Liputan6.com, Dhaka - Ribuan siswa sekolah menengah dan mahasiswa di Bangladesh melakukan aksi protes selama lima hari, menyusul tewasnya dua orang remaja akibat tertabrak bus yang melaju kencang.
Para demonstran yang menuntut keadilan bagi pejalan kaki dan penertiban aturan keamanan berlalu lintas itu membuat ibu kota Dhaka hampir lumpuh total.
Dikutip dari BBC pada Jumat (3/8/2018), seorang menteri pemerintah menuduh para demonstran bersikap munafik, sehingga memicu kemarahan lebih lanjut.
Di saat bersamaan, Kementerian Pendidikan meliburkan sementara sekolah-sekolah menengah di seluruh Bangladesh dan berjanji untuk mempertimbangkan tuntutan mereka.
"Mereka seharusnya mendengarkan tuntutan kami dengan serius, tetapi mereka tidak," kata Imran Ahmed, seorang mahasiswa yang turut memprotes, kepada kantor berita AFP.
Ada laporan yang menyebut bahwa sebagian besar pengunjuk rasa yang berusia di pertengahan remaja telah memeriksa kelengkapan berkas bus yang terlibat dalam tragedi tabrakan itu dan menuntut untuk menyita dokumen identitas pengemudi agar bisa diajukan ke meja hukum.
"Kami tidak ingin ada kendaraan tanpa izin di jalan. Mereka yang tidak bisa mengemudi tidak boleh mendapatkan lisensi dan kami tidak ingin pengemudi mobil di bawah umur mengendarai kendaraan umum," kata pengunjuk rasa, Mohammad Sifat.
Baca Juga
Advertisement
Aksi protes yang berubah menjadi kerusuhan pada hari kedua itu menyebabkan beberapa kendaraan rusak. Polisi bersenjata tameng dan pentungan berusaha memukul mundur demonstran ke beberapa bagian kota.
Operator bus terkait telah menanggapi aksi protes dengan menangguhkan layanan mereka.
Sektor transportasi Bangladesh dianggap oleh banyak orang sebagai lahan korup dan berbahaya.
Protes meletus pada awal pekan lalu, setelah muncul kabar bahwa seorang pelajar putra dan putri tewas tertabrak pada Minggu, 29 Juli 2018, akibat diseruduk bus yang saling balap mengejar target penumpang.
Kabar tersebut menyebar dengan cepat di media sosial dan memicu kecaman luas, terutama dari kalangan anak muda.
Simak video pilihan berikut:
Keselamatan Berlalu Lintas Memprihatinkan
Saiyara Islam Roj (17) mengatakan kepada BBC bahwa dia tidak pernah terlibat aksi protes sebelumnya.
"Saya bergabung karena saya melihat betapa berbahayanya jalan-jalan di negara kami. Setiap hari perasaan kami was-was dalam menggunakan jalan umum. Kami hanya ingin praktik korupsi dalam proses pembuatan surat izin mengemudi diberantas habis," katanya.
Saifur Rahman (17) mengatakan bahwa di beberapa bagian Dhaka, para siswa menduduki jalan-jalan utama untuk memeriksa satu persatu surat izin mengemudi dan juga merapikan lalu lintas untuk memberikan lewat kendaraan dinas darurat.
Rahman juga mengatakan bahwa beberapa kali polisi dan aparat keamanan lainnya terlibat aksi kekerasan terhadap remaja yang terlibat aksi protes.
Di lain pihak, Shajahan Khan, seorang menteri pemerintah yang memiliki hubungan dengan serikat pekerja, sempat memicu kemarahan atas komentarnya yang kontroversial. Ia menyebut demonstran bersikap munafik, karena tidak bereaksi sama sekali ketika 33 orang tewas dalam kecelakaan bus di India pada Sabtu, 28 Juli 2018. Dia kemudian meminta maaf.
Pada Rabu, 1 Agustus 2018, Menteri Dalam Negeri Asaduzzaman Khan mengatakan, pemerintah akan meluncurkan kampanye keselamatan transportasi umum.
Dijelaskan oleh para peneliti di Komite Nasional Perlindungan Pengiriman, Jalan dan Kereta Api, bahwa lebih dari 4.200 pejalan kaki tewas dalam kecelakaan lalu lintas di Bangladesh selama tahun lalu. Jumlah ini naik sekitar 15 persen dari tahun sebelumnya.
Advertisement