Liputan6.com, Jakarta - Hotel Indonesia tak bisa lepas dari Asian Games. Pasalnya, hotel ini dibangun untuk menandai penunjukkan Indonesia sebagai tuan rumah event tersebut pada 1962.
Asian Games 1962 memang jadi momen bersejarah bagi Indonesia secara keseluruhan. Pasalnya, Indonesia saat itu baru merdeka 17 tahun dan sudah mendapat kepercayaan menggelar multievent terbesar di Asia.
Baca Juga
Advertisement
Liputan6.com mendapat kesempatan untuk menjadi peserta tur Hotel Indonesia pada Rabu (1/8/2018). Kebetulan, memang ada banyak warisan bersejarah yang terdapat di hotel yang diresmikan Presiden Soekarno pada 5 Agustus 1962 tersebut. Hal itu yang membuat Hotel Indonesia dinobatkan sebagai salah satu cagar budaya sejak 27 Maret 1993.
Salah satunya adalah lukisan bertajuk Flora dan Fauna Indonesia yang terdapat di lobi Bali Room. Lukisan hasil harya Lee Man Fong itu dibuat pada 1961 dan memakan waktu hingga enam bulan. Hingga kini, lukisan yang berisi aneka ragam hewan dan tumbuhan di Indonesia itu masih terjaga dengan baik.
Di lobi Bali Room pula terdapat ballroom bersejarah dan diklaim sebagai satu-satunya ballroom berbentuk oval di Indonesia. Ini adalah tempat di mana Presiden keenam Indonesia, Susilo Bambang Yudhoyono menikah dengan Kristiani Herawati atau yang dikenal sebagai Ani Yudhoyono.
Setelah itu, peserta tur diajak untuk naik ke lantai 10, tempat di mana ada banyak foto-foto dokumentasi mengenai Hotel Indonesia. Di sana terdapat dokumentasi saat Hotel Indonesia masih dalam proses pembangunan, saat diresmikan Soekarno, hingga warga negara Amerika Serikat yang jadi tamu pertama.
Bahkan, pengunjung juga diajak melihat gunting yang digunakan Soekarno dalam acara pengguntian pita dalam peresmian Hotel Indonesia. Juga ada alat-alat makan yang digunakan saat itu. Semuanya masih terjaga rapi.
Semangat Bung Karno
Keseriusan Bung Karno untuk menjadikan Indonesia sebagai tuan rumah yang baik pada Asian Games 1962 benar-benar terlihat. Dan pembangunan Hotel Indonesia adalah salah satu buktinya disamping Kompleks Olahraga Gelora Bung Karno (GBK) dan Monumen Nasional (Monas).
"Salah satu alasan dibangunnya Hotel Indonesia juga karena Asian Games. Waktu mau Asian Games 1962 ada tiga proyek besar, yakni GBK, HI, dan Monas. GBK untuk tempat pertandingan, Monas untuk wisata, dan HI untuk para atlet dan tamu negara serta tempat pusat informasi wisata," kata Ananda Wondo selaku Publik Relations (PR) Executive Hotel Indonesia.
"Bisa dibilang ini adalah Wajah Indonesia. Jadi saya pikir Bung Karno itu juga memiliki pemikiran sebagai PR. Ia ingin membangun sesuatu yang orang lain bisa mengetahui Indonesia dan masyarakatnya itu seperti apa," ia menambahkan.
Ya, Hotel Indonesia memang jadi satu-satunya hotel yang menggabungkan konsep modern sekaligus budaya. Hotel yang diarsiteki Abel Sorensen ini memiliki banyak ciri khas yang menunjukkan keanekaragaman Indonesia serta budayanya.
Kebetulan, saat ini Indonesia akan menjadi tuan rumah Asian Games untuk kali kedua. Hotel Indonesia memang tak lagi jadi bagian dari proyek menyambut Asian Games 2018. Namun, keberadaan Hotel Indonesia menunjukkan betapa seriusnya Bung Karno dalam mempersiapkan Tanah Air untuk jadi tuan rumah yang baik.
Advertisement