Liputan6.com, Berlin - Pemerintah Jerman menyatakan akan memberikan suaka kepada sejumlah anggota organisasi White Helmets yang melarikan diri dari Suriah.
Hal itu disampaikan oleh Menteri Dalam Negeri Jerman Horst Seehofer dari partai konservatif Christian Social Union (CSU) --yang selama ini berhaluan anti-imigran-- pada Senin 23 Juli 2018 lalu.
"Saya memutuskan bahwa Jerman akan mengambil delapan anggota kelompok 'White Helmets' beserta keluarga dan memberi mereka perlindungan," kata Seehofer dalam pernyataan, seperti dikutip dari DW, Kamis (26/7/2018).
"Serangan militer yang berkelanjutan dan perluasan wilayah teritorial yang dikuasai rezim Suriah di bagian selatan telah sangat berbahaya bagi anggota White Helmets dan keluarga mereka."
Sementara Menteri Luar Negeri Heiko Maas dari Partai SPD mengatakan "Pekerjaan White Helmets layak dikagumi dan dihormati dan kami sangat mendukungnya."
Baca Juga
Advertisement
"Sejak masa awal konflik, mereka telah menyelamatkan lebih dari 100.000 orang," kata Maas.
Ia menambahkan bahwa serangan pemerintah Suriah di Suriah selatan akan menimbulkan bahaya bagi para anggota White Helmets yang tersisa di sana dan adalah sebuah "tindakan kemanusiaan" untuk memberikan perlindungan kepada beberapa dari mereka.
Reaksi Oposisi Jerman
Partai Kiri Jerman memiliki pendekatan yang sama sekali berbeda terhadap situasi ini.
Partai itu menyarankan bahwa Jerman lebih baik memberikan suaka kepada pendiri Wikileaks, Julian Assange, yang dipaksa meninggalkan Kedutaan Besar Ekuador di London, tempat ia tinggal sejak diberikan suaka oleh Ekuador pada 2012.
Partai Kiri berpendapat lebih baik daripada memberi suaka anggota White Helmets, yang dikatakan memiliki hubungan dengan "teroris Islam," tanpa memberikan bukti dukungan klaimnya.
"Ini benar-benar bertentangan. Menteri Dalam Negeri Horst Seehofer di satu sisi ingin memerangi teror Islam, tetapi di sisi lain ingin membawa anggota milisi teroris Islam ke Jerman," Heike Hänsel, wakil ketua Partai Kiri mengatakan.
Siapa White Helmets?
Kelompok Helm Putih melakukan misi perncarian dan penyelamatan di wilayah Suriah untuk menolong warga sipil. Namun Presiden Suriah Bashar al-Assad menuduh kelompok ini berafiliasi dengan al-Qaeda dan berusaha meruntuhkan pemerintahannya.
Menanggapi tuduhan ini, Khaled al-Khatib, koordinator media dari Helm Putih mengatakan "Kami tidak memihak siapa pun dalam konflik ini. Kami mendokumentasikan kejahatan perang yang sedang berlangsung di Suriah."
Pada Minggu 22 Juli 2018, sebanyak 422 anggota Helm Putih tiba di Yordania dari Suriah selatan dengan bantuan Israel. Mereka melarikan diri dari serangan besar-besaran pemerintah Bashar al-Assad.
Para anggota yang tiba di Yordania rencananya akan direlokasi sebagai pengungsi di negara-negara seperti Kanada dan Jerman dalam tiga bulan ke depan.
Ambivalensi White Helmets
Eksistensi White Helmets sebagai sebuah organisasi kemanusiaan juga kerap dianggap ambivalen oleh sejumlah kalangan.
Beberapa pihak, seperti Komite Palang Merah Internasional dan media Amerika Serikat The Wall Street Journal menyebut bahwa organisasi itu murni memberikan bantuan humaniter kepada warga terdampak konflik bersenjata dan Perang Saudara menahun di Suriah.
Kendati demikian, beberapa pihak -- seringkali entitas atau media Rusia -- kerap mendiskreditkan White Helmets. Moskow menyebut organisasi itu sebagai 'penerima dana dan pelaksana propaganda negara Barat'.
Menyusul serangan senjata kimia di Douma, Ghouta Timur pada 7 April 2018, Amerika Serikat dan sekutunya menggunakan bukti foto dan video yang diedarkan oleh White Helmets sebagai salah satu bukti untuk menuduh bahwa Suriah dan Rusia terlibat dalam peristiwa itu.
Di sisi lain, Rusia dan Suriah justru menyebut bahwa serangan senjata kimia di Douma pada 7 April merupakan fabrikasi dari organisasi semacam White Helmets.
Saksikan juga video berikut ini: