Liputan6.com, Menlo Park - Saham Facebook dilaporkan anjlok pada penutupan saham Kamis kemarin. Perusahaan tersebut ditaksir kehilangan USD 120 miliar atau sekitar Rp 1.737 triliun (1 USD = Rp 14.480).
Menurut CNBC, tidak ada perusahaan dalam sejarah pasar saham Amerika Serikat yang pernah kehilangan USD 100 miliar dalam satu hari saja. Sebagai contoh, Intel dan Microsoft pun tidak pernah kehilangan sampai USD 100 miliar.
Baca Juga
Advertisement
Kerugian yang diderita Facebook mungkin tidak sepenuhnya mengejutkan. Bila menapaki rekam jejak Facebook belakangan ini, perusahaan media sosial tersebut memang sedang terdera bermacam skandal, mulai dari politik, sampai privasi pengguna.
Apa saja bermacam isu yang melilit Facebook belakangan ini? Berikut tiga di antaranya:
1. Skandal Privasi Pengguna
Skandal Cambridge Analytica muncul ketika aplikasi di dalam Facebook ditemukan bisa mengumpulkan data-data pengguna yang dibuat publik. Setelahnya, para pengguna bisa ditarget melalui iklan (targeted ads).
Meskipun pihak Facebook menyatakan praktik serupa dilakukan berbagai perusahaan lain, tetapi kontroversi sudah telanjur tersebar luas. Akibatnya, Facebook baru mulai melakukan pengetatan pada aplikasi-aplikasi mereka, menambah pengawasan, dan terpaksa harus dipanggil pemerintah-pemerintah dari berbagai negara untuk dimintai penjelasan.
Advertisement
2. Remaja Tinggalkan Facebook
Remaja zaman sekarang ternyata lebih suka memakai WhatsApp dan Instagram. Menurut laporan Pew Research Center, jumlah pengguna Facebook ternyata turun di kalangan anak-anak remaja.
Badan riset itu menemukan pengguna Facebook di Amerika Serikat dengan usia 13 hingga 17 tahun ternyata hanya sejumlah 51 persen. Jumlah ini turun cukup drastis dari riset serupa yang dilakukan pada 2015. Kala itu, pengguna remaja di Facebook mencapai 71 persen.
3. Kontroversi Politik
Facebook mulai mendapatkan "musuh", terutama dari pendukung Hillary Clinton. Kubu Hillary menuding Facebook sebagai salah satu alasan kenapa Donald Trump bisa menang.
Kubu Hillary menyebut ada orang-orang Rusia yang sengaja menyebarkan berita palsu di Facebook lewat iklan berbayar. Hal itu sudah dibantah oleh Facebook.
Ada pula kontroversi terbaru mengenai sensor. Baru-baru ini pun Zuckerberg menjadi sorotan karena dituding memberikan "panggung" pada orang-orang yang membantah adanya pembantaian Holocaust. Zuckerberg pun membantah hal itu, dan berkata terus bekerja dengan pengecek fakta (fact-checker) untuk melawan penyebaran berita palsu.
Advertisement