Pemilu Zimbabwe Ricuh, Tentara Tembaki Pendukung Aliansi Partai Oposisi

Momen penghitungan suara pada pemilu Zimbabwe berlangsung ricuh, tentara yang berjaga menembaki kerumunan massa pendukung oposisi, tiga orang tewas.

oleh Happy Ferdian Syah Utomo diperbarui 02 Agu 2018, 11:01 WIB
Kerusuhan di ibu kota Zimbabwe, Harare, ketika massa pendukung oposisi menuding ada kecurangan pada proses penghitungan pemilu (AP)

Liputan6.com, Harare - Sedikitnya tiga orang tewas di ibu kota Zimbabwe, Harare, setelah tentara melepaskan tembakan ke arah kerusuhan para pendukung partai oposisi. Pemerintah mengatakan tentara dikerahkan untuk membantu polisi memulihkan ketertiban.

Partai oposisi Aliansi MDC mengutuk tindakan keras itu, dengan mengatakan bahwa hal tersebut adalah pengingat "hari-hari gelap" di bawah pemerintahan Robert Mugabe.

Mereka juga menuding bahwa partai berkuasa Zanu-PF, telah mencurangi proses pemilihan umum yang digelar pada Senin, 30 Juli 2018.

Dikutip dari BBC pada Kamis (2/8/2018), partai Zanu-PF berhasil memenangkan kursi terbanyak di parlemen, dengan mengamankan 109 kursi dari total 210 kursi yang tersedia.

Hasil pemilihan presiden belum diumumkan, namun Aliansi MDC menegaskan bahwa kandidat yang diusungnya, Nelson Chamisa, telah memenangkan hasil pemilu pada Senin lalu. Di saat bersamaan, mereka juga mengkritik pemerintah yang dituding "sengaja memperlambat perhitungan" untuk menjegal pesaing-pesaingnya.

Sejalan dengan tudingan tersebut, pemantau Uni Eropa juga menyatakan keprihatinan atas lamanya waktu yang dibutuhkan untuk menyatakan hasil pemilu presiden.

Di lain pihak, menurut laporan kantor berita nasional ZBC, Presiden Emmerson Mnangagwa mengatakan: "Kami mendesak oposisi Aliansi MDC dan seluruh kepemimpinannya bertanggung jawab atas gangguan perdamaian nasional, yang dimaksudkan untuk mengganggu proses pemilihan."

Sementara itu, Menteri Kehakiman Ziyambi Ziyambi menyebut tentara dikerahkan di Harare untuk membubarkan kerumunan massa, serta berupaya mengembalikan "kedamaian dan ketenangan".

Dia menambahkan: "Kehadiran tentara tidak untuk mengintimidasi orang, tetapi untuk memastikan bahwa hukum dan ketertiban dipertahankan. Mereka ada di sana untuk membantu polisi."

Namun, pengerahan tentara tersebut dikutuk oleh salah seorang juru bicara pemimpin oposisi, karena menyebabkan hilangnya nyawa.

"Tentara dilatih untuk membunuh selama perang. Apakah penduduk sipil musuh negara?" kritiknya. "Tidak ada penjelasan sama sekali atas kebrutalan yang kita lihat saat ini."

Para awak media yang meliput kejadian tersebut mengatakan bahwa aksi kekerasan hanya terjadi di pusat Harare, yang dimulai oleh massa pendukung oposisi. Adapun wilayah lain di Zimbabwe dilaporkan dalam kondisi aman.

Sejauh ini tentara dan polisi masih terus dikerahkan untuk mengamankan jalan-jalan utama di pusat kota Harare.

 

Simak video pilihan berikut:

 

 


Pemilu Pertama Sejak Lengsernya Mugabe

Ilustrasi Bendera Zimbabwe (iStockphoto via Google Images)

Partai oposisi dan pesaing terdekat Zanu-PF, Movement for Democratic Change (MDC) dilaporkan hanya berhasil memenangkan 41 kursi. Sementara sisa lainnya diraih oleh gabungan partisipan pemilu lainnya.

Partai Zanu-PF perlu memenangkan 30 kursi lagi untuk memiliki dua pertiga suara mayoritas yang akan memungkinkannya mendominasi parlemen, dan membuatnya mampu mengubah konstitusi serta menciptakan legislasi tanpa perlawanan berarti dari oposisi.

Pemungutan suara yang digelar pada Senin 30 Juli adalah pemilu pertama Zimbabwe sejak Presiden Robert Mugabe mengundurkan diri usai ditekan untuk lengser pada November 2017.

Al Jazeera melaporkan, dominasi Zanu-PF dalam pemilu disebabkan oleh keberhasilan mereka mempertahankan suara mayoritas di daerah kantung tradisional, yakni wilayah pedesaan. Daerah itu setia kepada partai tersebut sejak 1980, atau masa-masa Mugabe berkuasa.

Di sisi lain, pihak oposisi yakin masih mampu memenangi pemilu dengan perolehan yang signifikan.

Tag Terkait

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya