Liputan6.com, Bandung - Observatorium Bosscha akan melakukan beberapa kegiatan pengamatan fotografi dan spektroskopi untuk mengamati fenomena gerhana bulan total dan oposisi mars.
Kepala Observatorium Bosscha Premana Premadi mengatakan, pengamatan terhadap kedua fenomena tersebut dilakukan dua tujuan utama. Pertama mempelajari kondisi atmosfer bumi secara kualitatif dan merekonstruksi spektrum atmosfer bumi sebagai model atmosfer planet layak huni untuk dibandingkan dengan atmosfer di planet ekstrasolar atau planet di luar tata surya.
Advertisement
Kedua, untuk mengamati perubahan yang terjadi pada tutupan salju/es kutub (polar cap) Mars.
Namun Premana mengungkapkan, kegiatan pengamatan tidak terbuka untuk umum.
"Kegiatan pengamatan dan penelitian ini tidak terbuka untuk masyarakat umum. Observatorium Bosscha mengimbau masyarakat untuk menikmati momen gerhana ini dari tempat tinggal masing-masing atau bergabung dengan komunitas astronomi lain yang menyelenggarakan kegiatan pengamatan gerhana bersama," ujar Premana dalam keterangan tertulisnya, Jumat 27 Juli 2018.
Premana menyebutkan, berbeda dari gerhana bulan total sebelumnya pada 31 Januari 2018 lalu yang seluruh rangkaiannya dapat teramati di seluruh Indonesia, gerhana bulan pada 28 Juli 2018 tidak dapat disaksikan dari sebagian wilayah Indonesia timur.
"Tanggal 27 Juli 2018 pukul 12.44 WIB, posisi bulan berada pada titik terjauhnya dari bumi (apogee) sehingga ukuran tampak bulan terlihat lebih kecil. Pada posisi ini, gerhana bulan akan berlangsung selama 1 jam 42 menit 57 detik (durasi terpanjang abad ini). Durasi tersebut lebih lama daripada gerhana bulan total tanggal 31 Januari 2018 di mana saat itu bulan berada pada posisi terdekatnya dengan bumi sehingga ukuran tampak bulan terlihat lebih besar," paparnya.
Lalu pada 28 Juli 2018, bulan mulai memasuki bayangan umbra bumi pada pukul 01.24 WIB. Bayangan hitam mulai muncul di permukaan bulan sehingga bulan purnama akan tampak berubah bentuk menjadi bulan setengah, bulan sabit, dan pada puncaknya bulan akan terlihat kemerahan pukul 02.30 hingga 04.13 WIB.
"Warna merah ini muncul karena cahaya matahari dihamburkan oleh debu dan molekul di atmosfer bumi. Warna biru akan terhamburkan lebih kuat, sedangkan warna merah dapat lolos melewati atmosfer bumi dan sampai ke permukaan bulan. Bulan pun tampak berwarna kemerahan," jelasnya.
Namun warna bulan saat puncak gerhana tidak selalu sama. Bulan dapat berwarna merah-jingga, merah bata, merah kecoklatan, hingga merah gelap. Perbedaan warna ini bergantung pada banyaknya kandungan uap air, polutan udara hasil pembakaran atau asap pabrik/kendaraan bermotor, debu, dan abu letusan gunung berapi. Bulan akan tampak semakin gelap seiring dengan makin banyaknya kandungan material tersebut.
Pada pukul 05.19 WIB, bulan meninggalkan umbra bumi menuju bagian penumbra. Saat itu, bulan akan kembali terlihat sebagai purnama yang redup karena pengaruh bayangan penumbra bumi.
Baru pada pukul 06.28 WIB di saat hari sudah terang, bulan tidak lagi berada di dalam bayangan bumi dan gerhana bulan benar-benar berakhir. Bulan akan kembali tampak sebagai purnama yang terang.
Simak video pilihan berikut ini:
Oposisi Mars
Sementara itu terkait fenomena lain yang terjadi pada rentang waktu yang sama dengan gerhana bulan total tanggal 28 Juli 2018 adalah oposisi Mars.
Oposisi adalah posisi planet luar yang berlawanan arah 180 derajat dengan matahari dilihat dari bumi yang disebabkan oleh orbit Mars mengelilingi matahari yang hampir sebidang dengan orbit Bumi.
"Oposisi Mars terjadi setiap 26 bulan. Selain konfigurasinya, orbit planet yang tidak berbentuk lingkaran sempurna (elips) menyebabkan adanya titik terdekat dan terjauh dari matahari," kata Premana.
Pada tanggal 27 Juli 2018, Mars berada pada titik terdekat dengan matahari atau disebut perihelion sehingga ukuran tampak Mars akan terlihat paling besar. Ukuran tampak Mars memang tidak akan berubah dengan signifikan, planet merah ini akan terlihat seperti sebuah titik merah yang lebih terang di langit jika dilihat menggunakan mata telanjang.
Namun jika menggunakan bantuan alat seperti teleskop, maka piringan Mars akan lebih besar hampir dua kali lipat daripada saat Mars berada pada titik terjauhnya.
Advertisement