Sempat Mengira Parfum, Ini Kisah Tragis Dua Korban Racun Saraf Novichok di Inggris

Kedua pasangan yang tinggal di Amesbury, Inggris ini menyemprot cairan yang ada di dalam botol tersebut ke pergelangan tangan dan menggosoknya, seperti ketika mencoba parfum baru. Ternyata itu racun syaraf.

oleh Afra Augesti diperbarui 01 Agu 2018, 16:05 WIB
Ilustrasi Parfum (iStockphoto)​

Liputan6.com, London - Fakta baru mengenai korban racun saraf Novichok di Inggris terkuak. Charlie Rowley (45) dan Dawn Sturgess (44) ditemukan tidak sadarkan diri di rumah mereka yang terletak di Amesbury pada Sabtu malam, 30 Juni lalu.

Lokasi kejadian kasus itu hanya berjarak 13 km dari Salisbury, kota di mana mantan agen ganda Rusia Sergei Skripal dan putrinya, Yulia Skripal, diracun oleh pelaku yang tidak dikenal menggunakan racun serupa, empat bulan sebelumnya.

Saat menemukan kedua korban, polisi Inggris awalnya yakin bahwa pasangan ini over dosis karena mengkonsumsi heroin atau kokain dari sejumlah obat yang terkontaminasi, namun Rowley berkata lain.

Dalam sebuah wawancara dengan The Sun, Rowley yang telah diizinkan pulang oleh pihak rumah sakit pada 20 Juli, bercerita tentang Sturgess, yang meninggal seminggu setelah diduga terkena agen saraf Novichok.

"Sungguh menakjubkan bahwa saya masih hidup. Di satu sisi, saya merasa beruntung bisa selamat, tetapi di sisi lain saya juga kehilangan banyak hal. Saya merasa sangat bersalah kepada Sturgess," papar Rowley, dikutip dari Sputnik, Rabu (1/8/2018).

"Saya ingat ketika itu saya menemukan botol kosmetik yang saya ambil dan memberikannya kepada Sturgess sebagai hadiah. Saya merasa sangat terpukul apabila mengenang Sturgess, mengerikan dan membuat saya syok."

"Saya masih dalam masa-masa pengobatan ketika dokter mengabarkan berita duka tentang kematian Sturgess. Saya belum bisa melupakannya," pungkas Rowley.

Rupanya ketika Rowley menyerahkan botol misterius itu kepada Sturgess, pasangannya tersebut langsung mencoba di hadapan Rowley dan menyemprotkan beberapa kali di pergelangan tangannya.

Sementara itu, saudara laki-laki Rowley, Matthew, menyampaikan bahwa adiknya telah bercerita padanya tentang penemuan botol parfum tersebut. Akan tetapi setelah ia dan Sturgess menjajalnya, botol ini pecah dengan sendirinya ketika berada di tangan Rowley.

"Ia mengatakan kepada saya bahwa ia menemukan sesuatu yang tampak seperti botol parfum. Sturgess lalu menyemprotkan di kedua pergelangan tangannya dan menggosoknya bersama-sama, seperti yang Anda lakukan ketika mencoba parfum. Dia kemudian memberikan botol itu kepada Rowley dan entah bagaimana pecah di tangannya. Begitulah cara ia terkontaminasi," ujar Matthew kepada The Sunday Telegraph.

Sekitar dua minggu lalu, Kepolisian Inggris mengklaim telah menemukan "botol kecil" ketika menyelidiki kediaman kedua pasangan ini. Para ilmuwan juga membenarkan bahwa substansi dalam botol itu adalah racun saraf Novichok.

 

Saksikan video pilihan berikut ini:


Korban Wanita Meninggal

Seorang pria mengambil bendera nasional Rusia dari tiang di luar Kedutaan Besar Rusia di London, Rabu (14/3). Inggris diketahui mengusir 23 diplomat Rusia menyikapi kasus mantan agen ganda Rusia yang diduga diracun zat saraf langka. (AP/Alastair Grant)

Dawn Sturgess, yang sebelumnya kritis usai terpapar racun saraf Novichok, akhirnya mengembuskan napas terakhir pada Minggu, 8 Juli 2018. Menurut keterangan polisi, dia meninggal di sebuah rumah sakit di Salisbury, Inggris selatan.

Kepolisian Inggris menetapkan insiden itu sebagai sebuah kasus pembunuhan, setelah sebelumnya mereka menyebut kejadian tersebut hanya dalam koridor penyelidikan umum.

Perdana Menteri Inggris Theresa May mengatakan dia "terkejut" dengan kabar kematian Sturgess. Sebelum meninggal, Sturgess sempat jatuh sakit dan berstatus kritis sejak 30 Juni.

Peristiwa terbaru ini terjadi empat bulan setelah mantan agen ganda Rusia, Sergei Skripal, dan putrinya, Yulia Skripal, diracun oleh orang tidak dikenal menggunakan racun serupa di Salisbury, Inggris selatan. Karena racun tersebut erat kaitannya dengan era Soviet, maka May menuduh Rusia adalah dalang di balik dua kasus tersebut.

Kendati demikian, Rusia menyangkal terlibat dalam insiden Salisbury dan sebaliknya mengklaim bahwa Inggris-lah yang harus dipersalahkan atas terjadinya serangan itu, yang disebut sebagai upaya membangkitkan sentimen anti-Rusia.

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya