Harga Ayam dan Telur Naik, Inflasi Juli 2018 Bakal 0,25 Persen

Inflasi Juli 2018 diprediksi mencapai 0,25 persen.

oleh Agustina Melani diperbarui 01 Agu 2018, 09:30 WIB
Pedagang merapihkan dagangannya di Pasar Kebayoran Lama, Jakarta, Selasa (3/4).Badan Pusat Statistik mencatat inflasi Bulan Maret 2018 sebesar 0,20 persen sehingga inflasi tahun kalender mencapai 0,99 persen (year to date). (Liputan6.com/Angga Yuniar)

Liputan6.com, Jakarta - Inflasi Juli 2018 diprediksi mencapai 0,25 persen. Inflasi Juli tersebut didorong kenaikan harga bahan pangan dan inflasi inti.

Ekonom PT Bank Permata Tbk, Josua Pardede menuturkan, kenaikan harga ayam, telur dan cabai rawit yang signifikan akan berkontribusi untuk inflasi Juli 2018. Kurangnya pasokan dan menyambut Lebaran menurut Josua mendorong kenaikan harga bahan pangan tersebut.

Selain itu, inflasi Juli juga disumbang dari inflasi yang juga diprediksi meningkat. Hal itu didorong dari biaya pendidikan. Pada pertengahan Juli 2018 memasuki tahun ajaran baru.

"Inflasi Juli akan 0,25 persen month to month. Sedangkan inflasi tahunannya 3,15 persen. Inflasi inti sekitar 2,7 persen. Ini agak lebih tinggi. Pendorong inflasi berasal dari volatile food dan inflasi inti," kata Josua saat dihubungi Liputan6.com, Rabu (1/8/2018).

Josua optimistis inflasi sepanjang 2018 masih terkendali meski ada kenaikan harga pangan. Ia prediksi, inflasi di kisaran 3-3,5 persen pada 2018. Josua menambahkan, meski harga minyak naik tetapi pemerintah sudah anggarkan subsidi energi dalam Anggaran Pendapatan Belanja Negara (APBN) 2018. Namun, ia mengingatkan pemerintah juga perlu mengantisipasi kelompok harga pangan yang bergejolak.

Josua menambahkan, langkah pemerintah melakukan operasi pasar untuk menekan harga pangan juga diharapkan berdampak positif buat inflasi.”Koordinasi tim pengendali inflasi daerah dan ada operasi pasar diharakan bisa jaga inflasi,” kata Josua.

Sementara itu, Ekonom PT Bank Central Asia Tbk, David Sumual mengatakan, inflasi Juli akan mencapai 0,21 persen. Inflasi Juli dipengaruhi oleh harga pangan yaitu telur dan ayam.

"Harga bahan makanan seperti ayam dan telur naik kemungkinan terkait kenaikan harga pakan ternak. Pakan ternak perlu impor sehingga harganya sangat tergantung perkembangan kurs rupiah," ujar David.

 


BI Ingin Inflasi Terkendali untuk Ciptakan Kesejahteraan

Pedagang mengambil bumbu di Pasar Kebayoran Lama, Jakarta, Selasa (3/4).Badan Pusat Statistik mencatat inflasi Bulan Maret 2018 sebesar 0,20 persen sehingga inflasi tahun kalender mencapai 0,99 persen (year to date). (Liputan6.com/Angga Yuniar)

Sebelumnya, Bank Indonesia menginginkan inflasi terkendali untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Pemerintah pusat dan daerah perlu bersinergi untuk mewujudkannya.

Gubernur Bank Indonesia Perry Warjio mengatakan, untuk memberikan kesejahteraan tidak hanya mendorong pertumbuhan ekonomi, tetapi dengan mengendalikan inflasi. Ke depan, ditargetkan inflasi berada di level 3 persen.

"Inflasi adalah kunci memberikan kesejahteraan, tidak hanya menumbuhkan ekonomi," kata Perry saat menghadiri sarasehan‎ nasional, di Gedung Bank Indonesia, Jakarta, Rabu 25 Juli 2018.

Menurut Perry, mengendalikan inflasi bukan hanya tugas pemerintah pusat dan daerah, kedua instansi tersebut harus bersinergi mengatasi permasalahan yang dapat menjadi pemicu inflasi.‎

"Untuk itu di Indonesia kita harus mampu bergandengan tangan dan bersinergi mengatasi permasalahan pengendalian inflasi," tuturnya.

Menurut Perry, pemerintah pusat dan daerah perlu berklaborasi memperkuat kelembagaan, serta membuat landasan tata kelola pengendalian inflasi yang jelas. Sehingga kesejahteraan tercipta dari inflasi terkendali.‎

"Penguatan kelembagaan baik di di pusat maupun di daerah perlu diiperkuat perlu didukung landasan tatakelola. yang jelas juknis yang jelas termasuk ketersediaan anggaran yang ada‎," tandasnya.

 

Saksikan video pilihan di bawah ini:

 

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya