Ada Meteor Jatuh Dekat Pangkalan Militer, Angkatan Udara AS Sengaja Bungkam?

Meteor batu angkasa menabrak Bumi dan meledak dengan kekuatan sebesar 2,1 kiloton pada Juli 2018. Lokasinya relatif dekat dengan pangkalan militer Amerika Serikat.

oleh Elin Yunita Kristanti diperbarui 04 Agu 2018, 18:00 WIB
Ilustrasi meteor. (iStock)

Liputan6.com, Washington DC - Meteor atau batu angkasa menabrak Bumi dan meledak dengan kekuatan sebesar 2,1 kiloton pada Juli 2018.

Jet Propulsion Laboratory milik Badan Antariksa Amerika Serikat (NASA) mengonfirmasi bahwa sebuah objek dengan ukuran yang belum dipastikan melaju dengan kecepatan 24,4 kilometer per detik menabrak Bumi dan meledak di langit Greenland.

Titik tubrukan dengan Bumi diperkirakan hanya berjarak 43 kilometer di atas instrumen radar peringatan dini rudal di Thule Air Base, pada 25 Juli 2018.

Direktur Nuclear Information Project for the Federation of American Scientist, Hans Kristensen menginformasikan soal meteor jatuh itu di akun Twitternya.

Namun, seperti dikutip dari News.com.au, Sabtu (4/8/2018) pihak Angkatan Udara AS sama sekali tak melaporkan kejadian jatuhnya meteor. Bahkan hingga berita ini diturunkan, tak ada keterangan apapun yang disampaikan yang merujuk pada insiden itu.

Kristensen berpendapat, adalah hal yang menghawatirkan bahwa tak ada satupun peringatan yang dikeluarkan pemerintah AS terkait insiden tersebut.

"Jika meteor itu masuk pada sudut yang lebih tegak lurus, kekuatan tubrukannya secara signifikan akan lebih besar," kata dia dalam tulisannya di Business Insider.

Kristensen mengambil contoh Meteor Chelyabinsk, batu angkasa berdiameter hampir 20 meter, yang tanpa peringatan, meledak di langit Rusia pada 15 Februari 2013.

Ledakan meteor di Chelyabinsk, Rusia. (http://earthsky.org)

Ukurannya sebesar rumah, lebih terang dari Matahari, jika dilihat dari Bumi dalam jarak hingga 100 kilometer.

Sekitar 1.500 orang terluka akibat terkena pecahan kaca, juga efek lain, yang timbul dari dampak tubrukan meteor.

 "Insiden Chelyabinsk menarik perhatian luas, soal perlunya deteksi asteroid yang lebih besar, sebelum batu angkasa itu menabrak planet kita," kata Pejabat Pertahanan NASA, Lindley Johnson.

Pasca-insiden Chelyabinsk, jejaring peringatan asteroid internasional atau International Asteroid Warning Network didirikan, untuk membantu pemerintah mendeteksi dan merespon objek dekat Bumi atau Near Earth Objects.

Peristiwa batu angkasa memasuki atmosfer Bumi sejatinya bukan hal langka.

Menurut Hans Kristensen, sebuah meteor menabrak Bumi setiap 13 hari, setidaknya dalam periode 20 tahun. Kebanyakan pecah dan terbakar saat kontak dengan atmosfer Bumi dan tak memicu bahaya bagi penduduknya.

 

Saksikan video menarik terkait meteor berikut ini:

 


Potensi Malapetaka dari Langit

Meteor Lyrid yang diambiil pada 21 April 2012. (Jorge Guerrero/AFP)

Lebih dari 1.000 orang terluka saat meteorit selebar 17 meter dengan berat 10.000 ton terbakar di langit Rusia. Sebagian besar karena terkena pecahan kaca dan akibat gedung-gedung yang berguncang hebat.

Bongkahan batu besar berwarna hitam diangkat dari dasar Danau Chebarkul, Rusia. Diyakini sebagai pecahan meteorit yang meledak di langit Chelyabinsk 15 Februari 2013.

Batu tersebut pecah menjadi 3 bagian saat diangkat dengan bantuan tali dan tuas. Timbangan itu pun akhirnya pecah, saat jarum penanda ukuran menunjuk ke angka 570 kilogram.

Center for Near-Earth Object Studies NASA mendata, setidaknya ada 659 asteroid yang punya kemungkinan menabrak Bumi.

"Namun tak ada yang menimbulkan ancaman signifikan setidaknya dalam kurun waktu seabad mendatang, karena peluangnya yang tidak terlalu besar atau ukuran batu angkasa itu yang terlalu kecil," kata Paul Chodas dari NASA.

Sebelumnya, sekitar 100 ilmuwan dan astronot terkemuka, termasuk Dr Brian May dan Chris Hadfield menandatangani deklarasi, yang menuntut peningkatan aksi untuk menanggulangi objek-objek angkasa yang berpotensi menamatkan kehidupan di muka Bumi.

Mereka yang menandatangani 100x Asteroid Declaration berpendapat, teknologi yang bisa mendeteksi, melacak, dan mempertahankan Bumi dari dampak tubrukan asteroid wajib dikembangkan secepat mungkin.

"Semakin banyak kita belajar tentang dampak asteroid, semakin jelas bahwa ras manusia tak punya waktu banyak," kata Brian May yang juga pendiri dan gitaris grup rock Queen.

Asteroid Awareness Day diperingati setiap tanggal 30 Juni -- bertepatan dengan peringatan Insiden Tunguska Siberia.

Batu angkasa yang jatuh pada 30 Juni 1908 di Tunguska adalah yang terbesar dalam sejarah, menyebabkan kehancuran di wilayah setara ukuran kota metropolitan, 2.000 kilometer persegi.

Untung, batu angkasa yang menabrak kawasan terpencil itu tak menimbulkan korban jiwa. Tapi, bayangkan jika kejadiannya di tengah kota besar yang ramai...

Diperkirakan ada jutaan batu angkasa yang bisa membahayakan Bumi. Namun, baru 10 ribu atau hanya 1 persen yang diketahui keberadaannya.

Insiden ledakan meteorit di Kota Chelyabinsk, Rusia pada Februari 2013 yang melukai lebih dari 1.600 orang menjadi bukti, malapetaka bisa jadi datang dari langit.

Tag Terkait

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya