Bos Jasa Marga Blak-blakan soal Tol Trans Jawa hingga Integrasi Tarif

PT Jasa Marga (Persero) terus mendorong terciptanya konektivitas di seluruh nusantara, Langkah apa saja yang telah dan akan dilakukan?

oleh Ilyas Istianur Praditya diperbarui 06 Agu 2018, 06:21 WIB
Direktur Utama PT Jasa Marga Desi Arryani (Liputan6.com/Faizal Fanani)

Liputan6.com, Jakarta PT Jasa Marga (Persero) telah lama dikenal sebagai operator jalan tol di Indonesia. Pembangunan jalan tol yang menjadi konsesi Jasa Marga pun terus bertambah setiap tahunnya. Bahkan hingga akhir 2018, Jasa Marga memperkirakan akan memiliki 300 kilometer (km) jalan tol baru yang telah rampung konstruksinya.

Terbaru, jalan tol ruas Solo-Ngawi telah diresmikan Presiden Joko Widodo (Jokowi) pada pertengahan Juli ini. Tol ini memiliki panjang kurang lebih 35 km. Sementara, Presiden Jokowi menargetkan jalan tol Trans Jawa bisa tersambung pada 2019. Namun pada akhir 2018, Jasa Marga mengaku tol Trans Jawa sudah tersambung.

Tingginya kebutuhan pendanaan pembangunan jalan tol ini menjadikan Jasa Marga harus berputar otak untuk mencari sumber pendanaan baru demi menjaga margin keuangan perusahaan. Hingga akhir 2018 saja, Jasa Marga membutuhkan pendanaan hingga Rp 60 triliun. Paling besar untuk menyelesaikan Trans Jawa.

Alhasil, Jasa Marga menjadi BUMN konstruksi yang paling inovatif dalam mencari pendanaan baru ini. Setelah tahun lalu melakukan sekuritisasi di ruas tolnya dan menerbitkan global bond, tahun ini Jasa Marga kembali melahirkan inovasi baru yang patut dicoontoh BUMN konstruksi lainnya, yaitu Reksa Dana Penawaran Terbatas (RDPT).

Lalu apa lagi yang akan dilakukan Jasa Marga untuk menggenjot pembangunan infrastruktur dan proyek apa saja yang tengah dikerjakan Jasa Marga? Berikut adalah hasil wawancara Liputan6.com bersama Direktur Utama Jasa Marga Desi Aryani:

Berapa panjang tol yang dikelola Jasa Marga saat ini dan hingga akhir tahun? 

Kalau sampai semester 1 ini berarti 96 km. Ngawi-kertosono itu 52 km. BORR itu 2,6 km. Gempol-Pasuruan 6,6 km. Jadi 61 km. Tapi masuk semester 2 kemarin kita resmikan 35 km Solo-Ngawi, itu masuk Juli. Selanjutnya akan menambah lagi seksi 1 Medan-Kualanamu-Tebing Tinggi 10,75 km. Kalau semua sudah jadi 107 km. 

Setelah itu agak break 2 bulan, kita tunggu peresmian Sragen-Ngawi 51 km. 107 km itu kita menunggu waktu Presiden meresmikan. Harapan kita akhir bulan ini. Kalau sampai akhir tahun 2018 mungkin bisa 300 km.

Ada sedikit ruas Porong-Kejapanan itu 6 km. Mungkin kita kasih bonus sedikit tol Pandaan-Malang. Itu bukan Trans Jawa tapi kemarin dipakai fungsional, 30 km Pandaan-Malang ini optimis selesai di 2018.

Trans Jawa yang belum tersambung mana saja?

Paling Barat itu yang belum menyambung Batang-Semarang, Salatiga-Kartosuro, Sragen-Ngawi, Wilangan-Kertosono, lanjut Porong-Kejapanan dan Pasuruan-Grati.

Apa yang menjadi kendala dalam pembangunan konstruksi jalan tol?

Tetap dalam pembangunan jalan tol, nomor satu di pembebasan tanah. Tapi dibanding 3 tahun belakang sudah jauh sekali bedanya.

Paling mudah Batang-Semarang. Tanah itu baru 15 persen setelah 2 tahun tanah hampir 100 persen konstruksi 85 persen. Kalau dulu tanah 70 persen baru gerak konstruksinya. Jadi jauh sekali bedanya.

Pengalaman unik dalam setiap konstruksi ada?

Di pembebasan lahan. Banyak contoh, ruas Batang-Semarang tiba-tiba di tengah ada masjid. Kita sudah oke pindahkan tapi kita harus bangun dulu baru bisa dirubuhkan. Tapi paling menarik ya saat mudik dan arus balik kemarin. Jalan tol belum selesai tapi disuruh fungsional.

Kalikenteng dan Kalikuto itu sesuatu banget. Dan itu memang belum saatnya selesai. Jadi masyarakat disuguhkan pilar-pilar yang tinggi. Itu cukup menarik. Dan memang menambah effort, di mana seharusnya tidak perlu bikin jalan seperti itu dan lanjut konstruksi aja.

Memang itu kewajiban kita memberikan yang terbaik untuk mudik, jadi kita happy aja.

2019 Trans Jawa harus nyambung, butuh berapa investasi?

Sampai Pasuruan sekitar Rp 50 triliun-Rp 60 triliun, itu akhir 2018 selesai. Tapi hanya sampai Probolinggo.

 

Direktur Utama PT Jasa Marga Desi Arryani (Liputan6.com/Faizal Fanani)

Jasa Marga sudah mengeluarkan inovasi pendanaan dengan RDPT, apa ada rencana lain ke depannya?

Tahun lalu ada 3, securitisasi, project bound, dan global bound. Ketiganya satu hal baru. Tahun ini RDPT. Intinya memperkuat struktur permodalan karena investasi kita itu luar biasa.

Memang kita lagi coba kaji Dana Investasi Infrastruktur Berbentuk Kontrak Investasi Kolektif (Dinfra), tapi masih dikomunikasikan dengan OJK dan Kementerian Keuangan. Dia mirip RDPT tapi ada bedanya sedikit. Ini masih dikoordinasikan.

Ini demi menjaga struktur permodalan, mengantisipasi deviasi, sehingga semua smooth. Semua ruas kita sudah ada back up finansialnya tapi kalau terus tidak improve nanti struktur modal jadi tidak sehat.

Bagaimana perkembangan anak usaha PT Jasamarga Transjawa?

Akhir 2016 baru 593 km jalan tol yang operasi, sekarang sudah 741 km nanti sebentar lagi bisa sampai 900 km. Awal tahun bisa 1.000 km. Jadi luar biasa besar. Sementara yang mengelola kan tidak sama. Makanya kita bentuk anak usaha agar bisa manage lebih fokus.

Jasamarga Transjawa sudah terbentuk, tapi kita masih proses perkuat organisasi sebelum nanti spin off.

Ke depan, menambah modal pasti nanti, anak usaha operasi Trans Jawa masuk sana. Dia butuh modal kerja pasti nanti menambah modal ke sana tapi seluruh ruas sudah punya back up jadi lebih ke operasi saja.

Setelah Trans Jawa, Jasa Marga mau garap mana lagi?

Trans Jawa akan kita selesaikan pada tahun ini. Kita masih punya JORR 2 , Cengkareng-Kunciran, Kunciran-Serpong, Serpong-Cinere. Kita juga masih punya BORR yang belum selesai. Kita masih punya Japek Eleveted dan Japek Selatan. Kita masih punya Balikapapn-Samarinda. Jadi masih banyak pekerjaan rumah ke depan. 

Soal integrasi tol, itu seberapa penting?

Sangat penting. Memang traffic manajemen tidak bisa berhenti seperti ini. Perkembangan luar biasa ini menjadikan kita harus kreatif. Menghilangkan kemacetan di Jakarta itu sama dengan mimpi. Tapi apalagi yang bisa kita lakukan demi kurangi kemacetan.

Terbukti hilangkan GT Karang Tengah itu jauh lebih baik walaupun kita masih melihat apa yang perlu tigkatkan lagi di tol Jakarta-Tangerang. Kemarin kita ada perubahan transaksi di Semarang.  Bicara soal integrasi yang JORR 1 memang tidak sepenuhnya Jasa Marga. 

 Apakah akan ada lagi langkah integrasi jalan tol? 

Lagi lihat-lihat. Karena kita terus menerus harus kreasi, apa lagi yang harus dikreasi. Gardu tol di JCC itu disodet. Jadi macet di Mandiri sudah berkurang. Kreasi itu banyak kita lakukan.

Sekarang menambah gardu juga tidak sulit karena e-toll. Jadi tidak perlu gardu dengan fisik yang besar.

Tahun 2018, apakah ada rencana penyesuaian tarif?

Kalau tidak salah Semarang-Bawen sudah dilakukan. Nanti juga akan disesuaikan tarif tol Jakarta-Cikampek dan Prof Sedyatmo.

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya