4 Senjata Tradisional Indonesia yang Masih Dianggap Sakti Hingga Kini

Sejumlah senjata tradisional ini masih dikagumi dan malahan masih dianggap sakti.

oleh Liputan6.com diperbarui 02 Agu 2018, 10:00 WIB
Kerambit, senjata tradisional asal Indonesia paling mematikan di dunia | Via: kaskus.co.id

Liputan6.com, Jakarta Zaman dahulu senjata sengaja dibuat untuk melindungi diri dari serangan orang jahat. Tentu hingga sekarang ini fungsi dibuatnya senjata memang tidak berubah.

Tapi zaman dahulu, kebanyakan masyarakat kita punya senjata unik dan khas. Senjata tradisional itu melekat pada budaya kita hingga ke masyarakatnya diwariskan sampai sekarnag ini.

Walaupun zaman memang sudah berubah drastis, tapi tak sedikit kok orang-orang masih kagum akan senjata tradisonal ini. Berikut senjata tradisional Indonesia yang masih dianggap sakti:

 

 

 

 

 

Saksikan Video Pilihan di Bawah ini:


1. Kujang, Sunda

(Foto rangkuman Merdeka) Kujang, senjata tradisional suku Sunda.

Kujang merupakan senjata unik yang terbuat dari besi, baja dan bahan pamor pada abad ke-8 atau ke-9. Panjangnya sekitar 20 sampai 25 sentimeter dan beratnya sekitar 300 gram.

Kujang merupakan perkakas yang merefleksikan ketajaman dan daya kritis. Dalam kehidupan melambangkan kekuatan dan keberanian untuk melindungi hak dan kebenaran. Kujang menjadi ciri khas, baik sebagai senjata, alat pertanian, perlambang, hiasan, ataupun cindera mata.

Menurut Sanghyang siksakandang karesian pupuh XVII, kujang adalah senjata kaum petani dan memiliki akar pada budaya pertanian masyarakat Sunda.

 


2. Rencong, Aceh

(Foto rangkuman Merdeka) Rencong, senjata sakti masyarakat Aceh.

Senjata tradisional ini milik Suku Aceh. Rencong merupakan simbol identitas diri, keberanian, dan ketangguhan Suku Aceh. Menurut catatan sejarah, Rencong merupakan senjata tradisional yang digunakan di Kesultanan Aceh sejak masa pemerintahan Sultan Ali Mughayat Syah yang merupakan Sultan Aceh yang pertama.

Karena sangat penting saat itu, Rencong selalu diselipkan di pinggang Sultan Aceh, selain itu para Ulee Balang dan masyarakat biasa juga menggunakan Rencong. 

Rencong emas milik Sultan Aceh dapat dijumpai di Museum Sejarah Aceh, dari bukti sejarah tersebut dapat disimpulkan bahwa Rencong memang sudah terlahir sejak masa Kesultanan Aceh, namun pembuat pertamanya sampai saat ini belum diketahui. 


3. Kerambit, Minangkabau

Kerambit, senjata tradisional asal Indonesia paling mematikan di dunia | Via: kaskus.co.id

Kerambit ini berbentuk seperti pisau genggam kecil yang melengkung dari Asia Tenggara, khususnya Indonesia, Malaysia, Pilipina. Dunia Barat menyebut pisau ini karambit, sedangkan di Minang disebut kurambiak atau karambiak.

Senjata ini termasuk senjata berbahaya karena dapat digunakan menyayat maupun merobek anggota tubuh lawan secara cepat dan tidak terdeteksi.

Keberadaan Kerambit mulai diketahui oleh masyarakat dunia karena dibawa oleh perantau Minangkabau. Menurut cerita rakyat, bentuk kerambit terinspirasi oleh cakar harimau yang memang banyak berkeliaran di hutan Sumatera pada masa itu.

Setelah melihat harimau bertarung dengan menggunakan cakarnya, hal ini sejalan dengan falsafah Minangkabau yang berbunyi Alam takambang jadi guru. Kerambit akhirnya tersebar melalui jaringan perdagangan Asia Tenggara hingga ke negara-negara, Kamboja, Laos, Malaysia, Myanmar, Filipina dan Thailand.


4. Klewang, Sumatra Selatan

(Foto rangkuman Merdeka) Klewang, senjata khas daerah Sumatera Selatan.

Berupa pedang bermata satu yang panjang, klewang berada di antara golok dan kampilan. Karena Indonesia terdiri dari berbagai macam budaya, ukuran klewang semakin bervariasi. Umumnya, klewang memiliki panjang 38 sampai 76 cm. Ada klewang yang di bagian ujungnya dibuat lurus, ada pula yang dibuat melengkung.

Klewang atau kelewang dulu digunakan pada saat Perang Aceh. Senjata satu ini sangat efektif apabila digunakan untuk pertarungan jarak dekat. Oleh pasukan Belanda, senjata kelewang ini cukup ditakuti. Masyarakat Sumatra Selatan pada zaman dulu membawa kelewang untuk berjaga-jaga bila diserang.

 

Reporter

Fellyanda Suci Agiesta

Sumber: Merdeka.com

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya