Perjuangan Berat Buffon di PSG

Buffon belum tampil sebagus yang diharapkan di PSG.

oleh Defri Saefullah diperbarui 31 Jul 2018, 17:15 WIB
Gianluigi Buffon pada International Champions Cup 2018 di Singapura. (ICC Singapore 2018 via Getty)

Liputan6.com, Jakarta - Gianluigi Buffon merupakan fenomena sepak bola Italia. Dia memiliki karier yang begitu lama di sepak bola berkat kesetiaannya dengan Juventus.

Dia berbakti di Juventus selama 17 musim. Ini sebuah torehan yang sangat panjang untuk seorang kiper berusia 40 tahun ini. Setelah meninggalkan Juventus, Buffon seperti hendak gantung sarung tangan.

Namun faktanya, Buffon memilih untuk pindah ke Paris Saint-Germain (PSG) dengan durasi kontrak satu musim. Dia membawa satu harapan bisa mendapatkan satu trofi yang diidam-idamkannya dengan PSG, yaitu Liga Champions.

Sayang, Buffon seakan kehilangan taji di PSG. Tanda-tanda itu terlihat dari catatan kebobolan 4 gol dari dua pertandingan PSG di pramusim International Champions Cup 2018.

Dia tampil saat PSG kalah 1-3 dari Bayern Munchen dan saat kalah 1-5 dari Arsenal. Benarkah Buffon benar-benar kehilangan taji? Atau Buffon sedang belum siap menghadapi musim baru dengan tim baru seperti PSG?

Penampilan buruknya ini membuat dia sulit untuk memberi impresi kepada pelatih PSG, Thomas Tuchel. Eks Dortmund ini juga tak mau menjamin posisi Buffon sebagai kiper utama di PSG nanti. Tuchel tak mau berpatokan dengan karier panjang Buffon di Juventus.

Dia juga realistis karena PSG punya kiper muda yang lebih tangguh seperti Kevin Trapp. Tuchel ingin Buffon berjuang untuk kariernya di PSG.

"Buffon tidak takut untuk bersaing memperebutkan posisi. Kevin dan Alphonse juga tak takut untuk bersaing. Persaingan seperti ini yang saya inginkan di semua posisi," ujar Tuchel seperti dikutip dari iol.co.za.


Tak Terkejut

Gianluigi Buffon dalam sesi konferensi pers International Champions Cup 2018, Minggu (29/7/2018). (Bola.com/Wiwig Prayugi)

Buffon sendiri tak terkejut dengan buruknya penampilan di PSG pada laga pramusim. Dia merasa tak kecil hati kalau nantinya bukan menjadi pilihan utama di PSG.

Dia mengatakan tak pernah merasa jadi kiper yang dominan saat bermain. Dalam 656 kali penampilan di Juventus, Buffon mengaku tak sekalipun dirinya merasa yakin bakal terus dimainkan.

"Selama 24 tahun berkarier di sepak bola, tak satu pun yang pernah memberitahu saya pasti jadi pilihan utama. Semua terjadi berkat latihan keras dan prestasi di lapangan," ujar Buffon.

"Maka itu, saya akan terus seperti itu. Saya juga membantu kiper lain untuk berkembang."

Kemampuan kiper sekaliber Buffon memang tak perlu diragukan lagi. Kalaupun sudah kebobolan 4 gol di pramusim, itu tidak otomatis menghapus jejak bagus kariernya selama di Juventus.

"Situasi ini harus diatasi dengan tenang dan jelas. Saat ada pemain yang menjanjikan, bagus di level atas, saat itulah waktunya untuk menentukan," kata Tuchel.


Bukan Liga Champions

Pelatih Paris Saint-Germain, Thomas Tuchel dan Gianluigi Buffon pada sesi konferensi pers di ICC 2018, Singapura. (Bola.com/Wiwig Prayugi)

Buffon juga memastikan kepindahannya ke PSG bukan gara-gara ingin mendapatkan Liga Champions. Dia mengaku hanya ingin tetap bermain di level tinggi meski sudah berusia 40 tahun.

"Saya selalu suka dengan tantangan main di luar negeri, sebuah tantangan dan ambisius seperti di Paris," ujarnya.

Buffon juga mengatakan ingin merasakan suasana lain. Berkarier selama 40 tahun di Italia benar-benar membuatnya ingin merasakan suasana baru.

"Setelah 40 tahun di Italia, sebuah perubahan bakal bagus buat saya dari sisi personal maupun profesional," ujarnya.

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya