Liputan6.com, Kendari - Brigadir Polisi Sanusi tewas tertembak peluru saat mengamankan tawuran pelajar di SMAN 2 Siotapina, Kecamatan Sampoabalo, Kabupaten Buton, Selasa, 31 Juli 2018. Peluru yang menembus kepala korban itu kini tengah diperiksa anggota Paminal Propam Polda Sulawesi Tenggara yang turun langsung di lokasi kejadian.
Kapolres Buton AKBP Andi Herman menerangkan, saat upaya melerai tawuran itu, lima anggota polisi turun ke tempat kejadian perkara (TKP). Dari mereka berlima, hanya dua anggota polisi yang memegang senjata api.
Kapolsek membawa senjata api jenis revolver, sedangkan Bripka Rusli Dwianti memegang senjata V2 Sabhara. Kedua jenis senjata ini memiliki peluru berbeda.
Baca Juga
Advertisement
"Masih diperiksa tim Paminal Polda. Senjata memang ada dua pada saat kejadian," kata Kapolres, Selasa malam.
Brigadir Sanusi merupakan seorang anggota polisi yang dianggap loyal oleh rekan-rekannya. Kapolres Buton menyebut Sanusi yang memiliki disiplin tinggi.
"Dia dikenal baik oleh warga dan anggota Polres Buton. Selama bertugas, dia tidak pernah membuat ulah," ujar AKBP Andi Herman.
Sanusi diketahui masuk menjadi anggota kepolisian sejak 2007 lalu dan menjadi angkatan 30. Pria yang pernah menjadi anggota Bhabinkamtibmas Kecamatan Sampoabalo itu meninggalkan seorang istri dan anak.
"Polda Sultra, melalui Kapolda bersama Polres Buton, memberikan bantuan. Ini tidak kami Sengaja, kami berharap nantinya hubungan kekeluargaan antara Polres Buton dan pihak keluarga tetap terjaga," ujar AKBP Andi Herman.
Korban tembakan salah sasaran itu dimakamkan di Kota Baubau, sekitar sejam lebih perjalanan dari Kabupaten Buton. Pemakaman selesai dilakukan pada pukul 19.40 Wita, kemarin.
Rencana Masa Depan Cegah Tawuran
Terkait tawuran yang memicu insiden mematikan itu, Kapolda Sultra Brigjen Iriyanto turun langsung ke lokasi kejadian untuk mendamaikan dua desa yang bermasalah hingga ke dalam lingkungan sekolah.
"Kita sudah ketemu masyarakat. Kami meminta adanya perdamaian dengan segera. Ada mediasi yang kami lakukan soal solusi yang saat ini akan segera dibahas di Pemda Buton," ujar Iriyanto.
Salah seorang tokoh masyarakat Desa Gunung Jaya, La Rusuli, meminta Pemerintah Kabupaten Buton untuk segera mengamankan sekolah dengan membangun pagar keliling sekolah. Sebab, cara ini dianggap ampuh meminimalisasi tawuran antara pelajar.
"Pelajar bebas keluar masuk sekolah jika tak ada pagar. Orang luar juga, jadi harus ada pagar pembatas," kata La Rusuli.
La Rusuli juga menyarankan sekolah SMAN 2 Siotapina mempekerjakan sekuriti yang diambil dari Desa Sampoabalo dan Bangun Jaya. Cara ini dianggap ampuh untuk meredam aksi tawuran antara pelajar.
Sekda Kabupaten Buton Laode Dzilfar Djafar mengatakan sejauh ini pihaknya akan segera berkomunikasi dengan pihak Dinas Pendidikan Nasional Provinsi Sulawesi Tenggara.
"Selama ini, khususnya SMA, jalur koordinasi sudah melalui diknas Provinsi bukan kabupaten lagi. Jadi, langkah sementara kami akan bicarakan dengan Pemda untuk soal pembangunan pagar dan solusi yang ditawarkan kepolisian dan masyarakat," ujarnya.
Saksikan video pilihan berikut ini:
Advertisement