Liputan6.com, Purbalingga - Tumpukan karung berisi sampah plastik menggunung di gudang CV Sipbangga, Karanglewas, Kutasari, Purbalingga, Jawa Tengah. Dua pria sigap memindahkan sampah-sampah plastik ini ke semacam panci besar di atas tungku yang menyala.
Setelah mencair, limbah plastik yang tak berdaya guna ini lantas dimasukkan ke tatakan alat cetak. Tak berapa lama kemudian, paving blok setengah jadi berbahan limbah plastik pun tersaji di depan mata.
Setelah mengeras, paving ini bisa diwarnai sesuai dengan keinginan pembuatnya. Paving blok yang terbuat dari limbah atau sampah plastik ini banyak digunakan sebagai paving blok hias dan dipasang dengan membentuk motif tertentu.
Proses pembuatan paving blok berbahan limbah plastik ini kelihatannya mudah. Namun, tak begitu dengan pengumpulan sampah plastiknya. Pengolah limbah plastik ini mesti bersaing dengan pengepul sampah lainnya.
Baca Juga
Advertisement
Oleh sebab itu, di Purbalingga, dibentuk semacam jaringan distribusi sampah yang terdiri dari pemasok dan pemanfaat. Pemasoknya adalah bank-bank sampah milik masyarakat seantero Purbalingga. Adapun pemanfaatnya adalah para pengolah sampah plastik untuk menjadi barang yang berdaya guna.
"Kami selama ini bekerja sama dengan bank sampah Maju Jaya Desa Karanglewas Kutasari untuk mendapatkan sampah plastik sebagai bahan baku paving, dan bekerja sama dengan bank-bank sampah yang ada di wilayah Purbalingga," kata Direktur Paving CV Sipbangga, Suyatno.
Pengelolaan sampah plastik ini menciptakan sebuah kombinasi menarik. Di satu sisi, tercipta lapangan pekerjaan untuk para pegawai bank sampah dan tempat pengelola.
Di sisi lain, bank-bank sampah akan membuat masyarakat lebih produktif dan bisa mengambil manfaat dari sampah plastik yang biasanya dibuang begitu saja dan menimbulkan pencemaran.
Produksi Paving Blok Sampah Plastik Purbalingga Menginspirasi DLH Cilacap
Gayung pun bersambut, CV Sipbangga memperoleh kucuran dana dari Kementerian Riset Teknologi dan Pendidikan Tinggi atau Kemenristekdikti untuk pengembangan usaha. Pengolah sampah plastik ini juga peroleh pendampingan dari Unsoed Purwokerto.
"Untuk pengembangan ilmu pemasaran, produksi dan pengelolaan keuangan kami," ujarnya, dalam keterangan tertulis yang diterima Liputan6.com, beberapa waktu lalu.
Dengan berbagai program pengelolaan sampah yang digulirkan, Purbalingga menargetkan bebas sampah pada tahun 2023. Target ini dua tahun lebih cepat dari target bebas sampah secara nasional yang ditetapkan pada 2025.
Sampah, terutama sampah nonorganik seperti plastik, memang telah menjadi masalah di seluruh daerah di Indonesia. Tak terkecuali, Cilacap.
Terinspirasi dari keberhasilan pengolahan sampah plastik CV Sipbangga, puluhan orang anggota rombongan bank sampah dan Dinas Lingkungan Hidup (DLH) Kabupaten Banyumas melakukan study banding.
Kepala Seksi Peningkatan Kapasitas Lingkungan Hidup DLH Cilacap, Chrisna Setyowati mengatakan, sampah plastik di Cilacap pun telah menjadi masalah lantaran belum diolah menjadi barang bermanfaat. Rencananya, bank-bank sampah akan belajar pengelolaan dan pengolahan sampah dari CV Sipbangga ini.
"Kedatangan kami untuk belajar pengolahan sampah menjadi paving blok berbahan baku sampah plastik, dan kami dari DLH kabupaten Cilacap berjumlah 15 orang dan 16 orang perwakilan dari bank sampah yang aktif di wilayah Cilacap. Selain, karena paving plastik ini terbilang unik," kata Chrisna.
Dia pun berharap, perwakilan dari masing-masing bank sampah Cilacap bisa menggerakkan anggota dan menularkan ilmu agar bisa mengubah sampah plastik menjadi barang yang bermanfaat. Rencananya, masing-masing bank sampah akan memproduksi paving blok.
Advertisement