Strategi Pertamina Kembangkan Baterai Mobil Listrik Dalam Negeri

PT Pertamina (Persero) mengakui, salah satu tantangan pengembangan mobil listrik adalah ketersediaan baterai.

oleh Merdeka.com diperbarui 03 Agu 2018, 17:10 WIB
Stasiun pengisian mobil listrik.(Foto:Istimewa)

Liputan6.com, Jakarta - PT Pertamina (Persero) mengakui, salah satu tantangan pengembangan mobil listrik adalah ketersediaan baterai.

"Memang kendala semua masih di baterai," ujar VP Corporate Communication PT Pertamina (Persero), Adiatma Sardjito saat ditemui di ICE, BSD, Tangerang Selatan, Jumat (3/8/2018).

Oleh karena itu, pihaknya turut ambil bagian dalam upaya pengembangan baterai agar produksi baterai dapat dilakukan di dalam negeri.

"Kalau dari Pertamina sendiri kita kemarin kerja sama dengan UNS (Universitas Sebelas Maret) itu kembangkan baterai yang ramah lingkungan dan lebih bisa diproduksi di dalam negeri," kata dia.

"Masih dalam tahap untuk sepeda motor dan jumlahnya cukup ekonomis kalau dibandingkan dengan harga BBM," tambah dia.

Pertamina, kata dia, akan terus mendorong pengembangan riset baterai, khususnya untuk mobil listrik. Sebab, ia yakin pertumbuhan mobil listrik di Indonesia bakal lebih moncer, jika didukung oleh ketersediaan industri baterai di dalam negeri.

"Jadi kembali lagi ya, melakukan riset untuk baterai (mobil listrik), tapi dalam pikiran kami pertumbuhan kendaraan listrik akan eksponensial. Jadi begitu ditemukan, langsung banyak. Jadi bukan grafik biasa," ujar dia.

 


Pertamina Bakal Gandeng PLN Kembangkan SPLU

Ilustrasi Perusahaan Minyak dan Gas Pertamina

Sebelumnya, PT Pertamina (Persero) bekerja sama dengan produsen mobil BMW meluncurkan dispenser khusus untuk charging station mobil listrik. Tempat charger atau isi ulang baterai mobil listrik ini langsung dipamerkan di gelaran GIIAS 2018.

VP Corporate Communication PT Pertamina (Persero), Adiatma Sardjito tak menampik terbukanya kemungkinan Pertamina bakal gandeng PLN untuk mengembangkan Stasiun Pengisian Listrik Umum (SPLU) ke depan jika memang menguntungkan.

"Potensi bisnis itu selalu ada ya. Dalam bisnis itu kolaborasi, kerja sama itu sesuatu yang biasa," ujar dia ketika ditemui di ICE, BSD, Tangerang Selatan, Banten, Jumat 3 Agustus 2018.

Oleh karena itu, kerja sama dengan pihak lain, seperti PLN, kata dia, bisa saja dilakukan sesuai dengan pertimbangan-pertimbangan bisnis yang dilakukan Pertamina. "Sangat memungkinkan kalau dalam hal bisnis," kata dia.

Dia pun menegaskan, peluncuran dispenser khusus untuk pengisian daya mobil listrik. Hal ini menunjukkan komitmen perseroannya untuk menjadi pemain kunci dalam penyediaan fasilitas pengisian mobil listrik.

"Kami bergerak menuju ke sana ya. Kita melihat peluang bisnis juga melihat kemajuan teknologi yang sekarang terjadi. Kita harus berubah menuju masa depan," ujar dia.

Untuk tahap awal, SPLU Pertamina bakal dibangun menyatu dengan SPBU. Dalam tahap uji coba, dispenser khusus mobil listrik akan ditempatkan di SPBU Kuningan, Jakarta.

"Perhitungan bisnis akan tentukan lain. Tapi kita coba di SPBU dulu. Ke depan kita akan bangun di tempat lain, yang lebih fleksibel lah. Dimana konsumer berada," kata Adiatma.

Sementara harga jual listrik dari SPLU tersebut, kata dia, berada di kisaran Rp 1.456 hingga Rp 1.500 per kWh. "Kemarin perhitungan kita masih pakai harga PLN Rp 1.456 per kWh ya Rp 1.500 lah," tutur dia.

 

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya