Menhan AS: Latihan Militer Bersama Turki di Suriah Akan Segera Dimulai

Jim Mattis juga mengatakan, latihan militer kedua negara akan segera dilaksanakan. Dia menargetkan hal itu akan terlaksana pada minggu ini.

oleh Teddy Tri Setio Berty diperbarui 28 Jul 2018, 13:06 WIB
Menhan AS, Jim Mattis ke Afghanistan. (AP)

Liputan6.com, Ankara - Menteri Pertahanan Amerika Serikat Jim Mattis menyatakan bahwa peralatan latihan militer telah tiba di pangkalan di Turki guna menyiapkan pasukan untuk patroli bersama pasukan Amerika di Suriah utara.

Jim Mattis juga mengatakan, latihan militer kedua negara akan segera dilaksanakan. Dia menargetkan hal itu akan terlaksana pada minggu ini.

Dikutip dari laman Voice of America, Sabtu (28/7/2018), meski demikian, belum jelas kapan pasukan Amerika Serikat dan Turki akan memulai patroli bersama di Suriah.

Bulan lalu AS telah memulai patroli terkoordinasi secara independen dengan Turki di dekat kota Manbij, Suriah utara -- sebuah lokasi yang bergejolak.

Kota itu menampung para milisi Kurdi. Amerika Serikat sendiri mendukung pejuang Kurdi. Namun sebaliknya, Turki menganggap mereka adalah teroris anti-Turki.

Markas besar militer Amerika Serikat yaitu Pentagon mengatakan, tujuan patroli adalah mendukung keamanan jangka panjang di Manbij dan menjunjung tinggi komitmen bagi Turki, yang adalah sekutu NATO.

Sementara itu, beberapa waktu lalu pejabat Kementerian Pertahanan AS dan Lockheed Martin mengatakan, Turki telah mendapat jet tempur F-35 yang pertama dari Amerika Serikat.

Lockheed Martin, perusahaan pembuat jet F-35 itu, mengadakan upacara penyerahan pesawat tempur canggih tersebut di Forth Worth, Texas.

Serah terima itu menuai tentangan dari Kongres Amerika Serikat. Padahal, Rancangan Undang-Undang Otorisasi Pertahanan Nasional Amerika atau NDAA telah mengatur tentang pembatasan keikutsertaan Turki dalam program penggunaan pesawat F-35.

Hal itu dipicu keprihatinan Kongres AS atas penahanan seorang pastor Amerika di penjara Turki.

Tentangan Kongres Amerika Serikat juga didasari atas rencana Turki membeli sistem pertahanan udara S-400 dari Rusia, yang menurut mereka "akan menurunkan kemampuan keamanan" aliansi NATO dan tidak akan kompatibel dengan peralatan militer yang digunakan negara-negara NATO lainnya.

 

Saksikan video pilihan di bawah ini:


Rusia Percepat Pengiriman Sistem Pertahanan Udara S-400 ke Turki

Ekspresi Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan (tengah) saat bersama Presiden Rusia Vladimir Putin (kanan) dan Presiden Iran Hassan Rouhani (kiri) setelah menggelar pertemuan terkait perdamaian Suriah di Ankara, Turki, Rabu (4/4). (AFP PHOTO/ADEM ALTAN)

Turki dan Rusia telah menyetujui untuk mempercepat pengiriman sistem pertahanan udara S-400 Triumf. Kepastian tersebut disampaikan oleh pemimpin kedua negara pada Selasa, 3 April 2018.

Berbicara dalam konferensi pers bersama di Istana Presiden di Ankara, Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan dan Vladimir Putin mengatakan, mereka setuju untuk mempercepat pengiriman S-400 Triumf. Namun, keduanya tidak menyebut rincian waktunya.

"Dalam pertemuan dengan Presiden Erdogan, kami memutuskan untuk mempercepat waktu pengiriman S-400," kata Putin seperti dikutip dari situs kantor berita Turki Anadolu Ajansi.

S-400 Triumf merupakan sistem pertahanan udara tercanggih Rusia yang anti-pesawat, anti-rudal balistik, dan anti-rudal jelajah.

Sementara itu, terkait dengan pasokan S-400 Triumf ke Turki, Putin menegaskan bahwa hal tersebut murni perdagangan. Ia menampik ada unsur politik.

"Isu tentang produksi bersama atau transfer teknologi bukan soal kepercayaan atau kerja sama politik bagi kami. Ini murni persoalan komersial yang disepakati antar entitas ekonomi. Kami tidak memiliki restriksi politik mengenai hal itu," tegas Putin seperti dilansir kantor berita Rusia, TASS.

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya