Liputan6.com, Jakarta Wastra Indonesia merupakan salah satu kekayaan budaya yang dimiliki Indonesia dan telah diakui dunia. Mengandung filosofi yang mendalam, wastra Indonesia tersebar di berbagai sudut Nusantara dengan membawa ragam dan corak yang memukau. Sayangnya seperti produk budaya lain, wastra atau kain khas Indonesia kurang mendapat sorotan atau bahkan terlupakan seiring perkembangan zaman, lalu tenggelam di tengah modernisasi.
Hal inilah yang kemudian mendorong Umbu Ignas, seorang pegiat budaya asli Sumba untuk memperkenalkan dan terus mengampanyekan wastra sumba kepada masyarakat yang lebih luas. Umbu Ignas yang lahir dan besar dari keluarga penenun kain Sumba ingin masyarakat Indonesia dan dunia tahu, Sumba merupakan daerah dengan kekayaan wastra yang luar biasa.
Advertisement
Bagi Umbu Ignas memperkenalkan kain Sumba pada masyarakat luas bukan perkara mudah. Minimnya pemahaman tentang kain Sumba menjadi permasalahan utamanya. Namun dengan tekad ingin memberikan kesejahteraan kepada para penenun tradisional Sumba, Umbu memulai misinya dengan ikut dalam serangkaian pameran wastra di Jakarta.
Pertemuan dengan arsitek Yori Antar kemudian membawa Umbu Ignas ingin membawa kain Sumba ke taraf yang lebih tinggi. Bekerja sama dengan Rumah Asuh, salah satu lembaga pelestarian suku dan budaya yang dimiliki Yori Antar, tercetuslah ide untuk membuat Rumah Kain. Melalui program yang bernama Sumba Silk Road, Yori Antar dan Umbu Ignas ingin wastra Sumba mampu berbuat lebih pada pariwisata NTT pada umumnya.
Yori Antar saat ditemui Liputan6.com, Senin (30/7/2018) mengatakan, Sumba Silk Road terinspirasi dari adanya Jalur Sutera. Seperti yang banyak orang tahu, Jalur Sutera menjadi pertemuan budaya dan peradaban dari banyak negara di dunia. Hadirnya Jalur Tenun Sumba atau Sumba Silk Road tentunya bertujuan untuk memperkenalkan inilah jalur peradaban kain tenun Sumba.
“Paling tidak hadirnya Jalur Tenun Sumba bisa membuat tenun Sumba lestari, secara tidak langsung pasti akan lestari,” ungkap Yori A
Jalur Tenun Sumba
Lebih jauh dirinya menjelaskan, ada tujuh titik Rumah Kain yang akan dibangun di Sumba dan akan menjadi Jalur Tenun Sumba. Ketujuh titik tersebut antara lain, di Sumba Barat Daya itu Atmahondu, rumah tenun milik Pastor Robert, rumah tenun ini sekaligus menjadi museum tenun Sumba.
Kedua Rumah Tenun Houmara, rumah ini dibiayai oleh gotong-royong yang dikordinasikan oleh Rumah Asuh. Rumah ini sendiri sudah diresmikan dan mulai banyak dikunjungi wisatawan.
“Waktu Festival Sandelwood kemarin, rumah ini sudah jadi destinasi, dibanjiri turis,” kata Yori Antar.
Ketiga Rumah Tenun Kanatang yangdalam waktu dekat akan diresmikan, ini menjadi lokasi penghasil warna biru kain Sumba. Keempat rumah tenun Kaliuda, rumah ini menjadi penghasil warna merahnya kain Sumba.
Kelima rumah tenun Preikamaru, rumah ini juga sudah dibangun. Keenam Paw, sudah dicatat dan sudah ada donaturnya, tinggal segera dibangun rumah kainnya. Kawasan ini menjadi daerah penghasil kain tenun Pahikung Sumba. Dan terakhir ada Palimbi.
Advertisement
Bangga Berkain Tenun Sumba
Kerja sama antara Umbu Ignas dan Yori antar tak hanya sampai di situ. Melalui mini show cas, Yori Antar juga mampu menyadikan wastra Sumba dalam kemasan lain, menampilkan sisi chic dan fashionable dari wastra Sumba.
Keduanya berharap wisatawan yang datang ke Sumba tidak hanya asal membeli kain Sumba, tapi juga bisa menyatu dengan para perajin, mengetahui lebih jauh kekayaan budaya yang ada pada kain tenun Sumba. Sehingga orang yang membeli dan memiliki kain tenun Sumba dapat merasa bangga dengan apa yang mereka kenakan.
Simak juga video menarik berikut ini: