Liputan6.com, Bali - Bali terkenal sebagai salah satu ikon pariwisata Indonesia. Namun, ada masalah sampah yang mengganggu kenyamanan para turis yang ada di Pantai Kuta, Legian, dan Seminyak.
Merespons hal itu, Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR) turun tangan dan menghadirkan solusi lewat mendirikan TPST 3R.
Baca Juga
Advertisement
TPST 3R merupakan singkatan dari Tempat Pengelolaan Sampah Terpadu Reduce, Reuse, Recycle dan berlokasi di Seminyak, Kabupaten Badung. Di tempat ini, terdapat kelas bagi komunitas, mahasiswa, dan masyarakat umum untuk mempelajari pengolahan sampah.
Aktivitas di TPST 3R Seminyak telah diinisiasi oleh Ditjen Cipta Karya Kementerian PUPR sejak tahun 2015 dan kini terus berkembang tidak hanya melibatkan warga sekitar namun juga perusahaan dan hotel-hotel untuk peduli 3R.
"Masyarakat bisa berperan aktif dalam mengatasi masalah sampah dan hasilnya pasti lebih efektif dan efisien bahkan bisa memiliki nilai ekonomis," kata Menteri PUPR Basuki Hadimuljono dalam sambutannya yang diwakili oleh Sekretaris Jenderal Anita Firmanti, pada Peluncuran Pusat Pelatihan (Learning Center) TPST 3R Seminyak, Sabtu, 28 Juli 2018 yang didukung oleh dana CSR (Corporate Social Responsibility) PT Coca Cola Amatil Indonesia.
Pusat pendidikan pengolahan sampah 3R juga dilengkapi oleh mesin pencacah plastik yang diserahkan dari Balitbang Kementerian PUPR. Penyerahan mesin juga dilengkapi materi ajar mengenai pemanfaatan limbah plastik sebagai campuran aspal dan campuran bahan bangunan seperti paving block.
Terdapat juga lima unit truk sampah, satu unit bak motor sampah, dua unit mesin pencacah plastik, satu unit mesin ayakan, tiga unit gerobak sampah, dan satu unit gedung komposting.
Tantangan dalam Mengelola Sampah
Berkat adanya fasilitas-fasilitas penunjang, diharapkan masyarakat bisa mengantar Indonesia menuju Indonesia bebas sampah tahun 2025.
Kepala Balai Litbang Penerapan Teknologi Jalan dan Jembatan Raden Satrio Sang Raksono menambahkan mesin pencacah plastik ini merupakan hasil karya mahasiswa Universitas Gadjah Mada (UGM).
"Ini merupakan sumbangan mesin pencacah plastik ketujuh di Kawasan Strategis Pariwisata Nasional (KSPN). Sebelum di Bali, kita telah melakukan hibah mesin di KSPN Labuan Bajo di NTT, KSPN Danau Toba, KSPN Toraja di Sulawesi Selatan, KSPN Mandalika di NTB, KSPN Bromo di Jawa Timur, dan KSPN Borobudur di Jawa Tengah," ujar Satrio.
Kementerian PUPR menjelaskan, tantangan dalam pengelolaan sampah perkotaan adalah volume timbulan sampah yang besar sehingga tidak mungkin ditampung di Tempat Pembuangan dan Pemrosesan Akhir (TPA) Sampah.
Sementara, untuk pembangunan TPA sampah baru kerap dihadapkan pada masalah ketersediaan lahan yang terbatas dan tingginya harga tanah di kota.
Advertisement