Liputan6.com, Washington DC - Hari itu, 4 Agustus 1753, seorang pengusaha muda asal Virginia, George Washington diangkat menjadi Master Mason, pemimpin dalam persaudaraan rahasia Freemason.
Upacara digelar di Masonic Lodge (Loji Mason) No. 4 in Fredericksburg, Virginia. Washington kala itu berusia 21 tahun. Ia akan segera memimpin operasi militer pertamanya sebagai mayor pasukan milisi kolonial Virginia.
Seperti dikutip dari History.com, Jumat (3/8/2018), Freemason berevolusi dari praktik dan ritual serikat ahli batu pada Abad Pertengahan. Dengan menurunnya pembangunan bangunan katedral di Eropa, loji-loji Manson memutuskan untuk memperluas keanggotaannya. Organisasi persaudaraan rahasia itu pun kian populer di Benua Biru pada 1717 dan sepanjang Abad ke-18.
Baca Juga
Advertisement
Loji Besar atau Grand Lodge pertama didirikan di Inggris. Freemasonry pun menyebar ke seantero Britania Raya. Sementara, loji American Mason didirikan di Philadelphia pada 1730. Pemimpin revolusi Amerika Serikat, Benjamin Franklin menjadi salah satu pendirinya.
Freemasonry merupakan organisasi yang tertutup dan ketat dalam penerimaan anggota barunya. Organisasi ini bukan merupakan organisasi agama dan tidak berdasarkan pada teologi apapun. Tujuan utamanya adalah membangun persaudaraan dan pengertian bersama akan kebebasan berpikir dengan standar moral yang tinggi.
Freemasonry sendiri adalah simbolisasi dari pengertian pekerja keras yang mempunyai kebebasan berpikir. Kata mason berasal dari bahasa Perancis, maçon, yang artinya "tukang batu".
Bagi George Washington, bergabung dengan Mason adalah ritus peralihan dan ekspresi tanggung jawab sipilnya.
Setelah menjadi seorang Master Mason, Washington berpeluang untuk melewati serangkaian ritus tambahan yang akan membawanya ke 'derajat' yang lebih tinggi.
Pada tahun 1788, tidak lama sebelum menjadi presiden pertama Amerika Serikat, George Washington terpilih sebagai Worshipful Master di Alexandria Lodge No. 22.
Sejumlah tokoh Revolusi Amerika, termasuk Revere, John Hancock, dan Marquis de Lafayette adalah anggota Freemason.
Karena itu lah, penampakan simbol Freemason terlihat dalam sejumlah kesempatan, misalnya pelantikan George Washington sebagai Presiden AS dan dan peletakan batu pondasi gedung Capitol AS Washington DC -- sebuah kota yang dirancang dengan gagasan Masonik.
Simbol-simbol Masonik juga terlihat jelas dalam desain the Great Seal of the United States. Pun di lembaran uang 1 dolar Amerika Serikat, dalam bentuk satu mata yang melayang di bagian atas sebuah piramida yang belum sempurna atau The All-Seeing Eye dan istilah 'Novus ordo seclorum' di dalamnya.
The Great Seal of the United States juga muncul dalam uang 1 dolar selama masa kepresidenan Franklin D. Roosevelt, yang juga anggota Freemason.
Freemason dilaporkan punya pengaruh penting dalam dunia perpolitikan AS. Setidaknya 15 presiden, lima Ketua Mahkamah Agung, dan sejumlah anggota Kongres adalah anggota organisasi rahasia itu.
Presiden yang diketahui sebagai anggota Freemason termasuk George Washington, James Monroe, Andrew Jackson, James Polk, James Buchanan, Andrew Johnson, James Garfield, William McKinley, Theodore Roosevelt, William Howard Taft, Warren Harding, Franklin Roosevelt, Harry Truman, Lyndon Johnson, dan Gerald Ford.
Selain pengangkatan George Washington sebagai master di loji Fremasoon, sejumlah peristiwa bersejarah terjadi pada tanggal 4 Agustus.
Pada 1916, Amerika Serikat membeli Kepulauan Virgin dari Denmark senilai 25 juta dolar AS. Sementara pada 1994, truk yang membawa jutaan tawon atau lebah terbalik di New York.
Freemason Merasa Didiskriminasi
Freemason Inggris pernah memasang iklan di surat kabar nasional setempat. Mereka meminta publik untuk menghentikan segala bentuk diskriminasi dan stigmatisasi terhadap anggota dan organisasi persaudaraan berusia kuno itu.
The United Grand Lodge of England (UGLE) memasang iklan sehalaman penuh di harian The Times dan The Daily Telegraph. Iklan itu berbentuk surat dari CEO UGLE, David Staples. Demikian seperti dikutip dari media Inggris Independent (9/2/2018).
Surat serupa juga dipasang di laman muka situs elektronik UGLE.
Independent menyebut, surat tersebut ditulis demi merespons berita komplain dari Kepala Federasi Polisi Inggris dan Wales (Polfed) yang menuding bahwa organisasi tersebut telah mencampuri sejumlah kebijakan Kepolisian Polfed hingga parlemen Inggris.
David Staples menulis dalam suratnya bahwa tudingan tersebut merupakan bagian dari "kekeliruan besar (publik) dalam menafsirkan eksistensi Freemason beserta 200.000 lebih anggotanya, yang mana (kekeliruan itu) merupakan bentuk diskriminasi".
CEO UGLE itu juga menulis, "Kami berutang sikap (desakan untuk menghentikan diskriminasi) itu kepada para anggota kami. Karena mereka tidak seharusnya merasa terstigmatisasi."
Organisasi yang didominasi keanggotaan pria--meski perempuan bisa menjadi anggota, tetapi dalam himpunan yang terpisah--itu juga menyatakan akan membawa segala fenomena 'diskriminasi dan stigmatisasi' itu kepada Komisi HAM Inggris.
"Saya sangat menghargai jika Anda bertanya tentang siapa kami dan apa yang kami lakukan. Maka, selama enam bulan ke depan, kami akan membuka sesi tanya jawab di penjuru Inggris. Dan hal ini akan dipromosikan kepada seluruh media dan laman elektronik kami."
Bukan kali ini saja David Staples mengutarakan keberatannya. Pada Januari lalu, dalam sebuah wawancara dengan program radio Inggris Radio 4, Staples mengatakan bahwa segala detail tentang Freemason bukanlah barang yang dirahasiakan.
Dalam wawancara itu, Staples juga mengatakan bahwa media telah salah memahami fundamental organisasinya.
Ia juga mengatakan bahwa detail segala ritual organisasinya selalu dipublikasikan secara terbuka di laman elektronik resmi UGLE.
Sementara itu, dalam sebuah wawancara dengan media Inggris BBC, Staples juga menjelaskan bahwa 'tidak pernah ada yang namanya jabat tangan rahasia Freemason yang dilakukan di luar lodge-lodge organisasi'. Ia juga mengatakan bahwa ritual semacam itu pun tidak bersifat rahasia.
Kendati demikian, ketika BBC meminta Staples untuk mencontohkan jabat tangan ala Freemason itu kepada para penonton, ia menolaknya dengan alasan "telah berjanji untuk tidak mencontohkannya".
Advertisement