Liputan6.com, Banjarnegara - Helatan akbar Dieng Culture Festival 2018 sebentar lagi akan dibuka. Rangkaian agenda tahunan yang kini memasuki tahun ke-9 ini akan berlangsung antara 3-5 Agustus 2018.
Sepekan sebelum pembukaan Dieng Culture Festival 2018, warga kembali heboh dengan munculnya embun es di Dataran Tinggi Dieng (DTD) yang meliputi kabupaten Banjarnegara dan Wonosobo, Jawa Tengah.
Selama dua hari berurutan, Rabu dan Kamis, 25-26 Juli 2018, embun es menyapa Dieng di pagi hari. Munculnya embun es ini pun kembali menjadi buruan wisatawan.
Baca Juga
Advertisement
Kemunculan embun es sepekan menjelang Dieng Culture Festival 2018 ini adalah kali kedua selama Juli 2018. Pada awal Juli lalu, embun es sempat muncul empat hari berurutan.
Berdasar catatan Unit Pelaksana Teknis (UPT) Dieng, tahun ini embun es telah muncul tujuh kali. Terbanyak pada Juli 2018 ini.
Intensitas munculnya embun es ini memicu dugaan atau kemungkinan, bahwa Dieng Culture Festival 2018 akan berselimut embun es. Tentu, munculnya embun es di tengah gelaran yang dihadiri ribuan orang itu bakal menjadi sensasi yang sulit dilupakan.
Saksikan video pilihan berikut ini:
Embun Es Pernah Muncul dalam Dieng Culture Festival
Ketua Pokdarwis Pandawa Dieng Kulon Kecamatan Batur, Banjarnegara, Alif Fauzi mengatakan melihat suhu rata-rata Dieng yang di malam dan pagi hari yang masih berada di bawah suhu 5 derajat Celcius, kemungkinan besar, embun es akan kembali muncul saat Dieng Culture Festival.
"Sempat suhu minus, kalau sekarang rata-rata di bawah lima derajat Celcius, malam hari. Jadi ada kemungkinan embun es muncul lagi," dia menerangkan, Kamis, 26 Juli 2018.
Menurut Alif, embun es juga pernah muncul dalam gelaran Dieng Culture Festival beberapa tahun lampau. Namun, ia mengaku lupa tahun berapa persisnya.
"Cuma saat itu tidak seviral sekarang. Tahun berapa itu ya," ucapnya.
Keyakinan bahwa Dieng Culture Festival 2018 akan kembali berselimut salju juga dipengaruhi fakta bahwa embun es, selama ratusan tahun, berpeluang besar terjadi pada musim kemarau antara Juli, Agustus dan September.
Dan Bulan Juli dan Agustus adalah puncak kemarau, yang salah satunya ditandai dengan rendahnya suhu di Dataran Tinggi Dieng. “Mungkin. Sangat mungkin (ada embun es),” dia menambahkan.
Di luar agenda yang sudah baku, Alif mengemukakan, dalam Dieng Culture Festival 2018 esok, panitia memperkenalkan sejumlah agenda baru. Salah satunya yakni Festival tumpeng, Festival domba Batur atau Dieng, pameran bunga dan Dieng bersih.
"Di isamping event yang sudah populer seperti Jazz atas awan, senandung atas awan, Sendratari anak gembel, festival caping gunung," dia menerangkan.
Advertisement
Penjelasan BMKG Soal Embun Es Dieng
Puncak Dieng Culture Festival 2018 tetap akan ditandai dengan Ruawatan atau pemotongan rambut anak gimbal. Tahun ini 11 anak gimbal akan mengikuti ruwatan.
"Minggu kemarin sembilan anak. Sekarang bertambah menjadi 11 anak," Alif menjelaskan.
Soal kemungkinan kembali munculnya embun es, Kepala Stasiun Geofisika Banjarnegara, Setyo Aji Prayoedi mengatakan embun es memang berpeluang muncul pada kemarau, terutama antara Juli-Agustus.
Pasalnya, pada kemarau langit relatif bersih dari tutupan awan. Lantaran bersih itu, pelepasan panas akan berlangsung lebih cepat sehingga menurunkan suhu.
Namun begitu, Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) tak bisa memastikan waktu pasti munculnya embun es. Sebab, kemunculan embun es juga dipengaruhi faktor regional yang sifatnya insidental.
Namun, beberapa tanda munculnya embun es bisa dilihat dari temperatur rata-rata harian. Semakin rendah suhunya, semakin besar kemungkinan embun es muncul.
Sebab, embun es akan muncul dari proses pembekuan uap air dan embun yang menempel di rerumputan dan semak atau tanaman pertanian, seperti kentang.
"Kalau malam suhu sekitar 5 derajat Celcius paginya bisa muncul embun es. Suhu dinihari dan pagi lebih di bawah itu," dia menjelaskan, dalam kesempatan terpisah.