Mengenal Sidat, Ikan yang Tak Kalah Bergizi dari Salmon

Ikan sidat terkenal hanya mau hidup di perairan yang bersih. Ia berkembang di air tawar, tetapi berkembang biak di laut.

oleh Dian Kurniawan diperbarui 27 Jul 2018, 07:30 WIB
Ikan sidat terkenal hanya mau hidup di perairan yang bersih. Ia berkembang di air tawar, tetapi berkembang biak di laut. (dok. bpsplpadang.kkp.go.id/Dinny Mutiah)

Liputan6.com, Banyuwangi - Pemerintah Kabupaten Banyuwangi berkolaborasi dengan TNI AL mengembangkan kampung sidat di Dusun Jopuran, Desa Kampunganyar, Kecamatan Glagah. Kampung Sidat “Sidawangi” itu diresmikan Komandan Pangkalan Utama TNI AL (Danlantamal) V Laksamana Pertama TNI Edwin bersama Bupati Banyuwangi Abdullah Azwar Anas yang ditandai dengan tebar benih Sidat, Rabu, 25 Juli 2018.

Edwin mengatakan, kerja sama ini sebagai bagian menyukseskan program kemaritiman nasional. Ini juga ikhtiar menunaikan amanat UUD 1945 untuk ikut mencerdaskan dan menyejahterakan rakyat.

"Sidat ini merupakan jenis ikan yang memiliki nilai ekonomis tinggi yang bisa memberikan kesejahteraan bagi warga. Kandungan gizinya juga lebih banyak dibandingkan ikan Salmon yang sudah lebih dikenal, sangat baik dikonsumsi untuk perkembangan otak anak," kata Danlantamal.

Danlatamal melanjutkan, pengembangan Kampung Sidat di Banyuwangi ini yang pertama dijalankan oleh TNI AL. Banyuwangi dipilih karena memiliki sumber mata air yang berlimpah, yang cocok untuk tempat budidaya Sidat.

Sidat dengan nama latin Ordo Angguiliformes, dalam bahasa Jepang Unagi. Terdapat 400 jenis ikan sidat di seluruh dunia. Di Indonesia terdapat enam jenis ikan sidat, habitat pertumbuhannya di hulu sungai dan danau.

Menurut Danlantamal, ikan sidat hanya mau hidup di air yang bersih. Meski hidup di air tawar, ikan tersebut berkembang biak di laut.

"Jadi, semua ekosistemnya harus dijaga baik yang didarat maupun yang di laut. Makanya budidaya Sidat sangat baik untuk lingkungan," ujar Danlantamal.

Kampung sidat ini berada di tengah areal persawahan Dusun Jopuran dan dikemas menjadi sebuah obyek wisata alam. Di kawasan tersebut, terdapat kolam-kolam sidat dengan air yang jernih. Maklum saja, airnya mengalir dari hulu pegunungan Ijen.

Di antara kolam tersebut terdapat pemandian alam hasil membendung aliran sungai di Banyuwangi. Di sekitar pemandian, penduduk juga bisa menikmati kuliner khas dusun setempat. Warung-warung di sekitar kampung yang didirikan warga itu menawarkan menu antara lain pepes sidat, abon daun singkong, dan pecel pitik.

 


Dukungan Pemkab

Peresmian Kampung Sidat di Banyuwangi. (dok. Humas Pemkab Banyuwangi/Dian Kurniawan)

Sementara itu, Bupati Anas menyambut baik program kolaboratif pengembangan Kampung Sidat ini. Program ini, adalah bagian gerakan 10.000 ribu kolam yang digagas Banyuwangi untuk meningkatkan produksi perikanan darat.

"Syukur, saat ini budidaya sidat di Banyuwangi sudah mulai banyak dikembangkan oleh warga lokal. Kalau dulu kan hanya korporasi yang mengembangkan. Dengan mulai dikembangkan lebih masif, harapannya semoga kesejahteraan warga juga meningkat karena nilai jualnya yang tinggi dibanding ikan tawar lain," tutur dia.

Anas optimistis budidaya sidat di Banyuwangi akan semakin berkembang. Karena, lanjut dia, Kemenko Maritim pernah merilis kualitas air baku di Banyuwangi cocok untuk budidaya perikanan, termasuk sidat. 

Dari hasil penelitian per 25 miligram sampel terdapat 550 ribu koloni bakteri. Adapun di Banyuwangi dengan sampel yang sama, hanya mengandung 10 ribu koloni bakteri.

"Saya akan meminta Dinas Perikanan dan Kelautan untuk mulai menggalakkan kolam sidat kelompok pembudidaya melihat manfaatnya yang besar ini. Contohnya pondok pesantren yang sebagian besar memelihara lele, perlahan akan kami ajari budidaya sidat," kata Anas.

Saksikan video pilihan berikut ini:

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya