Mahasiswa ITB Raih Medali Emas Kompetisi Matematika di Bulgaria

Dalam kompetisi yang berlangsung sejak 22-28 Juli 2018 di Kota Blagoevrad itu, Bimo terlebih dulu bersaing dengan 351 peserta lain dari berbagai negara di dunia.

oleh Huyogo Simbolon diperbarui 30 Jul 2018, 11:00 WIB
Bimo Adityarahman Wiraputra. (Humas ITB/Huyogo Simbolon)

Liputan6.com, Bandung - Mahasiswa Institut Teknologi Bandung (ITB) kembali menorehkan prestasi membanggakan di kancah internasional. Kali ini Bimo Adityarahman Wiraputra, mahasiswa Prodi Teknik Informatika, STEI-ITB yang berhasil mendapatkan medali emas atau first prize dalam ajang International Mathematic Competition (IMC) 2018 di Bulgaria.

Dalam kompetisi yang berlangsung sejak 22-28 Juli 2018 di Kota Blagoevrad itu, Bimo terlebih dulu bersaing dengan 351 peserta lain dari berbagai negara di dunia. Termasuk bersaing dengan sembilan delegasi lain dari Indonesia.

Bimo sendiri mengaku tak menyangka dirinya bisa meraih medali emas di kompetisi tersebut. Dalam keterangan tertulis di laman ITB, Bimo bersyukur karena bisa membawa nama harum ITB di dunia internasional. Medali tersebut ia persembahkan kepada almamater tercinta, orangtua, teman-teman satu tim dan pembimbing.

"Pastinya senang dan bersyukur bisa meraih juara. Ini suatu kebanggaan tersendiri," kata Bimo, Senin (30/7/2018).

Ia menceritakan, tak ada persiapan khusus untuk ikut kompetisi tersebut, hanya saja dengan pembimbing dan rekan-rekan tim dia sering mengerjakan soal bersama. Di rumah ia pun sering membaca kembali buku-buku dan topik yang sekiranya bakal diujikan dalam tes.

Namun, Bimo mengakui soal-soal yang diujikan di kompetisi matematika memang lebih sulit levelnya bila dibanding olimpiade.

"Selama ikut lomba, ada beberapa soal yang diujikan, mulai dari tingkatan mudah, sedang dan sulit, semuanya bisa dilewati dengan baik," ucapnya.

Bimo, yang sangat menyukai analisis riil dan kombinatorika dalam matematika itu, melanjutkan, setelah meraih medali emas dirinya akan lebih fokus mendalami dunia informatika sesuai dengan program studinya saat ini. Pengalaman ikut IMC dan Olimpiade FMIPA menjadi bekal baginya untuk belajar lebih giat lagi.

"Tentunya banyak pengalaman berharga telah didapat dari sana," ucap Bimo yang juga pernah ikut olimpiade saat SMP dan SMA.

Simak video pilihan berikut ini:


Bimbingan ON MIPA

Mahasiswa ITB raih medali emas di ajang internasional. (Dok. Humas ITB/Huyogo Simbolon)

Dosen muda Kelompok Keahlian Aljabar, Prodi Matemika FMIPA-ITB, Afif Humam mengatakan, prestasi tersebut merupakan kedua kalinya setelah sebelumnya pada 2015 mahasiswa ITB Muhammad Al-Kahfi juga mendapatkan first prize di ajang yang sama.

"Cukup bahagia sekali akhirnya kita bisa dapat first prize lagi. Untuk tahun lalu kita dapat second prize dan third prize, jadi tahun ini kita malah berhasil meloloskan 4 orang itu sebuah prestasi juga dari kontingen tim Indonesia," katanya.

Afif Humam sendiri merupakan pembimbing Bimo dan kawan-kawan di ajang tersebut. Selain Bimo, ada tiga mahasiswa ITB lainnya dari Prodi Matematika yang mengikuti IMC 2018. Mereka adalah Hopein Cristofen Tang yang meraih Third Prize, Laurence Petrus Wijaya meraih Honorable Mention, dan Mochammad Zulfikar Aditya juga meraih Honorable Mention.

Mereka yang mengikuti IMC 2018 sebelumnya telah melalui seleksi terlebih dahulu. Peserta seleksi merupakan 20 mahasiswa jebolan Olimpiade Nasional MIPA pada Mei 2018 lalu yang mendapatkan medali dan honorable mention. Perwakilan ITB paling banyak ikut seleksi dengan 6 mahasiswa. Selanjutnya ke-20 peserta itu disaring sampai mengerucut menjadi 9 orang yang berhak ikut IMC.

Selama proses bimbingan, kata Afif, Bimo bersama rekan-rekannya lebih banyak belajar soal-soal sendiri. Sebab, mereka sudah diberikan bimbingan maksimal ketika ON MIPA beberapa bulan lalu yang waktunya tak begitu jauh dengan IMC 2018.

"Pembekalan yang saya lakukan lebih banyak di persiapan Olimpiade MIPA kemarin. Saya jelaskan dari ON MIPA tingkatan levelnya berbeda. Saya berikan contoh-contoh soal, selebihnya mereka belajar sendiri kemarin beberapa orang saya pinjamkan berkas atau buku buku untuk dipelajari," katanya.

Dia mengatakan, ITB bisa dibilang punya kelebihan ketika ikut kompetisi seperti ON MIPA atau IMC lantaran soal-soal yang ada di ujian mata kuliah sudah hampir setingkat dengan ON MIPA.

"Jadi memang secara pelatihan sebagai pembina di sini tidak begitu banyak ngasih materi. Karena sudah ada materi kuliah sendiri, kami hanya membantu memberikan latihan untuk mereka kerjakan sendiri, jadi lebih dominan ini hasil belajar mereka sendiri," ungkapnya.

Ia berharap ke depannya banyak mahasiswa ITB lainnya yang ikut kompetisi dan mengharumkan nama ITB dan Indonesia. Syarat untuk bisa ke level tersebut, hanya perlu giat dan tekun belajar.

"Kalau rutin, dan tekun untuk belajar Insyaallah bisa untuk ikut berkompetisi," ucapnya.

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya