Liputan6.com, Jakarta - Bupati Pekalongan Asip Kholbihi punya jurus tersendiri untuk mempromosikan Indonesia ke Rusia. Pada Festival Indonesia ke-3 yang diadakan di Taman Krasnaya Presnya pada 3 - 5 Agustus 2018, bupati dari kawasan pusat batik ini membawa kain-kain batik warna alam dengan motif-motif yang mengandung pesan mendalam.
Salah satunya adalah motif Saung Damai, yang tampak seperti saung-saung yang dijaga hewan-hewan gaib seperti gajah. Makna yang tersirat adalah manusia sejatinya membutuhkan kenyamanan dan kedamaian dalam hidup ini. Bahan yang digunakan sebagai warna alam pada lembaran kain batik yang didominasi warna coklat yang kalem ini adalah sabut kelapa, dan kulit mahoni. Bahan-bahan warna alam tersebut sangat mudah ditemukan di kawasan Pekalongan.
Lalu ada juga motif Pagar atau Benteng Besi. Pada motif ini tampak bercokol gambar Meru atau Gunung yang di sela-selanya terdapat batu karang yang dihubungkan garis-garis. Maknanya, bahwa dalam kehidupan manusia harus tabah sabar sebagaimana benteng atau pegunungan. Warna coklat yang dominan pada batik warna alam Pagar atau Benteng Besi ini adalah kulit Pohon Tinggi.
Baca Juga
Advertisement
Tak lupa, selain dengan mengangkat batik dengan warna alam, pesan tentang kelestarian bumi juga disisipkan pada salah satu lembaran kain batik dengan motif Sekar Ukel. Makna yang terkandung pada batik dengan pewarna kulit Pohon Tinggi dan daun Tom untuk warna biru ini adalah kesuburan bumi tempat kita hidup, haruslah kita pertahankan bersama. Bunga-bunga dengan sulur-sulur yang meliuk-liuk pada kain batik Sekar Ukel itu melambangkan bunga yang hidup lestari.
Batik-batik yang dibawa langsung dari Pekalongan ini akan menjadi hadiah istimewa untuk beberapa tokoh di Rusia, seperti mufti masjid di Moskow dan pihak pemerintah Kota Moskow.
Untuk memperkuat pesan ‘diplomasi batik’ ke Rusia dalam rangka Festival Indonesia ke-3, Bupati Asip, juga mengajak serta salah satu maestro pembatik Pekalongan, yang juga dosen di Universitas Batik, yaitu Muhammad Octa Sabana. Laki-laki yang akrab dipanggil Pak Dudung itu, akan menjadi guru membatik pada acara Festival Indonesia ke-3 ke orang-orang Rusia, yang terbukti memiliki minat luar biasa untuk ikut membatik pada dua Festival Indonesia terdahulu.
Sedangkan seniman batik yang menghasilkan karya-karya yang akan dihadiahkan untuk beberapa tokoh di Rusia ini adalah Amin, yang merupakan penduduk Desa Gemah Sumilir. Desa di Kabupaten Pekalongan ini terkenal sebagai desa wisata batik.
Sekitar setahun silam, Bank Central Asia yang menjadi pendukung Desa Gemah Sumilir, mengangkat desa ini sebagai tempat memproduksi pakaian seragam motif batik BCA. Ketika itu, Komisaris Independen BCA Cyrillus Harinowo mengatakan, batik karya Kampung Batik Gemah Sumilir tersebut digunakan seluruh karyawan BCA dari Banda Aceh hingga Jayapura. Sehingga ada sekitar 35.000 karyawan BCA seluruh Indonesia. Jadi ini dipakai sekitar 35 ribu karyawan kami di seluruh Indonesia. “Kami pesan sejak 2014,” katanya waktu itu.