Kain Tenun Dayak hingga Aksesoris Sleman Mejeng di Jepang

Dua mitra binaan BNI yang menghasilkan produk layak ekspor terbang ke Tokyo.

oleh Bawono Yadika diperbarui 29 Jul 2018, 21:26 WIB
GM BNI Cabang Tokyo Aryo Bimo bersama Duta Besar Indonesia untuk Jepang Arifin Tasrif berbincang-bincang dengan salah satu pelaku usaha asal Indonesia di acara Festival Indonesia, Tokyo, Jepang. (Foto: Humas BNI)

Liputan6.com, Jakarta - PT Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk atau BNI turut berpartisipasi dalam Festival Indonesia yang diselenggarakan di Tokyo, Sabtu dan Minggu (28 dan 29 Juli 2018). Dalam pameran yang digelar dalam rangka memperingati 60 tahun hubungan diplomatik antara Indonesia dan Jepang ini, dua mitra binaan BNI yang menghasilkan produk layak ekspor turut diajak untuk berpromosi di Tokyo.

Kesempatan untuk berpromosi ini diharapkan akan membuka peluang bagi mitra BNI dalam menjaring calon pembeli baru dari luar negeri, sehingga nantinya dapat berkontribusi dalam meningkatkan ekspor Indonesia. Mitra-mitra binaan yang diajak pun sudah dibekali kemampuan untuk menjual produk melalui pasar online karena mereka merupakan anggota aktif di Rumah Kreatif BUMN (RKB) yang dibina oleh BNI. 

Mitra binaan yang diajak adalah Galeri Kerajinan Tenun Ikat Dayak asal Pontianak, Kalimantan Barat dan Jendra Jewelry asal Sleman, Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY). Kedua mitra binaan BNI ini telah mulai berpromosi sejak dibukanya Pameran Indonesia di Tokyo, Jepang, Sabtu (28 Juli 2018).

Galeri Kerajinan Tenun Ikat Dayak yang menjual tenun ikat hasil karya penenun dari Suku Dayak, Kalimantan. Galeri tersebut beroperasi di Pontianak, Kalimantan Barat.

Corporate Secretary BNI Kiryanto menuturkan, kain tenun tersebut merupakan warisan budaya nenek moyang Suku Dayak yang perlu dilestarikan dan layak mendapatkan perhatian warga dunia. Untuk itulah BNI membawa Galeri Kerajinan Tenun Ikat Dayak untuk turut berpartisipasi dalam Festival Indonesia di Tokyo.

Galeri Kerajinan Tenun Ikat Dayak menjadi wadah bagi para penenun Suku Daya untuk melestarikan budayanya dan di saat yang bersamaan memasarkan hasil tenunannya ke pasar yang lebih luas. Dengan semakin dikenalnya kain tenun tersebut, maka diharapkan penjualannya akan meningkat yang berujung pada meningkatnya pula kesejahteraan hidup para penenun Suku Dayak.

Masalah yang kerap kali dihadapi oleh para penenun Suku Dayak adalah permodalan dan ketersediaan bahan pewarna alami. Bahan pewarna alami yang bersumber dari alam kerap kali semakin sulit didapat karena proses pengambilannya yang masih belum memikirkan aspek kelestarian.

Untuk itu, BNI sebagai pembina memberikan permodalan serta pelatihan bagi para penenun Suku Dayak tentang pemanfaatan sumber bahan pewarna yang lebih ramah lingkungan.

"Pada akhirnya, tidak hanya melestarikan budaya serta meningkatkan penjualan dan kesejahteraan penenun, proses pembuatan yang lebih ramah lingkungan dapat memberikan nilai lebih tersendiri," ujar Kiryanto dalam keterangan tertulis, Minggu (29/8/2018)

Dalam mengembangkan usahanya, Galeri Kerajinan Tenun Ikat Dayak telah menerapkan dua jenis pendekatan, yaitu pendekatan cultural yang bertujuan meningkatkan kapasitas dan kapabilitas penenun. Serta, pendekatan structural yang mendorong adanya perhatian dan kebijakan yang berpihak bagi para penenun sebagai pelaku usaha mikro-kecil. Strategi pemasaran yang telah dilakukan antara lain mengadakan business meeting, mengikuti pameran, hingga katalog/leaflet.

 


Ceruk pasar aksesoris

Adapun Jendra Jewelry milik  Erryza Susilo tetap teguh menjalani bisnis rumahannya hanya pada bidang produksi aksesoris wanita. Yang berubah dalam bisnisnya ini adalah keberanian untuk berubah menjadi lebih baik dan menggapai peluang lebih besar.            

Pada awalnya, bisnis aksesoris Erryza dibangun pada tahun 2008 dengan tajuk Zilfana Beads untuk menyasar pasar aksesosir menengah ke bawah. Namun, mulai tahun 2016, Erryza mengubah target bisnisnya untuk menyasar pasar aksesoris kelas menengah ke atas, ditandai dengan berubahnya merk dagang menjadi Jendra Jewelry.

Dengan mempekerjakan sebanyak 7 pegawai di rumahnya yang berada di Sleman, Daerah Istimewa Yogyakarta, Erryza berupaya mengisi ceruk pasar yang menurutnya masih terbuka di industri aksesoris wanita aktif pada kisaran umur 25 – 60 tahun. Ujung tombak pemasaran yang menjadi andalan adalah mengikuti pameran-pameran, selain penjualan secara online.

Untuk itulah, Erryza menyambut dengan antusias ketika PT Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk atau BNI mengajaknya ke Tokyo untuk mengikuti Pameran pada 28-29 Juli 2018. Bagi Erryza, pameran di Tokyo ini merupakan salah satu langkah signifikan untuk mengembangkan usahanya, tidak hanya sekadar memperluas pasar, akan tetapi juga menjadi salah satu pengrajin aksesoris asal Indonesia yang diperhitungkan.

Tag Terkait

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya