Lapindo Bakal Keruk Migas Lagi di Blok Brantas

Lapindo selaku perusahaan yang akan menjadi operator Blok Brantas sebelumnya sudah menyelesaikan persyaratan administrasi untuk menandatangani kontrak.

oleh Maulandy Rizky Bayu Kencana diperbarui 03 Agu 2018, 15:40 WIB
Ilustrasi tambang migas (iStockPhoto)
Liputan6.com, Jakarta
Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) dan PT Lapindo Brantas resmi menandatangani kontrak baru dengan skema gross split di Wilayah Kerja (WK) atau Blok Brantas di Sidoarjo, Jawa Timur.
 
Direktur Jenderal Minyak dan Gas Kementerian ESDM Djoko Siswanto mengatakan, Lapindo selaku perusahaan yang akan menjadi operator Blok Brantas sebelumnya sudah menyelesaikan persyaratan administrasi untuk menandatangani kontrak.
 
Selain itu, Lapindo sudah membayar bonus tanda tangan senilai USD 1 juta, atau sebesar Rp 14,5 miliar. "Setelah Lapindo menyelesaikan administrasi, bonus tanda tangan sudah dibayarkan sebelumnya. Kontrak kerja selama ini akan berlaku sampai 20 tahun," jelas dia di Ruang Damar Kementerian ESDM, Jakarta, Jumat (3/8/2018).
 
Persyaratan administrasi yang telah diselesaikan, yakni pembayaran jaminan pelaksanaan program sebesar 10 persen dari komitmen kerja pasti selama 5 tahun. Nominal rupiah untuk komitmen pasti tersebut senilai USD 115 juta, atau sekitar Rp 1,66 triliun.
 
Masa kontrak Blok Brantas berakhir pada 22 April 2020. Setelah diperpanjang, Blok Brantas akan tetap dikelola kontraktor eksisting.
 
Operator Blok Brantas adalah Lapindo Brantas dengan hak kelola 50 persen. Adapun mitra eksistingnya, yakni PT Prakarsa Brantas, dengan hak kelola sebesar 32 persen, serta Minarak Labuan sebanyak 18 persen.
 
Dalam kontrak baru ini, pemerintah mendapat bagi hasil minyak sebesar 53 persen dan kontraktor 47 persen. Sedangkan untuk gas, pemerintah akan menerima jumlah yang sedikit kecil, yakni 48 persen, berbanding 52 persen yang jadi porsi kontraktor.

Genjot Produksi Blok Rokan, Pertamina Akan Eksplorasi 7.000 Titik Baru

Ilustrasi tambang migas (iStockPhoto)

Plt Dirut PT Pertamina (Persero) Nicke Widyawati mengatakan, pihaknya akan berupaya mengoptimalkan produksi Blok Rokan, yang terus menurun. Ini usai terpilihnya perusahaan sebagai pengelola blok minyak dan gas (migas) Rokan setelah 2021, menggantikan PT Chevron Indonesia.

"Jadi kalau kita lihat, Blok ini sudah 94 tahun. Memang karakter sumur, kalau tidak ada discovery, maka akan menurun. Cadangan tetap, tinggal seberapa cepat diambil saja," kata dia dalam Forum Merdeka Barat, di Jakarta, Rabu (1/8/2018).

Salah satu upaya meningkatkan produksi Blok Rokan adalah dengan menambah titik-titik eksplorasi. Pertamina berencana bakal menambah 7.000 titik ekplorasi.

"Kita harus menambah area. Eksplorasi, kan, di Duri dan Minas. Jadi, kita akan menambah titik eksplorasi," kata dia.

Nicke menjelaskan dalam mengelola Blok Rokan, pihaknya bakal menggunakan dua cara, yaitu konvensional dan nonkonvensional.

Cara konvensional, seperti penambahan area eksplorasi. "Kita sudah pelajari data teknis Rokan, perlu ada teknologi dan beberapa titik eksplorasi," ujar Nicke.

"Nonkonvensional dengan menggunakan teknologi EOR. Di Rokan ini sudah dilakukan, akan kita lanjutkan. Kita akan meningkatkan bisa double capacity. Kalau mau nambah produksi lagi pakai EOR," dia menandaskan.

Reporter: Wilfridus Setu Umbu

Sumber: Merdeka.com

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya