Liputan6.com, Balikpapan - PT Perusahaan Listrik Negara (Persero) secara bertahap melakukan konversi bahan bakar solar menjadi gas di sejumlah turbin pembangkit listriknya. Penggunaan liquid natural gas (LNG) sangat ekonomis menekan biaya produksi listrik per kilowtt (kWh) disesuaikan penetapan tarif dasar listrik (TDL).
"Penggunaan bahan bakar gas menjadi lebih hemat dibandingkan pemanfaatan solar," kata Dirjen Ketenagalistrikan Kementerian Energi Sumber Daya Mineral (ESDM), Andy Noorsaman Sommeng, Selasa 31 Juli 2018.
Noorsaman mengatakan, PLN terbelit permasalahan tingginya beban biaya produksi listrik per kWh nya. Sejumlah pembangkit listrik PLN, menurutnya masih banyak mengandalkan pasokan bahan bakar minyak (BBM) solar yang otomatis menimbulkan pembengkakan beban biaya produksi.
Baca Juga
Advertisement
Biaya produksi pembangkit listrik bahan bakar solar, kata Noorsaman, menelan biaya relatif lebih besar Rp 2.780 per kWh. Coba bandingkan dengan biaya produksi listrik berbahan bakar gas yang yang mampu ditekan sebesar Rp 1.721 per kWh.
"Sehingga bisa dipastikan terjadi penghematan sebesar 38 persen dibandingkan masih mempergunakan solar," paparnya dalam peresmian first gas in fasilitas penyimpanan dan regasifikasi PLTG Sambera berdaya 2 x 20 MW di Kutai Kartanegara.
PLN menggandeng PT Badal NGL yang dipercaya mensuplai fasilitas penyimpanan gas kapasitas 6 x 105 metrik kubik di Tanah Datar Muara Badak. Setiap harinya, PLTG Sambera membutuhkan pasokan gas sebesar 8 MMCFD guna menghasilkan daya listrik sebesar 2 x 20 MW.
PLN pun mengeduk untung penghematan biaya produksi listrik pembangkit Sambera sebesar Rp 70 miliar per tahun. Secara hitung hitung investasi, perusahaan setrum ini cuma membenamkan modal sebesar Rp 200 miliar.
Itupun menjadi aset fasilitas penyimpanan dan regasifikasi yang lokasinya berhadapan pembangkit.
"PT Pertagas Niaga sudah berkomitmen secara kontinue menjamin pasokan fasilitas penyimpanan gas di PLTG Sambera ini. Sistim serupa akan diterapkan di wilayah lain seperti Papua dan Maluku," tegas Noorsaman.
Fasilitas penyimpanan regasifikasi PLTG Sambera menggunakan moda transportasi trucking, pertama di Indonesia. Metode suplai sistim ini dianggap efektif menjangkau wilayah terpencil tidak terjangkau pipa.
PT Badak dan PLN sudah bersepakat setahun silam di Bontang. Kilang gas ini menjamin pasokan gas fasilitas penyimpanan pembangkit Sambera.
"Akan distribusi LNG sebesar 8 MMCFD untuk pembangkit di sini," ungkap SVP Engineering Operation and Technology Development PT Pertamina, Tanudji.
Truk truk suplai gas PT Badak, kata Tanudji memasok storage penampungan gas pembangkit ini. Satu unit truk setidaknya mampu mengangkut sebanyak 20 metrik kubik gas guna memenuhi kapasitas tampung sebesar 600 metrik kubik.
Kerjasama ini merupakan sinergi dua BUMN dalam pencapaian target daya listrik 35 ribu MW dicanangkan pemerintah. Fasilitas ini menunjang program elektrifikasi 20 ribu pelanggan area Balikpapan, Samarinda dan Tenggarong.
Di samping itu, Tanudji memastikan performa mesin pembangkit PLN makin meningkat. Pemanfaatan gas bahkan ramah lingkungan lewat pengurangan emisi gas buang, limbah B3 dan pemakaian air tanah.
Sejumlah keunggulan gas ini membuat PLN langsung bereaksi cepat. Perusahaan plat merah ini menerapkan strategi pemanfaatan gas di pembangkit Tanjung Batu Tenggarong Seberang. Bedanya, PLN membangun interkoneksi jaringan pipa gas menghubungkan Terminal Senipah PT Pertamina Hulu Mahakam.
"Kami akan membangun pipa gas sepanjang 52 kilometer dengan nilai investasi sebesar Rp 300 miliar," tutur Direktur Bisnis Regional Kalimantan PLN, Machnizon.
Machnizon mengatakan, PLTU Tanjung Batu berkapasitas daya 2 x 60 MW. Selama bertahun tahun, pembangkit listrik ini dioperasikan mempergunakan solar dan batu bara.
"Pembangkit listrik ini membutuhkan pasokan gas rutin sebanyak 80 MMCFD," ungkapnya.
Operasional PLTU Tanjung Batu berbahan bakar gas, kata Machnizon mampu memberikan keuntungan maksimal bagi PLN. Bahkan, mereka optimis balik modal investasi hanya dalam kurun waktu 3 hari.
"Keuntungan luar biasa bagi kami, nilai investasi langsung kembali dalam waktu 3 hari saja," ujarnya menerangkan rencana operasi pipa gas pembangkit Tanjung Batu bulan Desember nanti.
Manager Sektor Pembangkitan Listrik Mahakam, Untung B.U menyebutkan pemanfaatan gas mampu meminimalisir kerugian PLN terkait biaya pokok produksi listrik.
Penetapan harga gas sebesar 10,52 US dolar per MMbtu, menurutnya belum sebanding dengan penetapan tarif dasar listrik sebesar Rp 1.227 per kWh.
"PLN memang masih rugi dengan penetapan harga gas ini. Padahal harga ini masih tarif rata rata harus dibeli PLN," sebutnya.
Idealnya, PLN memperoleh pasokan gas dengan harga maksimal sebesar 6,5 US dolar per MMbtu. Penetapan harga sebesar itu membuat PLN punya margin keuntungan antara biaya produksi dengan penetapan TDL.
"Kami bisa punya margin untuk pengembangan investasi ke depannya," paparnya.
Daya listrik Sistim Kalimantan mengalami surplus sebesar 487,4 MW dengan daya mampu mencapai 1.537 MW. Adapun rasio elektrifikasi Kaltim mencapai 94,55 persen dimana akan dituntaskan memasuki tahun 2021.