Musim Panas, Kota di Lingkar Arktik Ini Tetap Dihujani Salju

Ini bukan pertama kalinya penduduk di Norilsk menghadapi 'tingkah laku' alam. Cuaca yang seharusnya panas, justru dingin dan salju pun turun.

oleh Liputan6.com diperbarui 28 Jul 2018, 16:02 WIB
Seorang wanita menggunakan payung berjalan di bawah salju lebat saat terjadi badai salju di Hoboken, New Jersey (21/3). Karena badai salju yang melanda New Jersey ini layanan komuter dan bus dihentikan pada pukul 3 sore. (AP/Julio Cortez)

Liputan6.com, Norilsk - Kehidupan tampaknya belum cukup menyulitkan bagi 175 ribu penduduk Norilsk, kota pusat pertambangan dan industri penting di Lingkar Arktik. Sekarang, Jack Frost memberi mereka ujian tiba-tiba di tengah musim panas.

Salju mulai menyelimuti kota itu pada 20 Juli, diikuti reaksi bingung oleh penduduk setempat yang memicu kegemparan online. Warga menyembunyikan kekagetan mereka menjadi kepercayaan diri.

"Dua puluh Juli di Norilsk. Inilah kejadiannya," kata suara di balik video yang diposting di platform pengunggah video.

Mengutip RBTH Indonesia, Jumat (27/7/2018), meski Norilsk terletak di atas Lingkar Arktik, salju di tengah musim panas bukanlah hal yang umum karena suhu rata-rata di sana 15 derajat Celsius dari Juni hingga Agustus, saat di mana ada matahari pada tengah malam.

Namun begitu, ini bukan pertama kalinya para penduduk Norilsk melihat hujan salju di musim panas.

Pada 15 Juni, seorang warga setempat merekam video anak-anak yang berenang di genangan raksasa di tengah tumpukan salju kotor. ang lebih aneh, baru-baru ini hujan merah turun di Norilsk dan dijuluki "hujan darah". Kota ini terkenal dengan industri logamnya, yang kemungkinan besar adalah penyebab insiden mengerikan itu.

 

Saksikan video pilihan berikut ini:


Misteri Salju Oranye Selimuti Timur Eropa, Berbahaya?

Ilustrasi longsor salju (iStock)

Sementara itu, salju dengan sedikit warna oranye dilaporkan menyelimuti sebagian Rusia, Bulgaria, Romania dan negara-negara Eropa Timur lainnya. Misterius.

Salju aneh itu telah dilaporkan di resor ski di Krasnaya Polyana, dekat kota Rusia barat Sochi. Beberapa di antara mereka mem-postingnya di media sosial, salah satunya akun @margarita_alshina di Instagram.

Salju jingga dipercaya sebagai hasil dari pasir dan debu yang diaduk dan dibawa ke atmosfer dari badai di Afrika Utara, sebelum diendapkan di wilayah tersebut.

Dikutip dari The Independent pada Senin 26 Maret 2018, Steven Keates, dari Biro Meteorologi Inggris mengatakan, mengatakan fenomena salju oranye itu bukan hal langka dan sebelumnya telah dilihat di tempat lain di seluruh dunia.

"Ada banyak pasir atau debu yang terangkat berasal dari Afrika Utara dan Sahara, dari badai pasir yang telah terbentuk di padang pasir," katanya.

"Ketika pasir terangkat ke tingkat atas atmosfer, ia didistribusikan ke tempat lain.

"Melihat citra satelit dari NASA, menunjukkan banyak pasir dan debu di atmosfer yang melayang menyeberangi Laut Tengah," ucap Keates. 

Keates juga menambahkan, saat hujan atau salju, menyeret apa pun yang ada di sana, jika ada pasir di atmosfer.

Adapun partikel-partikel pasir atau debu diendapkan, tergantung pada arah angin.

Tahun lalu, matahari dan langit di atas Inggris berubah warna merah akibat Badai Ophelia yang menyeret udara tropis dan debu dari Sahara. 

Berbeda dengan salju oranye kali ini, pada tahun 2007, penduduk kota Siberia melaporkan adanya salju oranye. Tapi, berbau busuk dan berminyak saat disentuh.

Para pejabat mengatakan, salju disebabkan oleh badai di negara tetangga Kazakhstan yang telah menyapu debu dan tanah liat dan menyimpannya di wilayah Omsk.

Menurut pengawas lingkungan Rusia, bagaimanapun, salju itu mungkin hasil dari polusi kimia karena mengandung sejumlah besar besi, asam dan nitrat.

Tag Terkait

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya