AS Akan Kucurkan Dana Rp 1,62 Triliun untuk Indo Pasifik, Usik China?

AS mengucurkan dana untuk Indo Pasifik di tengah perang dagang antara AS-China. Ada maksud tersembunyi?

oleh Rizki Akbar Hasan diperbarui 01 Agu 2018, 07:01 WIB
Menteri Luar Negeri Amerika Serikat Mike Pompeo (AP Photo/Jacquelyn Martin, File)

Liputan6.com, Washington DC - Amerika Serikat akan mengucurkan dana berkisar US$ 113 juta (sekitar Rp 1,62 triliun) dalam bentuk bantuan pengembangan ekonomi atau investasi untuk sektor ekonomi digital, energi dan infrastruktur di Asia dan Indo Pasifik.

Hal itu diutarakan oleh Menteri Luar Negeri Mike Pompeo saat berbicara dalam "Indo Pacific Business Forum" yang diselenggarakan oleh Kamar Dagang AS (US Chamber) di Washington DC, 30 Juli 2018 --sehari jelang kunjungan kerjanya ke Malaysia, Singapura, Indonesia dan pertemuan antar menteri luar negeri ASEAN sepanjang pekan ini.

Rencana itu juga muncul di tengah perang dagang antara AS-China dan bertumbuhnya pengaruh ekonomi-investasi serta politik Negeri Tirai Bambu di Asia dan Indo Pasifik.

Tanpa menyebut nama China, Pompeo mengatakan bahwa peran AS di kawasan itu akan ditentukan oleh "penentangannya terhadap negara mana pun yang berusaha mendirikan lingkup pengaruh yang bersaing."

"Kami tidak pernah dan tidak akan pernah mencari dominasi di Indo Pasifik, dan kami akan menentang negara mana pun yang melakukannya," menangkis fakta bahwa negaranya tengah terlibat dalam kalut perang dangan China. Demikian seperti dikutip dari The Guardian.

Strategi pemerintahan Presiden Donald Trump untuk membangun pengaruh dalam pengelompokan regional "Indo Pasifik" --yang mencakup pantai barat AS, negara-negara Asia Tenggara dan India-- dipandang sebagai respon terhadap proyek Belt and Road Initiative China.

Kendati demikian, total fulus US$ 113 juta terbilang kecil jika dibandingkan dengan miliaran dolar dana yang telah digelontorkan Beijing --dalam bentuk proyek pembangunan infrastruktur, transportasi, dan investasi-- ke negara-negara di kawasan tersebut. Demikian seperti dikutip dari BBC.

Belt and Road Initiative secara luas dilihat sebagai upaya China untuk meningkatkan pengaruh politik dan strategisnya secara global melalui insentif-insentif finansial dan bantuan pembangunan infrastruktur.

Mike Pompeo mereferensikan proyek itu dalam pidatonya di "Indo Pacific Business Forum", dengan menyebut bahwa "Amerika Serikat tidak berinvestasi untuk pengaruh politik, melainkan praktik ekonomi kemitraan," katanya.

"Dana ini hanya mewakili pembayaran uang muka pada era baru dalam komitmen ekonomi AS untuk perdamaian dan kemakmuran di kawasan Indo Pasifik."

Meskipun jumlah yang terlibat, analis mengatakan itu adalah tanda bahwa AS bermaksud untuk meningkatkan keterlibatannya dengan ekonomi Asia --menunjukkan indikasi pergeseran sikap usai Presiden Trump menarik AS keluar dari Kemitraan Lintas Pasifik atau Trans-Pacific Partnership (TPP) awal Januari 2017 lalu.

Keluarnya Amerika Serikat dari TPP menjadi langkah awal dari pemerintahan Presiden Trump yang menerapkan kebijakan ekonomi proteksionis.

Salah satu lanjutan dari kebijakan ekonomi proteksionis itu adalah keputusan AS untuk memberlakukan tarif US$ 34 miliar terhadap barang dan komoditas China yang masuk ke Negeri Paman Sam atas tuduhan bahwa Beijing telah melakukan pencurian hak cipta intelektual --mengawali apa yang kini populer disebut sebagai Perang Dagang AS-China.

Tak tinggal diam, China membalas dengan memberlakukan tarif senilai US$ 3 miliar terhadap barang dan komoditas impor dari Amerika Serikat.

 

Simak video pilihan berikut:


Lawatan Mike Pompeo ke Asia Tenggara

Menteri Luar Negeri AS Mike Pompeo (Associated Press)

Sementara itu, Menteri Luar Negeri AS Mike Pompeo dijadwalkan melakukan perjalanan ke Kuala Lumpur, Malaysia; Singapura; dan Jakarta, Indonesia pada 1-5 Agustus 2018.

Pompeo akan berada di Kuala Lumpur pada 2-3 Agustus untuk bertemu dengan pejabat senior Malaysia dan berdiskusi tentang langkah-langkah memperkuat Kemitraan Komprehensif antara kedua negara.

"Serta memajukan kepentingan bersama dalam bidang keamanan dan ekonomi berdasarkan nilai-nilai demokratis yang dimiliki kedua negara, menyusul transisi pemerintahan yang bersejarah dan berlangsung secara damai di Malaysia," jelas keterangan resmi dari Kemlu AS.

Pada 3-4 Agustus, Pompeo berkunjung ke Singapura untuk mengikuti pertemuan tingkat menteri ASEAN tahunan. Partisipasi Pompeo dalam pertemuan ini adalah dalam rangka mendukung visi Amerika Serikat akan kawasan Indo-Pasifik yang bebas dan terbuka.

Pompeo akan mengikuti ASEAN Regional Forum, East Asia Summit Ministerial, US-ASEAN Ministerial, dan Lower Mekong Initiative Ministerial bersama para menteri luar negeri ASEAN untuk membahas tantangan-tantangan keamanan yang paling mendesak di kawasan, mempromosikan tata tertib berbasis aturan, meneguhkan komitmen AS akan kemitraan di kawasan Lower Mekong, serta menegaskan kembali dedikasi AS terhadap ASEAN dan para sahabat dan sekutu di kawasan.

Dalam pertemuan tingkat menteri itu, Pompeo juga akan, "Mendiskusikan komitmen bersama terkait denuklirisasi Korea Utara secara final dan yang dapat diverifikasi secara penuh, menegakkan tata tertib berbasis aturan di Laut Tiongkok Selatan, serta melawan terorisme," jelas Kemenlu AS.

Menlu Pompeo juga akan bertemu dengan Perdana Menteri Singapura dan Menteri Luar Negeri Singapura Balakrishnan untuk menegaskan kembali hubungan bilateral AS-Singapura yang terus terjalin, menandatangani pembaruan Third Country Training Program yang membangun kapasitas di seluruh Asia Tenggara, serta mendukung peran signifikan Singapura sebagai ketua ASEAN saat ini.

Sementara itu, dalam kunjungannya ke Jakarta pada 4-5 Agustus, Pompeo akan menegaskan kembali Kemitraan Strategis AS-Indonesia, dalam rangka menyambut perayaan ke-70 hubungan diplomatik bilateral kedua negara pada tahun 2019," demikian pernyataan tertulis dari Juru Bicara Kemlu AS Heather Nauert, seperti dikutip dari id.usembassy.gov, Selasa 31 Juli 2018.

"Menlu Pompeo juga akan berdiskusi mengenai memajukan tujuan keamanan serta perdagangan bilateral dan investasi bersama, menegaskan sentralitas ASEAN, serta kepemimpinan Indonesia dalam mewujudkan kawasan Indo-Pasifik yang bebas dan terbuka," lanjut pernyataan tertulis itu.

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya