Kumpulkan 40 Eksportir di Istana Bogor, Ini yang Dibahas Jokowi

Pemerintah akan terus mendorong sektor usaha untuk lebih berkembang. Salah satunya dengan layanan perizinan terintegrasi secara online atau online single submission (OSS).

oleh Septian Deny diperbarui 26 Jul 2018, 20:24 WIB
Presiden Joko Widodo. (Liputan6.com/Faizal Fanani)

Liputan6.com, Bogor - Presiden Joko Widodo (Jokowi) mengundang 40 pengusaha yang berorientasi ekspor ke Istana Bogor, pada sore ini. Pertemuan tersebut salah satunya membahas soal kondisi global yang mengalami ketidakpastian dan pelemahan nilai tukar rupiah.

Menteri Keuangan (Menkeu) Sri Mulyani Indrawati mengatakan, dalam pertemuan tersebut, Presiden Jokowi mengajak para pengusaha untuk tetap fokus pada bisnis serta meningkatkan ekspornya.

Sebab, dengan daya saing yang dimiliki saat ini, para pengusaha tersebut sebenarnya mampu mengatasi pelemahan nilai tukar rupiah dan menggunakan hal ini sebagai kesempatan.

"Kesempatan ini juga untuk mendengar dari pengusaha apa-apa yang bisa dilakukan bersama-sama antara pemerintah dan dunia usaha untuk meningkatkan kegiatan momentum ekonomi kita, menggunakan kesempatan di lingkungan global yang berubah secara cepat. Dan pada saat yang sama ingin menciptakan suatu kerja sama dan kepercayaan agar antara pemerintah dan dunia usaha ada sinergi dalam menghadapi situasi ekonomi utamanya dari gejolak global,"‎ujar dia di Istana Bogor, Kamis (26/7/2018).

Menurut dia, pemerintah akan terus mendorong sektor usaha untuk lebih berkembang. Salah satunya dengan layanan perizinan terintegrasi secara online atau online single submission (OSS).

"P‎residen meminta follow up tentu dengan pengusaha, bahkan kalau ada yang minat investasi, Presiden minta untuk mencoba menggunakan OSS. Dan kalau ada keluhan atau perizinan yang belum diselesaikan cepat sesuai janjinya, Bapak Presiden juga ingin mendapatkan masukan yang terjadi di lapangan. Saya rasa ini adalah pendekatan bagaimana kita ingin terus memperbaiki dan menyempurnakan kebijakan saat dunia mengalami perubahan yang sangat cepat," jelas dia.

Selain itu, dalam pertemuan ini juga dibahas mengenai cara agar ‎devisa ekspor bisa dibawa ke dalam negeri sehingga memperkuat ketahanan ekonomi Indonesia. Ini agar para pengusaha mau membawa kembali devisanya ke dalam negeri dan menginvestasikan atau digunakan untuk meningkatkan kapasitas ekonomi atau kegiatan usahanya.

"Dalam percakapan kita mendapatkan masukan yang cukup beragam, dilihat dari latar belakang perusahaan-perusahaan tersebut. Tadi seperti saya katakan, dari eksportir natural resource dari batu bara, CPO, manufaktur elektronik dan tekstil, produk kecantikan, sampai bagaimana kita bisa meningkatkan investasi di destinasi pariwisata. Karena itu juga menghasilkan devisa untuk mempertahankan perekonomian kita lebih kuat lagi," tandas dia.


Strategi Jokowi Hadapi Gejolak Ekonomi Global

Presiden Jokowi. (Liputan6.com/Angga Yuniar)

Presiden Joko Widodo (Jokowi) meminta pemerintah daerah untuk memberikan perhatian khusus kepada masuknya investor, khususnya yang berorientasi ekspor. Sebab, dengan kinerja ekspor yang kuat, Indonesia tidak perlu lagi khawatir akan gejolak yang terjadi pada perekonomian global.

Jokowi mengungkapkan, salah satu hal yang menjadi masalah besar saat ini yaitu ketidakpastian ekonomi global. Ini perlu diwaspadai karena juga berdampak pada perekonomian Indonesia.

"Problem besar kita yang kita hadapi sekarang ini. Ketidakpastian ekonomi global sulit diprediksi sulit dikalkulasi karena kebijakan-kebijakan sekarang ini memang pada posisi transisi yang menuju kepada norma yang baru. Ini masa transisi. Oleh sebab itu persiapan antisipasi itu betul-betul harus terus kita lakukan dalam merespons setiap perubahan-perubahan yang ada," ujar dia saat meresmikan pembukaan Rapat Koordinasi Nasional Pengendalian Inflasi Tahun 2018 di Jakarta, Kamis (26/7/2018).

Dalam menghadapi gejolak ekonomi global ini, lanjut dia, neraca transaksi berjalan dan neraca perdagangan Indonesia harus lebih kuat. Dengan demikian meski kondisi global penuh ketidakpastian, namun tidak akan berpengaruh terhadap perekonomian Indonesia.

"Kalau kita sudah surplus neraca perdagangan kita, mau ada gejolak apa kita bisa kipas-kipas. Defisit transaksi berjalan kita sudah surplus ya sudah kita kipas-kipas. Pertama saya titip itu investasi yang orientasi ekspor yang kedua investasi yang berkaitan dengan substitusi barang impor buka lebar-lebar," kata dia. 

 

Tag Terkait

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya