Penyaluran KUR BRI Capai Rp 44 Triliun hingga Juni 2018

BRI akan tetap selektif dan prudent dalam menyalurkan pinjaman sehingga kualitas kredit tetap berada di posisi ideal.

oleh Merdeka.com diperbarui 31 Jul 2018, 11:30 WIB
Suasana saat perajin memproduksi sepatu di sebuah rumah industri di Jakarta, Selasa (6/3). OJK dan Menko Perekonomian memfokuskan kredit usaha rakyat (KUR) bagi UKM dengan sistem klaster. (Liputan6.com/Angga Yuniar)

Liputan6.com, Jakarta PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk yang merupakan bank terbesar yang mendapatkan alokasi penyaluran Kredit Usaha Rakyat (KUR) dari pemerintah telah menyalurkan KUR senilai Rp 44,4 triliun kepada lebih dari 2,2 juta debitur hingga akhir Juni 2018.

Direktur Utama BRI, Suprajarto menyebutkan bahwa pencapaian ini tercatat setara 55,9 persen dari target penyaluran KUR BRI di tahun 2018 yakni sebesar Rp 79,7 triliun.

"Salah satu strategi dibalik kencangnya penyaluran KUR BRI yakni dengan digitalisasi proses pengajuan KUR," kata Suprajarto dalam acara konfrensi pers paparan kinerja keuangan, di Gedung BRI Pusat, Jakarta, Selasa (31/7/2018).

Melalui digitalisasi tersebut, lanjutnya, Bank BRI mampu memangkas SLA (Service Level Agreement) pengajuan KUR serta meningkatkan produktivitas tenaga pemasar atau biasa disebut Mantri BRI.

Sementara itu, dari sisi komposisi, segmen Mikro, Kecil dan Menengah (MKM) masih mendominasi penyaluran kredit Bank BRI. Tercatat senilai Rp 602,7 triliun atau sekitar 75,9 persen dari total kredit BRI disalurkan ke segmen MKM.

"Bank BRI akan terus berkomitmen memberdayakan MKM di Indonesia, dan target kami di tahun 2022 penyaluran kredit ke segmen MKM mencapai 80 persen dari total kredit BRI," ujarnya.

 


Kualitas Kredit Baik

Perajin mengecek kondisi sepatu saat memproduksi di sebuah rumah industri di Jakarta, Selasa (6/3). Otoritas Jasa Keuangan (OJK) bekerja sama dengan Menko Perekonomian untuk meningkatkan volume dan kualitas kredit bagi UKM. (Liputan6.com/Angga Yuniar)

Suprajarto menjelaskan bahwa kredit yang tumbuh tinggi tersebut diimbangi dengan kualitas kredit yang baik. Hal ini tercermin dari rasio kredit bermasalah (NPL Gross BRI) yang tercatat sebesar 2,41 persen.

"NPL BRI tercatat lebih kecil daripada NPL industri, dimana NPL industri perbankan di Indonesia tercatat 2,67 persen pada Juni 2018."

Suprajarto mengatakan, ke depan Bank BRI akan tetap selektif dan prudent dalam menyalurkan pinjaman sehingga kualitas kredit tetap berada di posisi ideal.

"BRI juga memilih untuk menjaga rasio pencadangan risiko kredit yang ditunjukkan dengan NPL Coverage Ratio di level yang sama dengan Juni tahun lalu diatas 180 persen."

 Reporter: Yayu Agustini Rahayu

Sumber: Merdeka.com

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya