Hajatan Rakyat Garut Menyambut Kemenangan Petahana

Sejarah baru pun terjadi, pasangan petahana yang selama ini gagal menang, justru berhasil mengembalikan prediksi. Pesta penyambutan pun digelar dengan meriah dengan adat rakyat.

oleh Jayadi Supriadin diperbarui 05 Agu 2018, 03:01 WIB
Bupati Garut Rudy Gunawan bersama pendukungnya. (Liputan6.com/Jayadi Supriadin)

Liputan6.com, Garut - Pesta demokrasi pemilihan Kepala Daerah (Pilkada) Garut, Jawa Barat telah usai. Sejarah baru pun terjadi, pasangan petahana yang selama ini gagal menang, justru berhasil mengembalikan prediksi. Pesta penyambutan pun digelar dengan meriah dengan adat rakyat.

"Ini syukurannya warga Garut, yang tidak memilih saya pun, sangat terbuka untuk gabung," ucap Bupati Rudy Gunawan dalam sambutan singkatnya di halaman rumah pribadinya saat syukuran kemenangan pasangan Rudy-Hemi di Jalan Wanaraja. Garut, Sabtu, 4 Agustus 2018.

Menurutnya, persaingan pesta demokrasi Pilkada Garut telah usai. Kini, saatnya ia bersama rakyat dan seluruh apartur sipil pembantunya, menata perencanaan pembangunan di Garut.

Menggunakan kaus hitam bertuliskan "Crew Rudy-Helmi", ia tak sungkan menyalami hampir seluruh pendukung yang mengelu-elukannya sesaat memasuki halaman rumahnya yang disulap menjadi area syukuran besar pemenangan. "Ini adalah kemenangan bersama warga Garut," ujar dia.

Dua panggung besar penonton yang disediakan tuan rumah pun penuh diisi warga. Bahkan, beberapa pejabat dan kru pemenangan Rudy-Helmi yang telah mengantarkan kemenangan dirinya, terlihat memilih berdiri akibat habisnya tempat duduk yang disediakan panitia.

"Saya di sini saja sambil menikmati suasana," ujar Tubagus Hamzah, Ketua DPD Nasdem Garut, salah satu partai pendukung petahana yang berdiri dekat panggung, akibat tidak kebagian tempat duduk.

Rudy yang berada di atas panggung, tak sungkan menyampaikan permintaan maaf kepada seluruh pasangan calon lain pesaingnya, selama proses demokrasi lima tahunan itu berlangsung. "Yang dendam silakan, yang penting saya tidak dendam kepada yang lain," kata dia.

Bukan hanya itu, selama memimpin Garut di periode lima tahun pertama, Rudy mengaku mendapatkan dukungan penuh dari masyarakat Garut dengan segudang capain prestasi yang diraihnya. "Selama saya menjadi Bupati Garut tidak pernah membuat pemufakatan jahat," ungkap dia.

Saksikan video pilihan di bawah ini:

 

 

 


Makan Besar Manjakan Warga

Antrean warga Garut menikmati hidangan syukuran kemenangan petahana. (Liputan6.com/Jayadi Supriadin)

Dalam hajatan besar itu, ribuan warga yang sejak pagi mulai berdatangan ke rumah kediaman Bupati Rudy, tampak antusias menikmati seluruh hidangan yang telah disediakan sang empu rumah. Belasan stan makanan tradisional nan lezat mulai mi bakso, kupat tahu, siomay, putu, es cendol, dan lainnya tersaji dengan lengkap.

"Saya sendiri akhirnya tidak kebagian karena habis," ujar Ervan, salah satu warga Garut kota yang sengaja mendatangi lokasi syukuran untuk menikmati hidangan.

Menurutnya, acara yang digelar petahana pemenang Pilkada Garut itu sangat merakyat, meninggalkan perseteruan akibat persaingan pilkada. "Tadi saya lihat ada juga tim sukses lain, sekarang statusnya jadi warga Garut, bukan tim sukses," ujar dia.

Dani, warga lainnya menambahkan, syukuran pemenangan ini sangat tepat untuk merekatkan seluruh masyarakat Garut, pascapersaingan politik dalam pilkada lalu.

"Acaranya tidak ada penyekat, mereka tampak berbaur dan bersatu seakan tidak ada persaingan," puji dia.

Ia berharap di kepemimpinan Rudy-Helmi yang kedua, roda pembangunan di Garut lebih maju dan terarah, sehingga tingkat ekonomi dan kesejahteraan warga meningkat. "Masyarakat kan tidak terlalu pusing siapa pun Bupatinya, yang penting programnya prorakyat untuk menyejahterakan masyarakat," pinta dia.


Rotasi Besar-besaran Menunggu

Beberapa pendukung Rudy-Helmi naik hingga ke panggung menikmati hiburan. (Liputan6.com/Jayadi Supriadin)

Wakil Bupati Garut Helmi Budiman mengatakan, sesuai arahan bupati, dalam waktu dekat beberapa jabatan strategis eselon dua yang masih dipegang pejabat sementara (Pjs), seperti Dinas Pertanian, Dinas Kelautan, Dinas Pendidikan, Satuan Polisi Pamong Praja, Sekwan DPRD Garut, dan Sekretaris Daerah (Sekda) segera terisi.

"Nanti diumumkan di media," ujarnya, di tempat yang sama.

Ia mengatakan, pergeseran beberapa posisi penting pejabat dalam struktur lembaga pemerintah, bukan sesuatu yang baru. Alhasil, adanya pergeseran itu tidak perlu dibenturkan dengan urusan politik semata.

"Pengisian pejabat kosong di enam eselon dua karena kebutuhan, bukan karena hal lain (politik)," kata dia.

Saat ditanya apakah pergeseran itu sebab balasan banyaknya pejabat yang membelot mendukung calon lain? Dengan tegas Helmi mengatakan, pergeseran itu murni karena kebutuhan dinas bersangkutan, untuk memiliki pejabat definitif.

"Kan selama ini hanya diisi pejabat sementara atau Pjs karena sebelumnya sudah pensiun,” ungkap dia.

Pertarungan Pilkada serentak khusus bagi Garut pada 27 Juni lalu, memang sarat aroma politik antara Bupati-Wakil Bupati dengan Sekda. Calon petahana Rudy Gunawan–Helmi Budiman, mendapatkan lawan sepadan dengan majunya Sekda Garut, Iman Alirahman.

Kalangan birokrat pun terpecah, sebagian pejabat masih mendukung penuh keputusan pasangan calon atau paslon incumbent, sambil terus menjalankan roda pemerintahan. Namun, tidak sedikit yang  mendukung mantan Sekda yang mundur akhir tahun lalu, tepat beberapa hari sebelumnya setelah diberikan perpanjangan jabatan Sekda oleh Bupati.

Tak ayal dalam perjalanan Pilkada Garut selanjutnya, nyaris hanya dua pasangan birokrat ini yang lebih terdengar nyaringnya dalam meraih simpati masyarakat. Sementara, dua calon lainnya, yakni mantan Bupati Agus Hamdani dan Pradana Adhitya Wicaksana serta paslon independen Suryana dan Wiwin Suwindaryati relatif lebih tenang.

Hasilnya penghitungan KPU Garut, paslon petahana Rudy Gunawan-Helmi Budiman menjadi pemenangngnya, mengantongi 35,70 persen. Unggul tipis 1,73 persen dari pesaing terdekatnya paslon nomor 2 Iman Alirahman dan Dedi Hasan yang hanya meraih 32,97 persen.

Sedangkan pasangan lainnya, paslon perseorangan Suryana-Wiwin Suwindaryati nomor urut 3 meraih 11,07 persen, dan nomor urut 4 mantan Bupati Agus Hamdani dan Pradana Adithya Wicaksana meraih 20,25 persen.


PR Besar bagi Petahana

Antrean warga Garut menikmati hidangan syukuran kemenangan petahana. (Liputan6.com/Jayadi Supriadin)

Eidi Rasmawardi, salah satu warga Karangpawitan, Garut, mengatakan tingginya animo warga yang datang menunjukan besarnya dukungan yang diberikan, untuk melanjutkan pembangunan Garut lima tahun ke depan. "Semoga pasangan terpilih tidak menyia-nyiakan kepercayaan ini," dia mengingatkan.

Dalam catatannya, ada beberapa pekerjaan rumah yang harus menjadi prioritas Rudy-Helmi di periode keduanya menjabat. Pertama, pemerataan pembangunan infrastruktur antara Garut Selatan dan Utara. "Selama ini pembangunan terkesan hanya terlihat di Garut kota dan sekitarnya," kata dia.

Kedua, pemerataan tingkat ekonomi dan kesejahteraan masyarakat Garut. Menurutnya pusat kegiatan ekonomi masyarakat Garut lebih banyak berkuatat di sekitar perkotaan, sementara wilayah pelosok masih terlihat timpang. "Padahal sumber daya sebagian besar di selatan, namun perputaran uang lebih banyak dinikmati masyarakat Garut kota," ujar dia.

Ketiga, kesetaraan di bidang pendidikan bagi seluruh masyarakat Garut. Selama ini, menurut dia, masih banyak masyarakat Garut selatan dan utara khusunya untuk SMA sederajat dan perguruan tinggi, masih menempuh pendidikan di wilayah Garut.

"Karena memang di wilayah itu (utara dan selatan) belum ada sarana pendidikan (SMA dan perguruan tinggi) yang memadai, maka Rudy-Helmi bisa mengambil peran, memperbanyak kelas jauh sekolah unggulan di Garut,” pinta dia.

Asep, salah satu pendukung RGHB, wadah bagi pemenangan Rudy Gunawan-Helmi Budiman menambahkan, sejak pertama kali memimpin 2014 lalu, pasangan patahana terbilang mulus tanpa ada kendala gangguan atau penolakan masyarakat Garut yang terkenal kritis.

"Yang demo memang ada, tetapi semuanya tidak sampai menggulingkan," imbuhnya.

Ia mencontohkan, saat kepemimpinan Agus Supriadi yang tidak tuntas lima tahun selepas didemo warga saat kasus korupsi menjeratnya. Begitu pula Aceng HM Fikri, yang kembali berhenti di tengah jalan, akibat kasus pernikahan sirinya yang berujung perceraian, ditentang warga.

"Semoga di periode kedua beliau (Rudy-Helmi), Garut lebih kondusif," harap dia.

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya