Liputan6.com, Yogyakarta - Pakan ikan atau pelet ternyata bisa bertahan lebih lama di air dengan diberi pelapis dari limbah kulit ubi kayu. Inovasi dari mahasiswa UGM ini mampu meningkatkan efektivitas pemberian pakan untuk ikan budi daya.
Muhammad Burhanuddin Fauzi, Ahadian Ansor, dan Mochammad Idris Ramadana di bawah bimbingan Sri Rahayoe mengembangkan pelapis pakan ikan yag diberi nama Eating Paku, kependekan dari Edible Coating Pati Kulit Ubi Kayu. Pelapis ini memberikan keuntungan karena pakan tidak mudah hancur.
"Sifat edibel coating ini bisa menahan pakan ikan tidak mudah menyerap air sehingga konsistensi dan bentuk pakan dapat bertahan lebih lama," ucap Muhammad Burhanuddin Fauzi, beberapa waktu lalu.
Baca Juga
Advertisement
Hasilnya, kesempatan atau waktu makan ikan menjadi lebih lama, sehingga mengefektifkan pemberian pakan. Selain itu, pakan yang tidak mudah hancur di air dapat mengurangi pencemaran sisa pakan dalam air.
"Berdasarkan hasil uji menunjukkan dengan pelapis ini pelet bisa bertahan dalam air hingga 5 sampai 7 jam," ujarnya.
Cara pembuatan pelapis pakan ikan dari limbah kulit ubi kayu dimulai dengan mengolah kulit ubi kayu menjadi pati. Lalu, pati dicampur dengan gliserol, CMC (carboxymethyl cellulose), serta aquades melalui proses setirer. Terakhir, larutan yang diperoleh disemprotkan pada pelet mandiri, sehingga didapatkan pakan ikan yang lebih tahan lama dalam air.
Menurut Fauzi, pati kulit ubi kayu menjadi dasar pembuatan edible film karena aman dan biayanya relatif lebih murah ketimbang protein maupun lipid. Ketersediaan kulit ubi kayu juga melimpah di masyarakat dan belum dimanfaatkan secara optimal.
Inovasi metode pelapis pakan ikan ini berawal dari keluhan masyarakat terutama petani ikan di wilayah Sleman. Para petani ikan tersebut sering mengeluhkan kondisi pakan ikan yang dibuat mandiri kualitasnya tidak sebagus pakan ikan di pasaran.
Saksikan video pilihan di bawah ini: