Komentar Dewan Olimpiade Asia perihal E-Sports di Asian Games 2018

Kehadiran e-sports di Asian Games 2018 menjadi keputusan Dewan Olimpiade Asia (OCA). Benarkah pengakuan e-sports sebagai olah raga oleh OCA cenderung karena pertimbangan bisnis semata?

oleh Darojatun diperbarui 01 Agu 2018, 20:10 WIB
Presiden OCA, Ahmad Fahad Al-Sabah (kiri), berkomitmen untuk mengembangkan e-sports yang semakin populer di generasi muda Asia.

Jakarta, - Euforia kehadiran e-sports sebagai cabang olah raga eksibishi di Asian Games 2018 menghangat dengan terbentuknya timnas Indonesia di cabang tersebut baru-baru ini. Namun, keputusan untuk memasukkan e-sport sebagai cabor baru di Asian Games sebenarnya sudah diambil sejak April 2017.

Ada enam nomor e-sports yang diputuskan akan dipertandingkan di Asian Games 2018, yaitu Arena of Valor, Pro Evolution Soccer, League of Legends, Clash Royale, Heartstone, dan Starcraft 2.

Keputusan Dewan Olimpiade Asia (OCA) tersebut juga diumumkan bersamaan dengan pernyataan bahwa e-sports resmi mulai dipertandingkan sebagai cabang olah raga prestasi pada Asian Games di Hangzhou 2022.

Baca Juga

  • Asian Games 2018: Game PES 2018 Turut Dipertandingkan
  • Korsel dan Thailand Favorit Juara pada Nomor AOV E-Sports Asian Games 2018
  • Ini Wakil Indonesia pada Cabang E-Sports PES 2018 di Asian Games

Banyak pengamat olah raga menilai keputusan ini sebagai dampak langsung kedekatan OCA dengan Alisports, yang juga bagian dari grup e-commerce Alibaba, sebagai pemain besar bisnis e-sports di Tiongkok dan dunia. 


OCA Sadar E-Sports Sangat Populer di Asia

Tanpa menampik opini tersebut, OCA menyatakan keputusannya memasukkan e-sports ke Asian Games sebagian besar karena mereka tidak bisa mengabaikan pertumbuhan cepat dan popularitas dari olah raga baru di kalangan generasi muda Asia.

"OCA selalu berkomitmen untuk meneruskan harta warisan, mengembangkan, dan meningkatkan olah raga yang sedang berkembang di kawasan Asia ini," ujar Presiden OCA, Ahmad Fahad Al-Sabah, kepada The Guardian.

"Kami melihat konsep yang dibawa oleh Alisports menyangkut e-sports sangat visioner dan akan membantu kami untuk mengembangkan cabang ini lewat kekuatan dan pengalaman mereka."

Komite Olimpiade Internasional (IOC) yang mengakui kelembagaan struktural Asian Games, sebagai ajang olah raga multi-event terbesar kedua setelah olimpiade musim panas, juga melihat keputusan OCA menyoal e-sports akan berpengaruh besar di level global.

Asian Games di Incheon, Korea Selatan, pada 2014 diikuti 45 negara yang diwakili 10 ribu atlet bahkan disebut IOC sebagai event yang menjadi pertanda peran atlet Asia akan menguat dan dominan di kancah internasional dalam dua dekade ke depan.

Sebelum menggandeng OCA, Alisports telah menyuntikkan investasi sebesar 150 juta dolar AS (Rp 2,16 triliun) ke Internasional eSpors Federation (IESF) yang berbasis di Korea Selatan pada 2016. IESF sendiri sudah bertahun-tahun melakukan lobi pada IOC untuk memastikan e-sports bakal masuk diakui sebagai cabang olah raga prestasi di olimpiade.


Pertanda Akan Merambah ke Olimpiade

Kini, dengan medali e-sports dipastikan diperebutkan di Asian Games Hangzhou 2022 sebagai cabang prestasi, bukan hanya eksebishi, bisa diprediksi bahwa tak lama lagi e-sports juga tampil di olimpiade.

Tanda-tanda ini sudah terlihat ketika di 2017 grup Alibaba menyepakati paket sponsorhip untuk olimpiade musim panas dan musim dingin berdurasi 11 tahun dengan nilai investasi sebesar 1 miliar dolar AS (Rp 14,43 triliun).

Pada Asian Games 2018 sendiri e-sports akan dipanggungkan di Britama Arena, Kelapa Gading, Jakarta Utara pada 26 Agustus hingga 1 September 2018. Sebanyak 1 pelatih dan 16 atlet yang lolos seleksi sudah didaftarkan Asosiasi E-Sport Indonesia (IeSPA) ke INASGOC untuk tampil mewakili Indonesia.

Ketua IeSPA, Eddy Lim, menyebut tim e-sports Indonesia terus berada dalam pantauannya dalam seluruh proses persiapan.

"Mereka berlatih terpisah secara online secara rutin dan asosiasi berusaha menyediakan ajang sparring yang tidak semuanya kita siarkan lewat live streaming terbuka demi menjaga kerahasiaan strategi," sebut Eddy.

"Pada nomor Arena of Valor, tim sudah melajukan uji coba melawan tim AoV Indonesia pada Juni lalu, dan hasil-hasilnya masih terus kami evaluasi" tutur ketua asosiasi yang sudah diakui secara resmi oleh Kemenpora, KONI dan KOI tersebut.

Semoga tim e-sports Indonesia bisa meraih medali di Asian Games 2018 meski tidak ikut dihitung dalam perolehan medali total karena masih bersifat eksebishi. 


Daftar Pelatih dan Atlet E-Sport Indonesia di Asian Games 2018

Nama Pelatih dan Atlet E-Sports Indonesia di Asian Games 2018:

1. Arena of Valor: Glen Richard (Julukan: DG Kurus), Farhan Akbari (EVOS Hans), Hartawan Muliadi (GGWP Wyvorz), Ilham Bahrul (GGWP Uugajah), Muhammad (EVOS Ahmad).

2. Pro Evolution Soccer: Rizky Faidan, Setia Widianto (Keduanya dari Tim ALIBAN Wani Adu).

3. League of Legends: Bayu Putera Sentosa (Julukan Cruzher, pelatih), Malik Abdul Aziz (Fakefriend), Felix Chandra (Fong), Ruly Susanto (Whynuts), Peter Tjahjadi (Airliur), Gerry Arisena (Potato), Ericko Lim (Soapking).

4. Clash Royale: Ridel Sumarandak (Benzer Ridel).

5. Hearthstone: Hendry K. Handisurya (Jothree).

6. Starcraft 2: Nyoman Arie Pranasakti (Jaquelton).

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya