Liputan6.com, Jakarta Pameran seni dan desain Art Jakarta Kembali digelar. Salah satu yang menarik yaitu pop Art restoran yang merupakan kolaborasi dari penyedia material bangungan asli Indonesia, Viro dengan Kezia Karin Studio dan Larch Studio.
Pop Art retoran ini bertajuk The GreenHouse, sebuah restoran berkonsep taman yang ada dalam ruangan seluas 200 meter persegi dan mampu menampung hingga 60 tamu. Seperti gaya khas dari Viro yang memadukan elemen anyaman berbasis material ramah lingkungan eco faux pada seluruh bahan yang diproduksi, pengerjaan proyek The GreenHouse ini melibatkan lebih dari 50 penganyam mulai dari kerangka, archeneering, menganyam sampai dengan proses instalasi.
Advertisement
“Melalui restoran berkonsep taman ini, Viro kembali mengukuhkan komitmen kami untuk membuktikan kemampuan anyaman untuk bersinergi bersama perkembangan desain masa kini, baik untuk desain luar ruang maupun dalam ruang. Tentunya merupakan suatu kehormatan bagi kami untuk dapat mewujudkan The GreenHouseuntuk Art Jakarta 2018 dan memperkenalkan materi ramah lingkungan eco faux serta mempromosikan keahlian tangan para pengrajin lokal ke publik yang lebih luas,” kata Johan Yang Executive Vice President Viro saat konferensi pers di Art Jakarta 2018, Kamis (3/8/2018).
Pop Art restoran ini, bukan kali pertamanya Viro berkolaborasi dengan desainer asal Yogyakarta, Kezia Karin. Sebelumnya, kolaborasi Wonderland dari Viro dan Kezia Karin mendapat pengharaan sebagai Most Innovative Booth diajang pergelaran desain dan arsitektur di Indonesia, CASA Indonesia 2018.
“Kami ingin menampilkan desain yang eksperimental dan fresh dalam rancangan The GreenHouse dengan mengolah material eco faux untuk menghasilkan bentuk bentuk desain baru yang unik dan belum pernah ditampilkan oleh desainer lain sebelumnya. Hal ini menunjukkan bahwa kreativitas tidak memiliki batas. Dengan menggabungkan antara teknik anyam tradisional dan mereproduksi teknik sulam pita dengan material eco faux, tampilan The GreenHouse merupakan perpaduan antara pendekatan bentuk modern dan nilai budaya Indonesia," kata Kezia Karin desainer interior.
Restoran unik di Art Jakarta 2018
Bagi Kezia Karin, perpaduan ini juga menggambarkan esensi nilai yang tertanam dalam material-material produksi Viro bahwa tampilan yang membawa nilai budaya dapat dicapai dan berdampingan dengan modernitas material.
Sementara, desainer lanskap Satya Putra dari Larch Studio mengungkapkan bahan ecofaux dari Viro untuk digunakan dalam desain lanskap di luar ruangan.
“Tantangan dalam pengaturan lanskap adalah bagaimana bahan yang digunakan dapat diandalkan untuk menerima kondisi luar ruang seperti cuaca yang sering kali berubah, kadang basah namun kadang panas. Selain itu, penting juga bahan yang tidak memerlukan perawatan intensif namun tetap memiliki nilai estetis,” kata Satya Putra desainer lanskap.
Advertisement
Restoran unik di Art Jakarta 2018
Mengambil desain menyerupai sangkar burung dengan ornamen bunga yang dinamis dan dilengkapi ragam tanaman hidup, Viro berupaya menunjukan kemampuan anyaman dapat diterapkan pada ragam desain dan kreasi yang tidak terbatas, mulai dari kebutuhan fungsional, sebagai bahan dasar bangunan, hingga pemenuhan unsur estetika pada konsep restoran yang dihadirkan.
Eco faux merupakan material kategori baru yang diciptakan dari serat natural dan non-natural HDPE (High Density Polyethylene) yang memungkinkan produk dapat dibentuk secara fleksibel dengan pola yang beragam sesuai dengan imajinasi perancang dan tren desain yang ada.
Selain itu, material ini juga ramah terhadap lingkungan karena memiliki masa pakai yang tahan lama hingga 140 tahun serta kualifikasi khusus seperti tahan segala cuaca, mampu menahan rambatan api, dan aman terhadap kontak makanan. Hasil kolaborasi dari Viro, Kezia Karin Studio dan Larch Studio ini dapat Anda dinikmati selama Art Jakarta 2018 berlangsung pada 2-4 Agustus di The Ritz-Carlton Ballroom, Pacific Place, Jakarta Selatan.