Memotret Sepasang Kekasih Berciuman, Fotografer di Bangladesh Dikeroyok dan Dipecat

Seorang fotografer di Bangladesh, Jibon Ahmed, dikeroyok oleh rekan-rekannya setelah ia mengambil gambar dari sepasang kekasih yang berciuman di bawah rinai hujan.

oleh Afra Augesti diperbarui 30 Jul 2018, 20:10 WIB
Ilustrasi ciuman (iStockphoto)

Liputan6.com, Dhaka - Sebuah foto yang diabadikan oleh jurnalis foto asal Bangladesh, Jibon Ahmed, viral di negaranya. Foto tersebut menampilkan seorang pria dan wanita yang tengah berciuman di bawah rintik hujan.

Karena memandang adegan tersebut sebagai sesuatu yang natural, Ahmed lalu meminta izin kepada pasangan itu untuk mengunggah karyanya di media sosial, termasuk Facebook. Demikian seperti dikutip dari The Washington Post, Senin (30/7/2018).

Lalu seketika, potret tersebut menyebar cepat di jagat maya dan di negara berpenduduk mayoritas Muslim itu. Banyak warganet yang memberikan tanggapan positif terhadap hasil bidikan Ahmed. Menurut mereka, ini adalah sesuatu yang langka terjadi di University of Dhaka, di mana gambar diambil.

Sebelumnya ada laporan menyebut bahwa kampus tertua di Bangladesh itu sedang "panas". Sempat terjadi kericuhan beberapa waktu lalu. Tiga mahasiswa konservatif harus diskors pada Juli ini karena diduga menyerang dua mahasiswa yang sedang bergandengan tangan.

Senada dengan yang dialami Ahmed. Bukannya mendapat apresiasi atau dukungan dari rekan-rekannya, ia justru mendapat perlakuan tak menyenangkan. Usai mengunggah foto dua sejoli tadi di seluruh akun media sosialnya --Facebook, Twitter, Instagram-- Ahmed mendapat kritik pedas. Parahnya lagi, ia dikeroyok oleh teman-teman seprofesi dan dipecat dari perusahaan media tempatnya bekerja.

Sejumlah orang menduga, hal itu dikarenakan meluasnya paham ekstremisme di Bangladesh dan tak sedikit yang menganggap bahwa karya Ahmed menampilkan adegan tidak senonoh.

Menurut situs web Bangladesh News 18, seorang blogger konservatif menulis, "Orang yang berpacaran semakin berani menampakkan diri di muka umum dari hari ke hari. Sebelumnya mereka melakukan 'segala sesuatu' secara rahasia, sekarang mereka blak-blakan di siang bolong, termasuk bercinta di depan umum."

Ahmed menegaskan, ia tidak menoleransi apa yang telah dilakukan rekan-rekannya padanya. Di satu sisi, ia mengaku menjadi korban pemolisian moral (moral policing). Menjawab pernyataan blogger konservatif itu, Ahmed menyindir dengan mengatakan, "moral yang bengkok tidak dapat mendikte pekerjaan seorang seniman."

 

Saksikan video pilihan berikut ini:


Kronologi

Ilustrasi Tindak Kekerasan dan Penganiayaan (iStockphoto)

Dalam sebuah wawancara bersama The Washington Post, Ahmed mengisahkan awal mula kejadian.

Senin pagi minggu lalu, ia sedang berburu objek foto di dekat pusat kegiatan dosen-mahasiswa di University of Dhaka. Hujan turun mengguyur. Seketika matanya membidik sepasang kekasih sedang berciuman bibir di tengah rinai hujan. Ini membuatnya senang.

Tak ingin kehilangan momen, ia langsung mengarahkan lensa kamera dan mengabadikan adegan penuh kasih itu ke dalam sebuah foto. Ia pun mengirimkan hasil karyanya ke ruang redaksi. Sesampainya di meja editor, foto Ahmed ditolak mentah-mentah dan tidak diizinkan tayang.

"Editor mengatakan 'Tidak, kamu tidak bisa mempublikasi foto ini karena bisa memantik komentar negatif', tapi saya menilai adegan itu sebagai simbol cinta murni," ucap Ahmed yang berusia 30 tahun.

Merasa kecewa, ia kemudian memutuskan untuk memosting di akun Instagram dan Facebook pribadinya. Dalam waktu kurang dari satu jam, foto itu telah dibagkan 5.000 kali.

Keesokan harinya, kata Ahmed, beberapa rekan fotografer menghajarnya. Nahasnya lagi pada hari Rabu, bosnya meminta Ahmed untuk menyerahkan kartu identitas wartawan dan laptop yang dipinjamkan padanya. Tanpa memberi alasan apapun, Ahmed dinyatakan dipecat.

"Serangan itu tidak terkait dengan tugas profesional seorang jurnalis. Serangan itu murni karena alasan pribadi penyerang," ungkap Khujista Nur-e-Naharin, editor portal berita Purboposhchimbd tempat Ahmed bekerja.

Ia menambahkan, Ahmed tidak menghadiri rapat yang membahas insiden penyerangan atas dirinya. Ia juga sudah tak pernah lagi datang ke kantor sejak 24 Juli.

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya