Tim Arkeolog Survei Temuan Ukiran Kuno di NTT, Bagaimana Hasilnya?

Tim arkeolog dari Universitas Udayana Denpasar, Bali melakukan survei peninggalan arkeologi ukiran kuno atau relief yang terpahat di dinding gua Liang Peung, Desa Hingalamamengi, Kecamatan Omesuri, Kabupaten Lembata, NTT.

oleh Amar Ola Keda diperbarui 05 Agu 2018, 23:01 WIB
Tim arkeolog dari Universitas Udayana Denpasar, Bali melakukan survei peninggalan arkeologi ukiran kuno atau relief yang terpahat di dinding gua Liang Peung, Desa Hingalamamengi, Kecamatan Omesuri, Kabupaten Lembata. (Liputan6.com/Ola Keda)

Liputan6.com, Kupang - Tim arkeolog dari Universitas Udayana Denpasar, Bali melakukan survei peninggalan arkeologi ukiran kuno atau relief yang terpahat di dinding gua Liang Peung, Desa Hingalamamengi, Kecamatan Omesuri, Kabupaten Lembata, Nusa Tenggara Timur.

Tim survei yang dipimpin Doktor Puji Laksmi dan anggotanya Deo Agung Laksono didampingi Kepala Seksi Kepurbakalaan dan Permuseuman Kabupaten Lembata serta aparat Kecamatan Omesuri melakukan survei selama tiga hari, Kamis-Sabtu (26-28/7/2018).

Ukiran kuno ini ditemukan warga Desa Hingalamengi, Hanan Abdul Latif Lali Ehak (41) pada akhir Agustus 2017 lalu saat dirinya sedang mencari ternak yang hilang.

Dari hasil survei, Doktor Puji Laksmi mengatakan, timnya menemukan beberapa relief yang mendominasi seperti ornamen manusia dalam bentuk dan ukuran yang sedang dan kecil. Selain itu ada relief atau ornamen perahu, ular berkepala manusia, cecak, dan ada relief yang diduga pagar.

"Beberapa relief yang masih perlu dikaji lagi bentuknya dan penemuan kerang di sekitar Gua Liang Peung,” ujar Puji kepada Liputan6.com, Sabtu (4/8/2018).

Dia menerangkan, dari hasil survei ini pihaknya akan melakukan analisis morfologi, stalistik, dan analisis komparatif lebih lanjut untuk mendapatkan kesimpulan.

"Masih dalam tahap pengumpulan data, kami masih melakukan pemotretan dan wawancara dengan masyrakat di sekitar situs setelah itu kami akan melakukan analisis baru kemudian kami bisa membuat kesimpulan. Seperti itu prosesnya," kata Puji.

Pada bulan Oktober mendatang hasil penelitian ini sudah bisa didapatkan. “Kalau sesuai jadwal sih harusnya Oktober ini sudah selesai,” imbuh Puji.

Sementara itu, Bupati Lembata, Eliaser Yentji Sunut sangat mengapresiasi kedatangan Tim Arkeologi Udayana. Ia berharap adanya tim arkeologi dapat membuka tabir sejarah peradaban masyarakat Lembata.

"Untuk itu saya tugaskan instansi terkait yaitu Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kabupaten Lembata dan aparat Kecamatan Omesuri agar sebisa mungkin membantu tim arkeologi dalam melakukan proses pengkajian terhadap peninggalan arkeologi ini," kata Sunur.


Mirip Situs Timor Leste

Penemu ukiran kuno di Kabupaten Lembata NTT ((Liputan6.com/Ola Keda)

Tim arkeolog dari Universitas Udayana Denpasar, Doktor Puji Laksmi mengatakan, hasil temuan ornamen relief yang ada di Desa Hingalamamengi, Kecamatan Omesuri, Kabupaten Lembata diduga memiliki kesamaan dengan relief yang ditemukan pada situs-situs di daerah Timor Leste.

"Hanya saja data temuan yang ada perlu dikaji lebih lanjut, sehingga dapat diketahui beberapa informasi yang dapat dipastikan kebenarannya," katanya.

Ia mengatakan, peninggalan reliaef pada dinding Gua Liang Peung ini adalah peninggalan arkeologi prasejarah.

"Kedua, relief pada dinding Gua Liang Peung diduga memiliki kesamaan relief dengan situs-situs arkeologi Timor Leste," ujar Puji.

Menjadi pertanyaan Doktor Puji adalah apakah manusia masa lalu yang serumpun melakukan pemahatan pada relief dinding Gua Liang Peung ataukah manusia masa lalu berasal dari masyarakat setempat. Atau bahkan di luar dari keduanya tersebut.

Ia juga masih mempertanyakan, dengan adanya relief ini, apakah dapat memberikan gambaran tempat ini sebagai salah satu situs tempat bermukim manusia masa lalu atau hanya sebagai tempat arena berkumpul atau pertemuan.

Dia menerangkan, adanya temuan berupa kerang, batu, tanah, dan beberapa tumbuhan di sekitar Gua Liang Peung dapat menjadi alat penunjuk untuk dilakukan kajian arkeologi yang lebih mendalam.

Survei ini dilakukan dengan cara mengumpulkan data berupa pemotretan pada relief dinding Gua Liang Peung, pemotretan di sekitar lingkungan Gua Liang Peung, penghitungan jumlah relief ornamen, dan pengambilan sampel baik berupa tanah, batu, tumbuhan dan kerang.

Sampel ini akan diuji pada laboratorium Arkeologi guna menggali informasi terkait relief dan keberadaan Gua Liang Peung.

Tim arkeolog juga melakukan wawancara terhadap narasumber baik kepala desa, tokoh adat, tokoh masyarakat, dan beberapa warga masyarakat setempat.

Lokasi Gua Liang Peung berada sekitar 700 meter arah selatan Desa Hingalamamengi. Untuk mencapai lokasi ini, pengunjung dapat menggunakan kendaraan roda empat, roda dua bahkan berjalan kaki. Kondisi jalannya masih berupa jalan tanah. DiharapkanPemda Lembata mengalokasikan anggaran untuk memperbaiki prasarana dan sarana yang kelak dapat menjadi potensi destinasi pariwisata di Pulau Lembata ini.

 

 

 

 

 

 

 

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya