Liputan6.com, Jakarta - Komite Stabilitas Sistem Keuangan (KSSK) menyatakan akan mewaspadai dampak dari gelaran pemilihan umum (Pemilu) pada 2019 mendatang. Hal ini guna memastikan stabilitas sistem keuangan sistem terjaga.
Ketua KSSK yang juga menjabat Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati mengungkapkan, gelaran Pemilu merupakan siklus politik yang terjadi setiap lima tahun. Oleh sebab itu, dinamika yang terjadi tahun politik tersebut dianggap sebagai suatu hal yang normal.
Baca Juga
Advertisement
"Dalam siklus politik, kita akan tetap menjaga keuangan yang stabil dan berkelanjutan. Dinamika di siklus politik itu nomal. Yang tidak menjadi isu pada saat normal, biasanya akan menjadi isu," ujar dia di Kantor Kementerian Keuangan (Kemenkeu), Jakarta, Selasa (31/7/2018).
Namun demikian, lanjut Sri Mulyani, pihaknya tetap akan mewaspadai gejolak yang terjadi akibat kondisi politik saat pemilu. Diharapkan tidak ada gejolak yang berlebihan sehingga tidak sampai mengganggu stabilitas sistem keuangan.
"Kami tetap berjaga-jaga tidak agar tidak terkena dampak dari muncul isu-isu politik jelang Pemilu," ujar dia.
KSSK: Stabilitas Sistem Keuangan Terjaga pada Kuartal II 2018
Sebelumnya, Komite Stabilitas Sistem Keuangan (KSSK) menyatakan stabilitas sistem keuangan pada kuartal II 2018 terjaga baik meski adanya peningkatan tekanan ekonomi global.
"Selama kuartal II dan mempertimbangkan hingga 20 Juli 2018 menyimpulkan stabilitas sistem keuanga kuartal II 2018 tetap terjaga di tengah meningkatnya tekanan global," ujar Ketua KSSK yang juga Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati di Kantor Kemenkeu, Jakarta, Selasa 31 Juli 2018.
Kondisi fundamental dan stabilitas ekonomi sistem keuangan yang masih terjaga, ditunjukkan dengan tingkat inflasi terjaga, lukuiditas yang mencukupi, cadangan devisa terjaga serta suplus pada APBN.
"Kondisi keuangan yang membaik pada perbankan dengan peningkatan kredit, dengan risiko kredit yang terkendali dan likuiditas perbankan yang kuat," kata dia.
Namun demikian, lanjut Sri Mulyani, KSSK tetap akan mewaspadai gejolak ekonomi global akibat kebijakan yang diambil oleh Amerika Serikat (AS) serta perang dagang AS dengan para mitra dagangnya.
"Meski demikian kami mencermati nilai tukar akibat lanjutan dari kenaikan suku bunga AS dan sentimen perang dagang AS dengan mitra dagang utamanya," tandas dia.
Saksikan video pilihan di bawah ini:
Advertisement