Sayangkan Sikap SBY, PPP: Sesama Ketum Tak Perlu Mengancam

Menurut SBY, hubungannya dengan Mega masih berjarak.

oleh Putu Merta Surya Putra diperbarui 26 Jul 2018, 10:32 WIB
Ketum Partai Demokrat Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) menjawab pertanyaan wartawan usai bertemu Bawaslu di kediaman SBY di Jakarta, Selasa (10/7). Kunjungan Bawaslu untuk sosialisasi pengawasan pencalonan Pileg dan Pilpres. (Liputan6.com/Herman Zakharia)

Liputan6.com, Jakarta - Ketua Umum Demokrat Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) mengungkapkan hubungannya dengan Ketua Umum PDIP Megawati Soekarnoputri masih berjarak. Hal itu menjadi salah satu kendala Demokrat bergabung dengan koalisi Jokowi.

Wakil Sekretaris Jenderal PPP Ahmad Baidowi menyayangkan pernyataan SBY. "Sebagai politikus senior bicara begitu, yang bahkan dalam kacamata komunikasi publik seperti mengarah pada sikap mengancam. Jadi elite politik itu jangan terlalu baper," ucap Baidowi dalam pesan singkatnya, Kamis (26/7/2018).

Dia terkejut dengan perkataan SBY. Selama ini, ia mengenal presiden ke-6 RI sebagai figur yang tenang.

"SBY yang biasanya tenang, penuh perhitungan," ucapnya.

Baidowi juga heran dengan manuver Demokrat belakangan ini. Pasalnya, banyak elite Demokrat yang sedari awal selalu mendorong Agus Harimurti Yudhoyono sebagai bakal calon wakil presiden.

"Belakangan ada statemen soal cawapres AHY bukan harga mati, itu karena dinamika politik yang sepertinya kurang memungkinkan untuk berkeras dengan sikap awal. Semua itu fakta dan bisa ditelusuri di jejak digital masih ada. Sesama ketua umum partai tak perlulah ancam-mengancam," pungkasnya.

 


Pengakuan SBY

Sebelumnya, SBY mengaku sempat menemui Jokowi di Istana pada tahun 2015. Saat itu SBY akan mengundang Jokowi untuk hadir di acara organisasi yang dipimpinnya Global Green Growth Institute (GGGI). Dalam pertemuan itu, Jokowi menawarkan Demokrat untuk bergabung dalam koalisi.

"Semangatnya baik. Saya mengetahui Pak Jokowi sungguh-sungguh mengajak Demokrat koalisi di pemerintahan. Kalau ada yang bilang SBY kena PHP, tidak. Pak Jokowi sungguh-sungguh ajak kami ke dalam," katanya.

Dalam kesempatan itu, Jokowi memastikan parpol koalisinya akan menerima jika Demokrat bergabung.

"Setiap bertemu Pak Jokowi, saya bertanya, apakah kalau Demokrat berada di koalisi, partai koalisi bisa terima kehadiran kami. Beliau menjawab, 'ya bisa, karena presidennya saya'. Itu terus terang merupakan pertanyaan saya. Karena melihat realitas hubungan Ibu Mega dengan saya belum pulih, jadi masih ada jarak, masih ada hambatan," kata SBY.

 

 


Dua Hari Berturut-turut

Ketum Partai Demokrat Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) bersiap menerima kedatangan Ketum Partai Amanat Nasional (PAN) Zulkifli Hassan di kediamannya di kawasan Mega Kuningan, Jakarta, Rabu (25/7). (Liputan6.com/Johan Tallo)

Dalam dua kesempatan berbeda, usai bertemu Ketua Umum Gerindra Prabowo Subianto dan Ketua Umum PAN Zulkifli Hasan, dua kali pula Ketua Umum Demokrat Susilo Bambang Yudhoyono menyinggung kurang harmonisnya hubungan Demokrat dengan partai pendukung Jokowi. Menurut dia, hal itu merupakan pangkal musabab hambatan Demokrat berkoalisi mendukung Jokowi.

"Pak Jokowi juga berharap Demokrat di dalam (koalisi). Namun, saya menyadari banyak sekali rintangan dan hambatan untuk koalisi itu," ujar SBY dalam jumpa pers usai bertemu Prabowo di kediamannya Jalan Mega Kuningan, Jakarta Selatan, Selasa (24/7/2018).

Presiden ke-6 RI itu mengatakan, untuk membangun suatu koalisi, diperlukan kesepahaman dan pandangan yang sama. Hal itulah juga menjadi hambatan partainya berkoalisi dengan Jokowi.

"Untuk berkoalisi itu perlu iklimnya baik, kesediaan untuk saling berkoalisi juga, ada mutual trust, mutual respect. Itu yang jadi hambatan sekarang ini," jelas SBY.

Tak hanya soal visi, presiden ke-6 RI ini menyoroti persoalan komunikasi yang jadi tantangannya. Yang jelas, SBY menegaskan tak punya masalah dengan Jokowi.

"Saya tidak mengatakan hambatan dengan Jokowi, tetapi ada hambatan dengan koalisi. Nah, bisa ditafsirkan sendiri soal itu," kata SBY.

Usai bertemu Zulkifli Hasan, SBY baru secara terbuka mengungkapkan penyebab sulitnya Demokrat bergabung dengan koalisi Jokowi. Tiba-tiba saja, tanpa ditanya wartawan, SBY curhat.   

Ia menuturkan beberapa kali menanyakan ke Jokowi penerimaan partai pendukung Jokowi bila Demokrat bergabung.

"Setiap bertemu Pak Jokowi, saya bertanya, apakah kalau Demokrat berada di koalisi, partai koalisi bisa terima kehadiran kami. Beliau menjawab, 'Ya bisa, karena presidennya saya'. Itu terus terang merupakan pertanyaan saya," ungkap SBY.

Di balik itu, ia rupanya masih khawatir dengan hubungannya dengan Ketua Umum PDIP Megawati Soekarnoputri.

"Karena melihat realitas hubungan Ibu Mega (Ketua Umum PDIP) dengan saya belum pulih, jadi masih ada jarak, masih ada hambatan," kata SBY.

Saksikan video pilihan di bawah ini

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya