Produksi Industri Manufaktur Naik 4,36 Persen

Provinsi yang mengalami penurunan pertumbuhan adalah Provinsi Maluku Utara, yaitu turun 49,70 persen.

oleh Merdeka.com diperbarui 01 Agu 2018, 14:00 WIB
Pengunjung mencari sepatu di pusat perbelanjaan, Jakarta, Selasa (3/7). Asosiasi Persepatuan Indonesia (Asprisindo) meyakini pertumbuhan industri alas kaki lebih baik tahun ini yang didorong oleh realisasi beberapa pabrik baru. (Liputan6.com/Angga Yuniar)

Liputan6.com, Jakarta - Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat pertumbuhan produksi industri manufaktur besar dan sedang pada triwulan ll-2018 naik sebesar 4,36 persen secara year on year terhadap triwulan ll-2017. Kenaikan tersebut terutama disebabkan naiknya produksi industri kulit, barang dari kulit dan alas kaki, yaitu naik 27,73 persen.

"Sedangkan industri yang mengalami penurunan produksi terbesar adalah jasa reparasi dan pemasangan mesin dan peralatan, yaitu turun 11,37 persen," ujar Kepala BPS, Kecuk Suhariyanto di Kantor Pusat BPS, Jakarta, Rabu (1/8/2018).

Selain jasa reparasi, pemasangan mesin dan peralatan, penurunan produksi juga terjadi pada industri komputer, barang elektronik dan optik sebesar 8,84 persen. Lalu industri bahan kimia turun sebesar 4,94 persen. Sementara industri kertas dan kendaraan bermotor masing-masing turun 3,94 persen dan 1,77 persen.

Suhariyanto melanjutkan, pertumbuhan produksi industri manufaktur besar dan sedang triwulan II-2018 naik sebesar 1,49 persen terhadap triwulan I-2018. Industri yang mengalami kenaikan produksi tertinggi adalah industri pengolahan tembakau, yaitu naik 10,31 persen.

"Sementara itu, industri yang mengalami penurunan terbesar adalah industri barang galian bukan logam, yaitu turun 8,47 persen," jelas Suhariyanto.

Pertumbuhan produksi industri manufaktur besar dan sedang triwulan II-2018 pada tingkat provinsi yang mengalami pertumbuhan tertinggi adalah Provinsi Aceh, yaitu naik 62,64 persen. Sedangkan provinsi yang mengalami penurunan pertumbuhan adalah Provinsi Maluku Utara, yaitu turun 49,70 persen.

Reporter: Anggun P. Situmorang

Sumber: Merdeka.com


Inflasi Juli 2018 Sebesar 0,28 Persen

Pengunjung memilih sepatu yang dijual di pusat perbelanjaan, Jakarta, Selasa (3/7). Asprisindo meyakini pertumbuhan industri alas kaki lebih baik tahun ini yang didorong oleh realisasi beberapa pabrik baru. (Liputan6.com/Angga Yuniar)

Badan Pusat Statistik (BPS) melaporkan tingkat inflasi pada Juli 2018 sebesar 0,28 persen. Angka ini lebih rendah dari inflasi Juni sebesar 0,59 persen. Akan tetapi, inflasi Juli 2018 tersebut lebih tinggi dari Juli 2017 sebesar 0,22 persen.

Sementara itu, inflasi tahunan sebesar 3,18 persen dan inflasi inti tahun kalender 2,18 persen. Kepala Badan Pusat Statistik (BPS), Suhariyanto, menuturkan, berbagai harga komoditas alami kenaikan pada Juli 2018. Itu berdasarkan hasil pemantauan BPS di 82 kota.

"Inflasi Juli 2018 sebesar 0,28 persen. Angka ini berarti inflasi tahun kalender 2,18 persen dan inflasi tahun ke tahun 3,18 persen. Kesimpulannya, inflasi terkendali," ujar Suhariyanto, Rabu (1/8/2018). 

Dari hasil pantauan di 82 kota, BPS mencatat 68 kota alami inflasi, sedangkan 14 kota deflasi. Inflasi tertinggi terjadi di Sorong dengan angka 1,47 persen. Adapun inflasi terendah di Depok, Banyuwangi, dan Surabaya.

Tingkat inflasi di tiga daerah itu sekitar 0,03 persen. Sementara itu, deflasi tertinggi di Ambon mencapai -1,45 persen dan deflasi terendah di Palembang sebesar -0,01 persen.

"Inflasi ini lebih rendah Juni 2018, ini hal biasa puncak konsumsi kita di Ramadan dan Lebaran jadi sudah usai harga kembali normal sehingga inflasi ini lebih kecil dari sebelumnya. Tapi lebih tinggi Juli 2017 saat itu 0,22 persen," kata dia.

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya