Liputan6.com, Jakarta - Pelaksana Tugas (Plt) Direktur Utama PT Pertamina (Persero), Nicke Widyastuti memastikan, kinerja keuangan Pertamina masih postif, di tengah kenaikan harga minyak mentah dan lesunya perekonomian global.
Hal itu karena masih mendapat dukungan penuh pemerintah. Nicke mengatakan, kinerja keuangan Pertamina masih dalam tren positif. Dalam tiga tahun terakhir, perseroan mencetak keuntungan Rp 90 triliun, meski harga minyak mengalami kenaikan dan perekonomian global sedang lesu.
"Kondisi keuangan yang kuat ini memberikan retained earning bagi perseroan, sehingga memberikan tambahan modal untuk investasi," kata Nicke, di Jakarta, Kamis (25/7/2018).
Baca Juga
Advertisement
Selain kondisi fundamental keuangan perseroan yang positif, menurut Nicke, Pertamina terus mendapat dukungan penuh dari pemerintah antara lain melalui pemberian subsidi dan blok minyak dan gas (migas) baru untuk mendorong pendapatan di bisnis hulu.
Untuk subsidi, Nicke menegaskan, secara prinsip pemerintah telah menyetujui pemberian subsidi jenis solar naik menjadi Rp 2 ribu per liter atau naik empat kali lipat dari sebelumnya Rp 500 per liter. Pemberian subsidi itu untuk menutupi kenaikan biaya produksi Bahan Bakar Minyak (BBM) akibat lonjakan harga minyak dunia.
Sementara untuk mendukung kinerja hulu, pemerintah telah menyerahkan pengelolaan 12 blok migas kepada Pertamina, sehingga pada akhirnya mampu meningkatkan produksi hulu migas hingga 100 persen. Hal itu akan melipatgandakan pendapatan dari bisnis Hulu Pertamina.
Terkait rencana share down (pengurangan saham) di blok migas, yang kemudian diplesetkan menjadi penjualan aset Pertamina, Nicke menegaskan pelepasan Participating Interest atau mencari mitra investasi merupakan hal yang biasa dalam bisnis hulu. Tak hanya Pertamina, pelepasan participating interest ini juga dilakukan perusahaan-perusahaan migas kelas dunia.
Langkah ini diambil untuk menyehatkan portfolio investasi, sehingga Pertamina tidak memiliki kecondongan risiko pada satu aset tertentu.
Dengan aksi korporasi ini, bisa memberi peluang bagi Pertamina untuk mengundang mitra investasi yang memiliki keunggulan dalam teknologi dan bisnis di bidang energi.
Dukungan untuk memperkuat Pertamina juga ditunjukkan pemerintah dengan menjadikan perseroan sebagai induk (holding) BUMN Migas. Hal ini membuat neraca keuangan dan aset Pertamina semakin kuat.
"Ke depannya akan meningkatkan kemampuan perusahaan, dalam mengoleksi modal sehingga kemampuan untuk melakukan ekspansi investasi juga akan meningkat," ujar dia.
Akui Keuangan Pertamina Seret, Darmin Bakal Tambah Subsidi BBM
Sebelumnya, Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Darmin Nasution mengakui jika kondisi keuangan Pertamina saat ini sedang kurang sehat.
Terganggunya keuangan Pertamina disebabkan lonjakan harga minyak dunia sementara harga jual Bahan Bakar Minyak (BBM) terutama yang subsidi tidak mengalami kenaikan sesuai dengan keputusan pemerintah.
"Bahwa dia karena harga BBM saat ini sedang tidak naik. Tentu keuangannya agak seret," kata Menko Darmin di kantornya, Minggu 22 Juli 2018.
Kendati demikian dia menegaskan bahwa pemerintah tidak akan berpangku tangan dan membiarkan kondisi tersebut. "Pemerintah nggak akan membiarkan begitu saja," ujarnya.
Dia mengungkapkan pemerintah akan membantu meringankan beban Pertamina, salah satunya dengan menambah subsidi BBM.
Anggaran tambahan untuk subsidi tersebut diambil dari kelebihan penerimaan dari sektor lain. "Karena pemerintah dengan harga crude oil yang relatif tinggi, itu penerimaannya juga naik kita bisa tutup dengan itu," jelas dia.
Dia memastikan, tanpa diumumkan pun pemerintah sudah pasti akan membantu Pertamina dengan banyak cara. "Kita bisa membantu itu, gak perlu kita umumkan, jangan you tanya kenapa itu pak. Ada caranya," tegas Darmin
Saksikan video pilihan di bawah ini:
Advertisement