini terjadi karena gerhana berlangsung secara berurutan. Ada empat gerhana bulan yang berlangsung selama beberapa tahun terakhir, mulai dari 15 April 2014, 8 Oktober 2014, 4 April 2014, dan 28 September 2015.
Menurut pandangan mereka, setelah gerhana bulan total terlama terjadi, kemungkinan besar akan ada kejadian-kejadian yang menandakan Bumi akan menuju kehancuran.
(Jek/Isk)
Saksikan Video Pilihan Berikut Ini: