Liputan6.com, Hpa-an - Banjir tengah melanda Myanmar , yang juga dikenal sebagai Burma. Lebih dari 16.000 orang dilaporkan mengungsi. Musibah ini disebabkan hujan lebat yang terus mengguyur wilayah tersebut.
Seperti dikutip dari BBC, Jumat (27/7/2018), banjir mulai terjadi pada akhir pekan dan paling buruk menghantam negara bagian Kayin timur di perbatasan Thailand.
Advertisement
Warga yang berada di daerah-daerah besar Myanmar telah dievakuasi, mereka dipindahkan ke tempat penampungan hingga banjir surut.
Musim angin musim panas mengakibatkan hujan lebat di sebagian besar Asia Tenggara, Filipina, dan Jepang.
Menurut Myanmar Times, penduduk ibu kota Hpa-an mengatakan bahwa setiap tahun memang kerap terjadi banjir. Namun, kali ini keadaannya jauh lebih buruk dan jadi yang terparah.
Lebih dari 10.000 penduduk kota harus meninggalkan rumah mereka.
Banjir ekstrem Myanmar ini terjadi hanya beberapa hari setelah sebuah bendungan jebol di Laos dan membanjiri beberapa desa yang menyebabkan banyak orang meninggal dan ratusan lainnya hilang.
Saksikan juga video berikut ini:
Banjir Hanyutkan Pagoda di Myanmar
Sebelumnya, banjir yang sempat melanda Myanmar tengah sempat menjadi sorotan karena menghanyutkan sebuah pagoda Buddha. Selain itu, puluhan ribu warga pun terpaksa meninggalkan rumah mereka, karena pemerintah memperingatkan bahwa akan terjadi hujan lebat selama beberapa hari mendatang.
Detik-detik robohnya pagoda terbawa arus banjir terekam kamera amatir yang beredar di media sosial, seperti dilansir dari Straits Times, Selasa, 25 Juli 2017.
Dalam rekaman dramatis itu ditunjukkan tepi sungai tempat rumah ibadah Buddha, Thiri Yadana Pyilone Chantha bertengger yang perlahan hanyut ke dalam Sungai Ayeyarwady di daerah Magway. Masyarakat pun terkejut saat melihat puncak pagoda berwarna emas itu runtuh terseret arus.
Abbott U Pyinnya Linkkara yang merekam detik-detik robohnya pagoda tersebut mengatakan bangunan tersebut hancur pada Kamis, 20 Juli 2017.
"Pagoda ini dibangun pada tahun 2009, saat berada jauh dari sungai," kata dia pada Senin 24 Juli. "Dari tahun ke tahun, sungai telah mengikis tanah dan sekarang pagoda itu jatuh ke sungai."
Linkkara menuturkan bahwa banjir umum terjadi di daerah tersebut selama musim hujan pada Mei sampai Oktober. Namun, tahun ini hujan menyebabkan erosi yang mengkhawatirkan.
"Beberapa desa di tepi sungai telah hanyut seluruhnya. Warga desa sekarang takut tinggal di sini. Banjir sekarang telah surut, tapi erosi terus berlanjut," tutur Linkkara.
Ketinggian air telah meningkat pesat sejak hujan muson yang tak henti-henti mengguyur jantung negara itu pada awal Juli. "Masyarakat pun terpaksa mengungsi ke tempat yang lebih tinggi atau mencari perlindungan di vihara-vihara Buddha," kata seorang pejabat bantuan bencana.
Sebagian besar musibah banjir terjadi di wilayah Magway, di mana pagoda runtuh dan lebih dari 60.000 orang terpaksa mengungsi karena meningkatnya ketinggian air.
"Situasi terkendali, tapi apa yang terjadi sekarang akan tergantung pada cuaca," kata Ko Ko Naing selaku Direktur Jenderal Kementerian Kesejahteraan Sosial, Bantuan dan Permukiman.
"Kami siap membantu daerah yang dilanda banjir karena musibah itu terjadi setiap tahun."
Myanmar adalah salah satu negara yang paling rawan bencana di Asia, sering dilanda angin topan, banjir, suhu ekstrem dan gempa bumi sesekali.
Berikut ini rekaman detik-detik saat pagoda Buddha itu runtuh:
Advertisement