Liputan6.com, Jakarta - Rendahnya harga gula di tingkat petani membuat produksi gula di dalam negeri cenderung stagnan, bahkan menurun. Lantaran gula produksinya dihargai di bawah biaya produksi, para petani enggan menambah luas areal tanam tebu.
Direktur Eksekutif Asosiasi Gula Indonesia (Agri) Agus Pakpahan mengatakan, pada 2006, margin yang diterima petani tebu bisa mencapai 80 persen. Namun lama-lama margin tersebut terus menurun sehingga tidak bisa lagi dijadikan insentif bagi para petani untuk meningkatkan luas areal tanamnya.
Baca Juga
Advertisement
"Insentif itu dari harga. Ilustrasinya, di 2006 itu margin pemasaran yang diterima petani kurang lebih 80 persen, tapi sekarang kecil sekali," ujar dia di Kantor DPN HKTI, Jakarta, Kamis (2/8/2018).
Selain itu, lanjut dia, harga pokok pembelian (HPP) gula petani yang saat ini berada di level Rp 9.100 per kg juga dinilai jauh di bawah biaya produksi petani. Ini membuat petani tidak lagi bergairah untuk menanam tebu.
"Itu jauh di bawah. Jadi harga Rp 9.100 atau Rp 9.700 itu dibawah biaya produksi, menurut perhitungan UGM, IPB. Makanya kita lihat tren dari 2008 ke sini turun terus (produksi gula dalam negeri), karena luas areal yang ditanami tebu petani berkurang. Kenapa? Karena insentifnya mengecil. Ini sangat rasional," jelas dia.
Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:
Di Atas Harga Beras
Menurut Agus, berdasarkan studi yang dilakukan oleh perguruan tinggi, harga jual gula di tingkat konsumen seharusnya 1,6 kali lipat dari harga beras. Dengan demikian, harga gula di pasaran seharusnya di patok sekitar Rp 15.000 dan di tingkat petani minimal Rp 10.500.
"Berdasarkan studi, harga gula yang layak itu 1,6 kali harga beras, jadi jatuhnya Rp 15.000 harga di konsumen. Kalau Rp 15.000, harga gula petani bisa dibeli lebih mahal. Ya Rp 10.500 sesuai hitungan dari IPB dan lain-lain," kata dia.
Agus memperkirakan, produksi gula dalam negeri pada tahun ini masih akan sama jika dibandingkan dengan tahun lalu yang sekitar 2,1 juta ton. Bahkan angka tersebut akan cenderung mengalami penurunan jika masalah harga gula petani tidak segera menjadi perhatian pemerintah.
"Karena gula ini masih didominasi di Jawa, masih tergantung dari petani. Dugaan saya, produksi gula enggak jauh beda dari tahun lalu. Dugaan saya sama atau bahkan menurun, tapi mudah-mudahan tidak jauh beda dengan tahun lalu, 2,1 juta ton," tandas dia.
Baca Juga
Gandeng TNI, Perusahaan Ini Tanami Ratusan Hektar Lahan Padi untuk Mendukung Ketahanan Pangan Nasional
Jangan Remahkan, Banyak Petani Jeruk di Kalbar Sukses Naik Haji hingga Kuliahkan Anak S3
AS-Indonesia Kolaborasi Tingkatkan Kualitas Peternakan Sapi Perah, Dukung Program Makan Bergizi Gratis Prabowo
Advertisement