Indonia, Suku Bunga Acuan Pasar Uang Baru dari BI

Indonia ini memiliki sistem penetapan bunga yang berbeda dengan JIBOR.

oleh Ilyas Istianur Praditya diperbarui 01 Agu 2018, 15:15 WIB
Ilustrasi Foto Suku Bunga (iStockphoto)

Liputan6.com, Jakarta Bank Indonesia (BI) mengeluarkan instrumen keuangan baru, yaitu suku bunga acuan pasar uang overnight (1 malam) yang bernama Indonia. Sebelumnya BI sudah memiliki instrumen Jakarta Interbank Offered Rate (JIBOR).

Namun Indonia ini memiliki sistem penetapan bunga yang berbeda dengan JIBOR, yang bertenor satu malam tersebut.

Kepala Departemen Pengembangan Pasar keuangan Bank Indonesia (BI) Yoga Affandi menjelaskan perbedaan JIBOR dan Indonia. Jika sebelumnya JIBOR overnight basis suku bunga ditentukan berdasarkan volume, sementara  Indonia suku bunga ditetapkan berbasis transaksi.

"Tujuannya agar suku bunga yang disampaikan itu lebih kredibel karena memiliki tata kelola yang baik dan mencerminkan market rate saat ini," papar Yoga di Gedung Bank Indonesia, Rabu (1/8/2018).

Meski demikian, JIBOR tetap digunakan sebagai acuan. Namun ini hanya untuk tenor 1 minggu, 1 bulan, 3 bulan, 6 bulan dan 12 bulan.

Yoga menambahkan, untuk masa transisi, Bank Indonesia masih menampilkan JIBOR overnight hingga 2 Januari 2019. Setelah itu, seluruh pasar uang akan menggunkan JIBOR untuk transaksi overnight.

"Jadi Indonia ini bukan suku bunga kebijakan baru, itu hanya bunga acuan pinjam meminjam pasar uang antar bank," tegas dia.

Selain itu, manfaat pengembangan pasar uang oleh Bank Indonesia ini mendorong transaksi derivatif suku bunga, dimana pasar derivatif suku bunga yang berkembang dapat mendukung pengembangan pasar modal melalui aktivitas lindung nilai suku bunga.

Dengan adanya Indonia, diharapkan transmisi kebijakan moneter seperti penetapan suku bunga acuan BI 7 days revers repo rate bisa lebih cepat dirasakan. "Karena selama ini bank-bank banyak yang melakukan transaksi di overnight ini," pungkas Yoga.

 


BI Diperkirakan Tahan Suku Bunga di 5,25 Persen

Ilustrasi Foto Suku Bunga (iStockphoto)

Bank Indonesia (BI) terus mengeluarkan strategi demi menghadapi berbagai sentimen global yang menjadikan ekonomi Indonesia turut terpengaruh. Beberapa waktu lalu BI telah menaikkan suku bunga acuan menjadi 5,25 persen. Lalu apakah level tersebut sudah cukup?

Corporate Secretary PT Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk (BNI) Ryan Kiryanto megatakan, BI akan tetap menahan suku bunga acuannya di kisaran 5,25 persen pada Rapat Dewan Gubernur (RDG) yang dijadwalkan di pertengahan Agustus mendatang.

"Saya kira BI tetap akan menahan baik BI 7 Day Repo Rate, maupun deposit facility, landing facility pada siatuasi sekarang," kata Ryan saat ditemui di, Hotel Pullman, Jakarta, Selasa (31/7).

Ryan mengatakan, salah satu alasan BI menahan suku bunga acuan tersebut mengingat kondisi ekonomi nasional saat ini mulai stabil.

"Saya kira tetap bertahan. Kenapa? Karena tingkat volatailty dan tingkat ketidakpastian sudah mulai berkurang. Bukan mereda tapi udah berkurang," imbuhnya

Kondisi di Amerika Serikat (AS) sendiri pun sudab jauh lebih tenang. Kemudian isu perang dagang juga sudah mulai meredam. Namun justru begeser ke isu perang mata uang. "Tapi itu klo kita belajar di tahun lalu, itu fenomena di kejadian yang normal," imbuhnya.

Reporter: Dwi Aditya Putra 

Sumber: Merdeka.com

 

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya