Kementan Yakin Harga Ayam Bakal Turun Awal Agustus

Kementerian Pertanian perkirakan puncak panen produksi ayam pada 30 Juli 2018.

oleh Agustina Melani diperbarui 30 Jul 2018, 08:20 WIB
Peternak memberikan makan pada ayam pedaging broiler di kawasan Cipelang, Bogor, Jawa Barat, Selasa (24/7). Harga day old chicken (DOC) saat ini mencapai Rp 7.500 per ekor. (Merdeka.com/Arie Basuki)

Liputan6.com, Jakarta - Kementerian Pertanian (Kementan) menilai tingginya harga ayam sementara. Diperkirakan harga ayam dapat kembali normal Agustus 2018

Direktur Bibit dan Produksi Kementan, Sugiyono menuturkan, harga ayam di tingkat peternak sudah Rp 21.000. Namun, diakui harga jual ayam ke konsumen masih tinggi. Sugiyono menuturkan, tingginya harga ayam lantaran gangguan pasokan saat libur panjang Lebaran.

"Peternak ingin tetap masuk tetapi petugas minta libur karena fokus Ramadan dan Lebaran. Jadi sebelum dan sesudah Lebaran tidak ada chic in yang masuk. Sedangkan di beberapa daerah hanya mau bobot di atas 2 kilogram. Kecuali di beberapa daerah di Jakarta yang terima 0,8-1,3 dan 1,4,” kata Sugiyono saat dihubungi Liputan6.com, Senin (30/7/2018).

Ia menambahkan, Indonesia juga masih tergantung dari grand parent stock (GPS) atau induk day old chick (DOC) impor. Menurut Sugiyono berdasarkan hasil audit kebutuhan GPS sekitar 799.158.000 untuk produksi DOC. Selain itu, menurut Sugiyono, pada tahun lalu, memasuki Februari, Maret, dan April harga ayam turun.

 "Tahun ini agak aneh. Tidak sangka kalau hasilnya bagus (harga jual ayam-red). Di Jawa Tengah, Jawa Timur, dan Makassar tidak apa-apa mahal. Harga jual bagus ini untungkan peternak. Kayak telur saja naik jadi 24 ribu hanya dua hari. Ini memang peternak bahagia tapi konsumen derita. Tapi tidak selamanya. Berikan kesempatan bahagia peternak. Harganya bergelombang,” ujar Sugiyono.

Berdasarkan Kementerian Pertanian, kebutuhan daging ayam Januari-Juni 2018 sebesar 1.543.011 ton. Produksi DOC FS Januari-Juni 2018 sebanyak 1,52 miliar ekor atau setara daging 1.651.511 ton.

 


Puncak Panen pada 30 Juli

Peternak memberikan makan pada ayam pedaging broiler di kawasan Cipelang, Bogor, Jawa Barat, Selasa (24/7). Menurut peternak, kenaikan daging ayam disebabkan harga day old chicken (DOC) atau bibit ayam yang fluktuatif. (Merdeka.com/Arie Basuki)

Ada surplus daging ayam hasil produksi Januari-Juni 2018 sebanyak 108.500 ton. Prognosa kebutuhan daging ayam pada 2018 setelah pertimbangkan ada Asian Games sebanyak 3.051.276 ton. Prognosa produksi FS tahun 2018 sebanyak 3,28 miliar ekor atau setara daging sebanyak 3.560.234 ton.

Berdasarkan prognosa ada surplus daging ayam pada 2018 sebanyak 508.958 ton atau rata-rata surplus daging ayam per bulan 42.413 ton.

"Tahun 2018 tidak ada pemotongan GPS dan juga ada pengurangan jumlah impor GPS. Alokasi impor DOC GPS tahun 2018 adalah sebanyak 707.000 ekor. Impor DOC GPS Tahun 2018 adalah untuk produksi DOC FS paling cepat akhir tahun 2019. Sebagian besar adalah produksi DOC FS tahun 2020," kata Sugiyono.

Ia menambahkan, berdasarkan hasil kunjungan di lapangan di Jawa Tengah naiknya daging ayam atau kurangnya tersedia pasokan karena sebagian besar peternak melakukan chick in kandang satu minggu setelah Lebaran. Ini usai 22 Juli 2018. Menurut dia, peternak akan mulai panen setelah 25 Juli 2018 dan mencapai puncaknya usai 30 Juli 2018.

Selain itu, saat ini ayam banyak tersedia di kandang-kandang hanya belum bisa panen. Ini karena umur dan berat badan belum capai target.

Dari hasil kunjungan ke peternak layer di Blitar, ia menemui kenaikan harga telur di peternak pernah mencapai Rp 24.000 namun hanya berlangsung dua hari. Kemudian turun kembali di bawah Rp 22.000.

 

Saksikan video pilihan di bawah ini:

 

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya