The Fed Pertahankan Suku Bunga Acuan, Harga Emas Menguat

Harga emas sempat melemah jelang pengumuman the Federal Reserve atau bank sentral Amerika Serikat (AS).

oleh Agustina Melani diperbarui 02 Agu 2018, 06:40 WIB
Ilustrasi Logam Mulia (iStockphoto)

Liputan6.com, New York - Harga emas melemah jelang pengumuman the Federal Reserve atau bank sentral Amerika Serikat (AS) yang akhirnya pertahankan suku bunga acuan. Akan tetapi, the Federal Reserve memberi sinyal menaikkan suku bunga acuan pada September 2018.

Suku bunga lebih tinggi dapat mengangkat dolar AS. Hal itu akan berdampak terhadap permintaan komoditas logam mulia. Indeks dolar AS menunjukkan sedikit reaksi terhadap keputusan the Federal Reserve. Demikian mengutip laman Marketwatch, Kamis (2/8/2018).

Harga emas untuk pengiriman Desember turun USD 6 atau 0,5 persen ke posisi USD 1.227,60 per ounce jelang pengumuman the Federal Reserve. Kemudian dalam perdagangan elektronik harga emas naik menjadi USD 1.2230,20.

Harga emas untuk pengiriman Desember turun sekitar 2,6 persen dalam empat bulan berturut-turutn. Berdasarkan kontrak paling aktif, harga emas berjangka melemah 1,7 persen pada Juli 2018.

The Federal Reserve mempertahankan suku bunga acuan di kisaran 1,75 persen-2 persen pada pertemuan dalam dua hari ini. The Federal Reserve juga beri sinyal menaikkan suku bunga secepatnya pada September 2018. Bank sentral AS juga mencatat perolehan tenaga kerja dan ekonomi telah kuat.

Indeks dolar AS naik 0,1 persen. Harga emas melemah ikuti kenaikan moderat dalam imbal hasil obligasi dan dolar AS sedikit menguat.

 


Dolar AS Bayangi Harga Emas

Ilustrasi Logam Mulia (iStockphoto)

Dua faktor itu menekan selera untuk logam mulia. Suku bunga lebih tinggi membuat komoditas seperti emas kurang menarikk. Selain itu, surat utang dengan dolar AS membuat aset yang dipatok dolar AS lebih mahal untuk pembeli.

"Emas membutuhkan penembusan lebih rendah dalam dolar AS atau data inflasi yang lebih kuat untuk mencoba dan melanjutkan reli. Hingga saat itu dan halangi kekhawatiran geopolitik yang mengejutkan, emas akan sulit reli,” kata Tyler Richey, Co Editor Sevens Report seperti dikutip dari laman Marketwatch, Kamis (2/8/2018).

Sementara itu, Analis Stephen Todd menilai, saat ini belum ada sinyal beli untuk emas. Hal itu mengingat tingkat bunga lebih tinggi dan dolar AS lebih kuat dalam waktu dekat. Hal itu pengaruhi harga emas.

Imbal hasil surat berharga bertenor 10 tahun melampaui level psikologis signifikan sebesar tiga persen. Selain itu, data ekonomi lainnya seperti data tenaga kerja sektor swasta pada Juli tercatat bertambah 219 ribu karyawan. Kenaikan itu merupakan terkuat sejak Februari. Data ekonomi itu datang jelang laporan nonfarm payrolls yang dinantikan pelaku pasar.

Sementara itu, harga logam lainnya antara lain harga platinum susut 3,4 persen menjadi USD 817,20 per ounce. Harga palladium melemah 2,2 persen menjadi USD 911,90 per ounce. Harga Perak merosot 0,7 persen ke posisi USD 15.452 per ounce.

 

Saksikan video pilihan di bawah ini:

 

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya