Liputan6.com, Jakarta - Gerhana bulan total akan kembali menyambangi Bumi, Sabtu (28/7/2018) dini hari. Istimewanya, gerhana bulan total kali ini akan memiliki durasi terlama di abad ke-21. Durasi gerhana bulan total ini berkisar 1 jam 43 menit.
Lalu, jika dibandingkan dengan gerhana Super Blue Blood Moon pada awal 2018 lalu, apa perbedaannya dengan gerhana bulan total terlama?
Baca Juga
Advertisement
Untuk informasi, masing-masing fenomena alam ini memiliki siklus yang lama. Untuk gerhana bulan terlama, bisa terjadi sekali selama 100 tahun.
Adapun untuk Super Blue Blood Moon yang berlangsung pada Januari 2018 lalu, tak pernah terjadi dalam kurun waktu 150 tahun terakhir.
Kepala Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional (LAPAN) Thomas Djamaluddin, menjelaskan gerhana bulan total terlama dijuluki dengan nama "Micro Blood Moon".
Peristiwa ini berlangsung kala jarak Bumi dan Bulan mencapai 406.000 kilometer. Jarak ini diklaim lebih jauh ketimbang jarak normal yang biasanya mencapai 384.000 kilometer.
"Gerhana bulan total ini bakal terjadi saat purnama terjauh. Disebutnya Micro Blood Moon," ujar Thomas.
Untuk diketahui, LAPAN mengungkap peristiwa gerhana bulan total terjadi pukul 01.24-05.19 WIB. Sementara, fase total akan berlangsung pukul 02.30-04.13 WIB.
Super Blue Blood Moon
Adapun Super Blue Blood Moon merupakan gabungan tiga fase gerhana Bulan yang berbeda-beda. Ada tiga fenomena Gerhana Bulan yang terjadi bersamaan, mulai dari Blue Moon, Blood Moon, hingga Supermoon. NASA menyebut fenomena ini dengan julukan "Super Blue Blood Moon".
Ketiganya akan bergabung dalam satu peristiwa paling langka yang tidak pernah terjadi dalam kurun waktu 150 tahun terakhir.
Menurut informasi yang dilansir Forbes, Selasa (30/1/2018), Gerhana Bulan spesial ini berlangsung pada 17.49 WIB dan memasuki fase Gerhana Total pada 19.51 WIB.
Puncak gerhana berlangsung pada pukul 20.29 WIB dan berakhir pada pukul 21.08 WIB.
Saat Super Blue Blood Moon berlangsung, ilmuwan mengungkap suhu daratan di Bumi akan menjadi dingin. Perubahan temperatur tersebut ternyata juga akan terjadi di Bulan.
"Saat Gerhana Bulan, temperatur akan berubah drastis. Seolah-olah, Bulan keluar dari oven dan berubah menjadi dingin hanya dalam waktu beberapa jam kemudian," kata Noah Petro, ahli geologi planet dari NASA.
Pada fenomena tersebut, NASA juga akan meneliti perubahan temperatur dari beberapa sisi permukaan Bulan, termasuk meneliti bagian Bulan diselimuti debu hingga 60 kilometer yang disebut Reiner Gamma.
Advertisement
Supermoon, Blue Moon, dan Blood Moon
Supermoon adalah fenomena di mana Bulan akan lebih terang 30 persen dan 14 persen lebih besar dari biasanya. Bahkan, penduduk di wilayah Asia akan melihatnya menutupi lintasan bintang Aldebaran sebelum purnama.
Sementara, Blue Moon merupakan fenomena di mana Bulan tampak kebiru-biruan. Peristiwa Blue Moon terakhir terjadi pada Juli 2015 dan yang berikutnya akan berlangsung pada tahun ini. Setelah itu, Blue Moon akan muncul kembali dalam kurun waktu 19 tahun lagi.
Blood Moon sendiri terjadi saat Bumi melewati antara Bulan dan Matahari. Akibatnya, Bulan memiliki warna kemerahan jika dilihat dari Bumi. Sebabnya, karena cahaya yang dipantulkan dari Bumi dan Matahari menciptakan warna mirip seperti darah.
(Jek/Isk)
Saksikan Video Pilihan Berikut Ini: