Heboh Warganet Saksikan Gerhana Bulan Total Terlama

Ternyata warganet cukup antusias menyaksikan gerhana bulan total terlama yang terjadi dini hari tadi, namun ada juga yang tidak ikut menyaksikannya karena ketiduran.

oleh Agustin Setyo Wardani diperbarui 28 Jul 2018, 10:38 WIB
Gerhana bulan total terlihat di kota Semarang, Sabtu (28/7) dini hari. Gerhana bulan total tahun ini merupakan fenomena langka karena terjadi selama 1 jam 43 menit atau merupakan gerhana terlama yang terjadi di abad ini. (Liputan6.com/Gholib)

Liputan6.com, Jakarta - Warganet masih belum move on dengan fenomena gerhana bulan total yang terjadi Sabtu dini hari (28/7/2018). Buktinya, topik tentang gerhana bulan total dengan durasi terlama di abad 21 ini masih menghiasi lini masa Twitter.

Bahkan, topik tentang tagar gerhana bulan total masih memuncaki trending topic di Twitter Indonesia.

Ungkapan warganet pun beragam, ada yang menyesal karena ketinggalan fenomena langka ini, ada juga kagum karena melihat planet Mars dalam jarak terdekatnya dengan Bumi.

Seperti apa kata warganet tentang gerhana bulan total, berikut adalah sejumlah cuitan yang dihimpun Tekno Liputan6.com dari linimasa Twitter.

Pengguna dengan akun @Chantiq16 bertanya-tanya apa hanya dirinya yang tidak sempat menyaksikan gerhana bulan total tadi malam.

Pengguna lain dari Jambi @IyankCatro mencuitkan gambar gerhana bulan yang berhasil diabadikannya.

Ada juga pengguna yang bertanya apakah udara dingin pagi ini adalah efek dari gerhana bulan total.

Pemilik akun @shintacarolin_ mencuit meski tidak bisa menyaksikan gerhana bulan total dia beruntung karena banyak orang yang mengabadikan momen langka tersebut.

Beberapa pemilik akun Twitter juga menyebut tidak sempat melihat gerhana bulan dini hari tadi karena ketiduran.


Efek Gerhana Bulan Total

Mitos gerhana bulan. (Ilustrasi: Bambang E.Ros)

Sebelumnya, Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional (LAPAN) mengimbau agar tetap waspada terhadap efek yang ditimbulkan gerhana bulan total yang terjadi Sabtu dini hari (28/7/2018).

Kepala LAPAN, Thomas Djamaluddin, mengimbau masyarakat untuk mewaspadai efek gabungan gelombang tinggi laut dengan pasang maksimum saat purnama dan gerhana bulan.

Angin dari selatan-tenggara masih cukup kencang sekitar 30 km/jam, menyebabkan gelombang laut lebih dari 3 meter di samudera Hindia yang mengarah pantai selatan Jawa, Bali, dan Nusa Tenggara Barat, serta pantai barat Sumatera.

Sementara purnama, khususnya sekitar waktu gerhana bulan, gaya pasang surut (pasut) bulan diperkuat gaya pasut matahari.

"Akibatnya pasang air laut menjadi maksimum. Efek gabungan gelombang tinggi dan pasang maksimum bisa menyebabkan banjir pasang (rob) melimpas ke daratan yang lebih jauh," jelas Thomas seperti dikutip tim Tekno Liputan6.com dari akun Facebook resminya, Jumat (27/7/2018).

Dijelaskannya, gerhana bulan total pada saat punama terjauh (media menyebutnya micro-moon) akan terjadi pada dini hari, Sabtu (28/7/2018) di langit barat.

Fase gerhana sebagian mulai pukul 01.24 sampai pukul 05.19 WIB (untuk WITA dan WIT menyesuaikan). Pada rentang waktu tersebut disunnahkan shalat gerhana bulan.

Fase total terjadi pada pukul 02.30-04.13 WIB, selama 107 menit, terlama di abad ini. Pada saat gerhana bulan total, bulan berwarna merah darah sehingga disebut blood-moon.

Warna merah darah itu disebabkan pembiasan cahaya matahari oleh atmosfer bumi, sehingga warna merah cahaya matahari yang menimpa purnama.

"Maka media sering menyebut fenomena akhir Juli ini sebagai micro-blood-moon. Gerhana saat ini menjadi yang terpanjang pada abad ini, karena lintasannya dekat dengan garis tengah lingkaran bayangan bumi dan jarak bulan terjauh dari bumi. Dengan dua fator itulah, purnama berada dalam kegelapan bayangan bumi lebih lama daripada gerhana bulan pada umumnya," ungkap profesor riset astronomi astrofisika LAPAN tersebut.

(Tin/Isk)

Saksikan Video Pilihan Berikut Ini:

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya